35 - The Word Of Love

166 20 3
                                    

Setelah menepikan mobilnya tepat di area pelataran rumah sakit sesuai dengan lokasi yang Yuna kirimkan sebelumnya. Aksara berlari memasuki area rumah sakit tersebut kemudian menghentikan langkahnya tepat di depan meja resepsionis, "Sus, ruangan pasien bernama Rinai di mana?" Tanya Aksara dengan napasnya yang tersengal-sengal serta raut khawatir yang benar-benar tercetak jelas di wajahnya.

"Sebentar Pak" kemudian Suster yang berjaga dibalik meja resepsionis tersebut tampak mengotak-atik komputernya sejenak, mencari ruangan pasien bernama Rinai. Tidak lama setelahnya, suster itu kembali menatap Aksara, kali ini disertai dengan dahinya yang mengerut dalam, "maaf Pak. Tidak ada pasien yang bernama Rinai di sini"

"Apa?!"

Aksara berdeham pelan saat dia refleks meneriaki suster tadi karena rasa terkejutnya mengetahui bahwa Rinai ternyata tidak dirawat di rumah sakit ini. "Maaf, Sus" gumam Aksara penuh rasa bersalah, kemudian dia segera mengeluarkan ponselnya dari saku celananya melihat kembali pesan dari Yuna beberapa menit sebelumnya.

Aneh rasanya. Aksara benar-benar berada di rumah sakit yang sesuai dengan lokasi yang Yuna bagikan, tapi kenapa tidak ada pasien bernama Rinai di sini. Apa Yuna sebenarnya berbohong padanya? Tapi mustahil juga rasanya. Sebab lokasi yang Yuna kirimkan akurat dengan lokasi rumah sakit ini. Paling tidak jika Aksara tidak menemukan keberadaan Rinai, dia seharusnya bertemu Yuna kan?

Aksara mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Mencoba mencari Yuna yang dia yakini pasti ada di rumah sakit ini juga.

Aksara menghela napasnya berat saat dia tidak melihat siapapun selain dirinya dan petugas rumah sakit di area lobby rumah sakit ini. Rumah sakit memang cenderung sepi di waktu petang seperti sekarang ini. Kalau begini caranya, Aksara harus menghubungi Yuna untuk memastikannya lagi. Ayolah, Aksara tidak mungkin mencari Yuna ke setiap sudut rumah sakit yang cukup besar ini.

Aksara pun kembali menyalakan ponselnya, mengotak-atik sejenak sebelum dia mendekatkannya ke depan telinganya, mulai berusaha menghubungi Yuna. Sementara manik matanya terus menatap ke area di sekelilingnya. Mana tahu tiba-tiba Yuna melintas.

Bola mata Aksara berhenti bergulir, tangannya secara refleks mematikan ponselnya, benar-benar mengurungkan niatannya untuk menghubungi Yuna saat tiba-tiba saja Aksara melihat presensi seorang wanita yang berjalan dengan bantuan tongkat memasuki sebuah lorong yang entah nantinya mengarah kemana.

"Rinai?" Gumam Aksara. Dia yakin bahwa sosok tersebut adalah Rinai mulai dari postur, rambutnya, gaya pakaian sampai kakinya yang terluka dan harus berjalan menggunakan tongkat, semuanya sama persis. Hanya saja Aksara tidak berani memanggil Rinai di rumah sakit seperti ini, takutnya menganggu. Lagipula keyakinan Aksara saja jelas tidak cukup, bisa saja kemungkinan bahwa wanita itu bukan Rinai memang ada, mengingat Aksara tidak sempat melihat wajah wanita itu tadi.

Aksara pun langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya kemudian memilih mengikuti langkah wanita tersebut secara diam-diam. Aksara ingin memastikan dulu apakah wanita itu benar Rinai atau bukan.

Setelah beberapa saat Aksara habiskan dengan mengikuti langkah wanita itu, langkah Aksara pun akhirnya terhenti tepat di depan sebuah ruangan yang dimasuki oleh wanita tadi. Aksara mendongakkan kepalanya ke atas melihat tanda bertuliskan UGD di sana. Rupanya wanita tadi memasuki ruang UGD.

Dengan sedikit ragu, Aksara pun mengulurkan tangannya memegangi kenop pintu kemudian mendorongnya secara perlahan sampai pintu tersebut terbuka lebar, membuat Aksara bisa melihat beberapa bangsal yang berjajar dalam keadaan gordennya yang tertutup rapat. Aksara pun menggulirkan bola matanya menatap kembali ke arah wanita yang dia ikuti tadi. Wanita itu yang sekarang memasuki salah satu  bangsal yang juga tertutupi oleh sebuah gorden.

Step-Sister (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang