Prolog

351 33 3
                                    

Seorang wanita berambut hitam panjang memasuki sebuah gedung luas yang di dekor sedemikian rupa  dengan hiasan cantik dari bunga carnation putih yang di pajang dihampir setiap sudut gedung.

Beberapa meja bundar tampak memenuhi area tersebut, yang memang diperuntukkan untuk para tamu. Di sisi lain gedung terdapat meja panjang yang diisi oleh berbagai macam hidangan untuk tamu. Kemudian di pusat gedung diisi oleh sebuah panggung kecil yang dihiasi oleh tenda lebar yang dipenuhi oleh bunga-bunga yang ditata seolah merambat. Sementara di sisi panggung terdapat sebuah panggung kecil lainnya yang diisi oleh beberapa alat musik yang nantinya akan dimainkan oleh band yang mereka undang.

Acara belum dimulai, kira-kira pukul tujuh malam acara akan dimulai. Dia diutus oleh keluarganya untuk datang kemari untuk mengecek apakah persiapannya sudah matang atau belum karena tepat dua jam kemudian acara akan segera dimulai.

Gedung ini benar-benar hanya dipenuhi oleh para karyawan dari event organizer yang sibuk kesana kemari mempersiapkan acara juga makanan yang akan dihidangkan untuk para tamu yang memang jumlahnya tidak sedikit tersebut.

Wanita itu menghentikan langkahnya di depan sebuah figura besar yang diletakkan di atas panggung kecil yang berada dipusat gedung. Figura yang baru saja diletakkan oleh seseorang. Figura yang masih ditutupi oleh kain berwarna putih.

Dia mengulurkan tangannya ke depan lantas menarik kain putih itu.

Alisnya naik satu begitu melihat dua orang berbeda gender yang terlihat begitu bahagia di dalam foto tersebut.

Ah, sejujurnya foto itu hanyalah foto sederhana, tapi entah kenapa menarik perhatiannya.

Yaitu foto adiknya yang tengah bertatapan dengan seorang pria yang tidak begitu dia kenali.

Empat tahun berpisah dengan keluarganya karena alasan menempuh pendidikan di perguruan tinggi luar negeri membuatnya hanya tahu beberapa hal tentang pria yang berada satu bingkai dengan adik tirinya itu.

Pria itu sembilan tahun lebih tua dari adiknya, atau bisa dikatakan sepantaran dengannya. Dia adalah CEO dari sebuah agensi model yang namanya sudah masuk ke kancah internasional. Memiliki wajah tampan, berkarisma dan yang pasti kaya. Wajar kalau adiknya yang masih kuliah lebih sering mengabaikan kuliahnya demi bisa bersanding bersama pria itu.

Beberapa kali adiknya bercerita padanya tentang awal pertemuan mereka yang dimulai ketika adiknya tertarik untuk mengikuti lomba modeling yang diadakan oleh agensi model milik pria tersebut. Membuat mereka dipertemukan pertama kali di agensi milik pria itu dan berakhir adiknya yang jatuh hati kala melihat pria itu menjadi salah satu juri dalam lomba tersebut.

Adiknya memuja segala hal tentang pria itu sampai terkadang dirinya merasa muak sendiri, tapi melihat adiknya sedih juga bukan sesuatu yang baik, sehingga ya mau tidak mau dia harus bisa sabar mendengarkan cerita adiknya. Kurang lebih enam bulan lamanya dia harus mendengarkan cerita sedih dari adiknya yang terus berusaha memikat hati pria yang berusia sembilan tahun di atasnya tersebut.

Sampai dibulan ke tujuh mereka kembali dipertemukan dalam acara makan malam keluarga. Membahas tentang sebuah perjodohan yang seharusnya diperuntukkan untuknya dan pria itu. Tapi karena saat itu dirinya tidak ada, pada akhirnya orangtuanya merubah perjodohan itu menjadi untuk adiknya.

Pada akhirnya mereka berdua disatukan karena sebuah perjodohan.

Entahlah, apakah detik ini pria itu sudah mencintai adiknya atau belum. Tapi jika hubungan keduanya sampai ke tingkat pertunangan, maka seharusnya mereka berdua adalah dua insan yang saling mencintai bukan?

Bola mata wanita itu pun bergerak ke sudut bingkai foto itu, membaca dua nama yang sengaja ditulis berderet di sana.

'Aksara Ardinata Dwian & Rima Ayunda'

Step-Sister (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang