29 - Give Me A Chance

113 23 3
                                    

Rinai merintih pelan merasakan sakit di area kaki kirinya kala dia berjalan dengan bantuan tongkat sekaligus dibantu oleh Aksara yang menuntunnya menuju ke beranda depan rumah Aksara dengan sangat sabar. Luka dikakinya memang lumayan parah sehingga harus mendapatkan beberapa jahitan dan berakhir harus berjalan menggunakan tongkat seperti ini.

Memang, selepas Rinai sadar dan meminta kepada Aksara agar dia bisa langsung pulang saja, Aksara langsung meminta izin pada Dokter yang mengobati Rinai. Sayangnya tingkat keparahan luka yang Rinai dapatkan khususnya diarea kakinya tidak bisa membuat Dokter mengizinkan Rinai untuk pulang di hari itu juga dan harus tetap dirawat inap paling singkat sampai tiga hari ke depan sebelum akhirnya Rinai diperbolehkan pulang meskipun Rinai harus pulang ke rumah Aksara sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat.

Ngomong-ngomong selama Rinai dirawat di rumah sakit selama itu jugalah Aksara, Gaby dan Hanin ikut membantu merawatnya. Meskipun begitu, Gaby dan Hanin tetap tidak bisa merawat Rinai seintens Aksara. Gaby yang terbatas karena kuliahnya dan Hanin yang terbatas karena pekerjaannya. Sebenarnya Aksara yang bisa seintens itu merawat Rinai bukan semata-mata karena Aksara yang tidak memiliki pekerjaan atau mengambil cuti seenaknya. Aksara tetap memiliki pekerjaan, hanya saja jabatan Aksara yang notabenenya adalah pemilik agensi memungkinkan Aksara untuk bebas mengerjakan pekerjaannya di manapun termasuk di rumah sakit. Dan uniknya Aksara hanya akan mengerjakan pekerjaannya ketika Rinai terlelap saja seolah Aksara tidak mau membuang waktu kebersamaannya dengan Rinai hanya untuk sebuah pekerjaan.

Selain tingkat perhatian Aksara yang nampak jelas selama Rinai di rawat di rumah sakit ---yah meskipun tidak pernah luput dari perdebatan ringan diantara mereka--- dampak baik lainnya yang Rinai dapatkan adalah hubungan Rinai dan Hanin yang juga semakin membaik. Hanin yang notabenenya membantu merawat Rinai di rumah sakit memberikan kesempatan untuk Rinai memiliki waktu berdua bersama Hanin sehingga Rinai bisa menjelaskan pada Hanin apa yang seharusnya dia jelaskan sejak dulu bahwa dia tidak pernah sekalipun berusaha mendekati Revan apalagi memiliki perasaan pada Revan.

Dan pembicaraan serius yang sempat Rinai bangun tersebutlah yang pada akhirnya meruntuhkan tembok pembatas yang semula membuat mereka berjarak. Bahkan Hanin tidak segan meminta maaf pada Rinai atas sikapnya selama setahun belakangan ini dan berjanji akan selalu menjadi sahabat kecil Rinai sampai kapanpun. Sayangnya mereka berdua harus kembali berjarak lantaran Hanin yang terpaksa harus kembali ke Bandung dengan alasan pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan dan hanya mampu menitipkan Rinai pada Aksara dan juga Gaby.

"Aduh, Aksa jangan pegang siku saya bisa nggak sih? Sakit!" Ujar Rinai ketus saat Aksara tidak sengaja menekan luka di siku Rinai saat Aksara berusaha menuntunnya.

"Iya, iya, maaf nggak sengaja. Lagian kamunya juga sih kenapa nggak mau pake kursi roda segala" ujar Aksara langsung meminta maaf pada Rinai disusul dengan gerutuan sebalnya. Sesaat sebelum mereka pulang atau tepatnya saat masih di rumah sakit, Aksara sudah menyarankan kepada Rinai agar dia memakai kursi roda saja karena luka Rinai tidak hanya berpusat di kakinya saja, tapi Rinai justru menolaknya dengan alasan dia masih mampu berjalan. Memang betul, tapi setidaknya tidak akan serepot ini jika saja Rinai menuruti perkataannya.

Rinai pun tampak memajukan bibirnya ke depan terlihat sangat kesal sekali. Tidak, Rinai tidak kesal pada Aksara melainkan Rinai kesal pada dirinya sendiri. Diam-diam juga Rinai menyesal tidak menerima saja saran Aksara sebelumnya. Bukannya apa-apa, Rinai baru sadar bahwa luka di sekujur tubuhnya memang semerepotkan ini. Lihat saja, mulai dari kakinya yang terluka kemudian tangannya yang sama-sama terluka yang mengharuskannya di perban tebal, belum lagi dahinya yang ikut terluka dan kembali harus diperban meskipun tidak setebal perban di tangan dan kakinya. Semua luka-luka ditubuhnya ini jauh lebih merepotkan Rinai ketika Rinai memutuskan untuk berjalan menggunakan tongkat daripada kursi roda. Aish, kalau begini keadaannya alih-alih korban kecelakaan, Rinai malah merasa kalau dirinya ini sudah seperti korban pengeroyokan saja.

Step-Sister (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang