31 - Jawaban Atas Janji

130 22 10
                                    

Cahaya matahari menyorot tepat ke wajah Rinai yang seketika berhasil mengusik Rinai dari tidur lelapnya. Rinai pun terlihat mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali sebelum akhirnya kelopak matanya terbuka sempurna menampilkan manik hitam yang memancarkan ketenangan khas seorang Rinai.

Objek yang pertama kali Rinai lihat setelah dia terbangun dari tidurnya adalah kaca depan mobil Aksara yang langsung membuat Rinai menyadari bahwa dia ternyata masih di dalam mobil Aksara. Rupanya semalaman Rinai tertidur di dalam mobil Aksara dan seingatnya juga semalam Rinai meminta Aksara untuk tetap di dalam mobil karena hujan turun dengan sangat deras saat itu. Itu artinya Aksara pun seharusnya masih ada di mobil ini kan?

Refleks Rinai pun menoleh ke sisi kanannya. Rinai terdiam membeku seketika saat Rinai benar-benar melihat Aksara yang masih ada di mobil ini. Terlihat dia duduk dibangku balik kemudi dalam keadaan tertidur lelap sembari menyandarkan kepalanya pada salah satu lengannya yang bertumpu di atas stir mobil tanpa kemeja yang semalam dia kenakan, sementara tangan kiri Aksara terlihat menjuntai ke bawah dan berakhir dengan menggenggam erat tangan kanan Rinai.

Sungguh, Rinai benar-benar tidak sadar bahwa semalaman Aksara tertidur sembari menggenggam erat tangannya seolah dia tidak membiarkan Rinai pergi dan ingin memastikan bahwa Rinai selalu dia jaga dengan baik. Dan jangan lupakan dengan fakta bahwa kemeja Aksara yang masih tersampir ditubuhnya yang juga baru Rinai sadari. Pasti sengaja Aksara berikan padanya semalam untuk menghangatkan tubuhnya.

Seulas senyuman manis kemudian terpatri di wajah Rinai. Semua perlakuan Aksara benar-benar membuat hati Rinai merasa hangat sekaligus membuat Rinai merasa bahwa dirinya memang sangat berarti bagi Aksara.

"...Mbak harus terima kenyataan kalau semuanya udah berubah"

Senyuman Rinai luntur seketika saat tiba-tiba saja Rinai mengingat kembali apa yang Galen katakan di dalam mimpinya ketika Rinai tidak sadarkan diri beberapa waktu yang lalu. Galen bilang Rinai harus menerima kenyataan kalau semuanya sudah berubah dan perkataan Galen tersebut benar-benar merujuk pada perasaan Rinai karena sebelum Galen mengatakan hal tersebut Rinai sempat mengatakan bahwa dia mencintai Galen.

Tapi apa mungkin perasaan Rinai yang mulanya untuk Galen sudah berubah seperti apa yang Galen katakan?

Berubah untuk siapa? Apa mungkin untuk sosok yang memanggilnya kala itu?

Aksara?

Tapi... Apa mungkin sosok yang awalnya adalah musuhnya itu adalah penyebab perasaannya berubah, lantas bukankah itu artinya dia adalah jawaban atas janji Rinai pada Galen?

Perlahan, Rinai menggulirkan bola matanya ke atas, kembali menatap wajah Aksara.

Deg!

Betapa terkejutnya Rinai saat manik matanya langsung bertubrukan dengan manik hitam Aksara. Rinai benar-benar tidak menduga bahwa Aksara telah bangun dari tidurnya. Sejak kapan? Dan genggaman itu... apa mungkin Aksara sadar bahwa sejak tadi Rinai tidak terlihat menolak genggaman tangan Aksara?

Rinai memejamkan matanya sekilas seperti tengah merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya seceroboh ini. Tanpa basa-basi lagi Rinai pun langsung menarik tangannya menjauh dari kukungan tangan Aksara.

Tatapan mata Aksara langsung berubah kecewa mendapati sikap Rinai yang seolah menghindari sentuhannya lagi. Tapi perasaan itu tidak berlangsung lama, sebab beberapa detik setelahnya Aksara melihat pipi Rinai yang tampak bersemu merah. Aksara rasa kali ini Rinai tidak bermaksud menghindari sentuhannya melainkan dia hanya merasa malu karena Aksara melihat Rinai yang menatap lama genggaman tangan Aksara pada tangan Rinai tanpa ada penolakan dari Rinai sama sekali. Seolah Rinai pun merasa nyaman dengan kehangatan genggaman tangan Aksara. Yah, mungkin ini kemajuan yang tidak ada artinya, tapi bagi Aksara sesederhana ini pun sudah berhasil membuatnya bahagia.

Step-Sister (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang