28 - Please... Stay With Me

132 29 19
                                    

Bruk!

Tiba-tiba saja Rinai terjatuh ke atas tanah yang dipenuhi oleh rerumputan hijau. Dengan tertatih Rinai pun berusaha bangkit dari posisinya kemudian memposisikan dirinya dalam keadaan duduk. Dia kemudian mendongakkan kepalanya ke atas melihat ke arah langit yang didominasi oleh cahaya jingga dari ufuk timur, pertanda bahwa matahari mulai terbit.

Aneh rasanya, kenapa Rinai tidak merasakan sakit sama sekali. Padahal Rinai yakin sekali dia baru saja terjatuh dari ketinggian beribu-ribu meter dari atas sana.

Wush~

Rinai pun menolehkan kepalanya ke sekeliling begitu dia merasakan hembusan angin yang menerpa dirinya yang seketika membuat rambutnya bergerak tidak tentu arah. Sembari Rinai merapikan rambutnya, dia juga sibuk melihat setiap sudut area disekelilingnya.

Dahi Rinai tampak mengerut dalam kala Rinai merasa kalau tempat ini amat sangat asing diingatannya. Sebuah padang rumput luas yang seolah tanpa ujung, disinilah Rinai berada.

Rinai menundukkan kepalanya kemudian menaruh kedua tangannya ke atas tanah sebagai tumpuan untuknya bangkit berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rinai menundukkan kepalanya kemudian menaruh kedua tangannya ke atas tanah sebagai tumpuan untuknya bangkit berdiri. Tapi alih-alih segera bangkit, Rinai justru dibuat terkejut dengan pakaian yang melekat di badannya yang berbeda dengan pakaian yang terakhir kali dia kenakan. Sebab pakaian yang sekarang ini Rinai kenakan adalah pakaian serba hitam seperti seseorang yang berencana datang ke pemakaman, dan kalau diperhatikan lagi juga pakaian yang melekat ditubuhnya ini benar-benar persis seperti pakaian yang dia kenakan saat dia menghadiri pemakaman Galen setahun yang lalu.

Tapi bagaimana bisa?

Ckrek!

Refleks Rinai menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Kedua mata Rinai terbelalak terkejut saat Rinai melihat seorang Galen berdiri beberapa langkah dihadapannya dengan memakai pakaian serba putih dengan bawahan celana katun dan atasan berupa kaos berwarna senada yang dibalut oleh kemeja putih polos berlengan panjang yang sengaja tidak dikancingkan. Sementara poni rambutnya tampak menutupi dahinya, dan hanya sesekali berayun saat angin lembut berembus menerpa wajahnya. Dan jangan lupakan fakta bahwa tidak ada kacamata yang menutupi kedua mata Galen yang membuat Galen terlihat berkali-kali lipat lebih tampan di matanya.

"Galen..." ucap Rinai dengan suara pelannya disusul dengan senyuman manisnya. Perlahan Rinai berusaha bangkit dari posisinya menyamakan tinggi badannya dengan sosok pria yang berdiri beberapa langkah dihadapannya meskipun ia sadar bahwa tinggi badan Galen jauh di atasnya.

Perlahan tapi pasti Galen menurunkan kamera ---sumber suara yang Rinai dengar sebelumnya--- yang menutupi sebelah matanya, membuat kamera itu dibiarkan menggantung di leher jenjangnya. Membuat tatapan mereka pun saling beradu tanpa sekat.

Senyuman manis terpatri di wajah tampan Galen khusus untuk seorang wanita yang berdiri beberapa langkah dihadapannya.

Dalam sekejap, kedua mata Rinai yang memancarkan ketidakpercayaan berubah berkaca-kaca. Sungguh, Rinai begitu merindukan sosok pria yang berdiri dihadapannya. Sosok yang setahun ini menghilang dari hidupnya. Sosok yang mulai melangkahkan kakinya ke depan dengan salah satu tangannya yang sejak tadi dia sembunyikan di balik punggungnya.

Step-Sister (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang