26 - Terbongkar

104 27 7
                                    

Setelah Rinai mengirimkan pesan singkat pada Gaby beberapa menit sebelumnya atau tepatnya saat Rinai masih berada di depan rumah Aksara, yang menunjukkan dengan jelas pada Gaby bahwa dia sudah berhenti melakukan misi untuk menghancurkan hubungan Aksara dan Yuna. Kini tibalah di masa di mana Rinai akan segera mengemas semua pakaiannya ke dalam kopernya.

Ya, Rinai berencana untuk segera pergi dari kota ini. Keputusan Rinai itu bukan semata-mata karena Rinai yang merasa bahwa misinya sebenarnya sudah berhasil dengan bukti bahwa Aksara sudah mencintainya. Tapi Rinai yang memang baru menyadari bahwa misi balas dendamnya ini hanya semakin menjadikan dirinya ini sosok yang sama seperti Yuna. Sosok yang begitu dia benci sebelumnya, sekaligus sosok yang menghilangkan nyawa Galen.

Misi balas dendam ini justru membuat Rinai melanggar janjinya pada Galen sebelum dia meninggal setahun lalu alih-alih membuat Galen merasa bangga di alam sana.

Dan bukan itu saja, misinya ini juga membuat hati seorang Aksara terluka. Padahal sebelumnya Aksara bahkan sudah mengalami banyak hal pahit dihidupnya dan harus semakin tersakiti dengan segala rencana busuknya yang sebenarnya tidak benar-benar berdasarkan kesalahan Aksara. Seandainya saja Rinai tidak tiba-tiba masuk ke dalam hubungan Aksara bersama Yuna, Aksara pasti akan merasakan kebahagiaannya yang sesungguhnya setelah sebelumnya rencana pernikahannya gagal.

Rinai menarik resleting kopernya begitu semua pakaian yang dia punya sudah dia masukkan ke dalam sana. Dia menghela napasnya berat sembari menatap kopernya dengan tatapan sendunya.

Penyesalan demi penyesalan terus bermunculan ke dalam relung hati Rinai. Mulai dari saat Rinai datang ke acara pertunangan Aksara dan Yuna, melakukan perjanjian dengan Gaby untuk menghancurkan hubungan Aksara dan Yuna serta banyak tindakan yang Rinai lakukan demi hubungan mereka berdua bisa hancur.

Sungguh, Rinai benar-benar tidak mengerti kenapa dirinya harus melakukan semua tindakan bodoh itu. Kenapa Rinai harus menjadi seorang wanita murahan hanya untuk balas dendamnya. Balas dendam yang pasti hanya akan membuat Galen sedih di sana. Balas dendam yang pasti akan membuat Aksara terluka karenanya. Padahal selama ini dua pria itu menyayanginya dengan tulus.

Kedua mata Rinai berkaca-kaca seketika saat Rinai melihat sebuah kalung yang Aksara berikan sebelumnya tergeletak di atas tempat tidur didepan kopernya. Rinai pun mengulurkan tangannya ke depan mengambil kalung itu kemudian menatapnya cukup lama. Perlahan, tanpa Rinai sadari, dia mengusap benda itu penuh sayang dengan ibu jarinya.

"Maaf Aksa..." Rinai memejamkan matanya dengan erat lantas memeluk erat kalung itu. "Maaf aku udah jahat sama laki-laki setulus kamu. Maaf" lirih Rinai, lagi-lagi menggumamkan kata maaf pada Aksara seolah Aksara berada dihadapannya. Sungguh, Rinai merasa sangat menyesal sudah melukai hati Aksara. Aksara yang sebenarnya memiliki hati yang tulus dibalik segala perangainya yang terkesan tidak memiliki hati.

"Aku janji Aksa. Aku nggak akan kembali lagi ke kota ini. Aku akan pergi dari hidup kamu. Aku akan biarin kamu lupain perasaan kamu untuk aku... Dan kamu bisa hidup bahagia sama Yuna, adik tiri aku" Rematan tangan Rinai pada kalung ditangannya secara tidak sadar semakin kuat saat Rinai mengatakan kalimat itu, seolah hatinya ikut merasa sakit saat dia sadar bahwa dia memang harus meninggalkan Aksara dan kehilangan cinta Aksara untuk dirinya.

Rinai melemparkan senyuman pahitnya sembari terus berusaha untuk menguatkan dirinya agar bisa menerima kenyataan ini dengan ikhlas. Kemudian secara perlahan Rinai membuka kelopak matanya kemudian dia mengalungkan kalung tersebut ke leher jenjangnya sebelum dia bangkit dari posisinya. Malam ini juga Rinai siap untuk meninggalkan kota ini.

Rinai mengambil tasnya yang tergeletak di atas nakas di sisi tempat tidur kemudian dia langsung menyampirkan tasnya ke salah satu bahunya. Setelahnya Rinai langsung beranjak dari posisinya keluar dari rumah kontrakannya. Rinai pun menyempatkan diri untuk mengunci pintu sejenak sebelum dia berjalan pergi dari rumah itu sembari menyeret kopernya.

Step-Sister (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang