Indah

3K 158 5
                                    

"Theaaaa!!!!!" Suara Adnan memenuhi ruang tamunya, dia sedang mencari keberadaan Thea, sebelumnya Thea hanya mengatakan ingin pergi ketoilet, tetapi sudah satu jam Thea belum juga kembali. 

"Thea, jika kamu tidak menjawab, aku akan melapor pada polisi" Adnan bermonolog sendiri ditengah ruang tamunya. 

Adnan terus-terusan berkeliling ruang tamu, ruang keluarga, perpustakaan. Tetapi dia tetap tidak bisa menemukan Thea. 

Adnan merasa lelah, dia menjatuhkan dirinya di sofa. Dia memijit pelipisnya, dia memikirkan apakah mungkin Thea diculik?

"Nih" Tiba-tiba Thea datang dengan membawa satu piring nasi goreng dilengkapi dengan senyum polosnya. 

"Apa ini?" 

"Aduh pak dosen Adnan ternyata pengetahuannya tidak seluas yang saya kira, ini nasi goreng makanan indonesia biasa dimakan pada saat pagi hari atau malam hari jika ingin" Thea menjelaskan kepada Adnan, sedangkan Adnan masih memasang wajah bingung. 

"Tidak, tidak bukan bukan begitu, maksudku apa yang kamu lakukan? kamu tidak diculik?" Adnan bertanya dengan wajah serius. 

"Diculik? aku diculik? " Thea sungguh tidak bisa menahan tawanya, dia tertawa terbahak-bahak, membayangkan imajinasi liar kekasihnya. 

"Tidak lucu". 

"Lucu, kamu sangat lucu, coba katakan mengapa kamu berfikir aku diculik?" Tanya Thea penasaran apa sebenarnya isi kepala Adnan . 

"Hmm kamu hanya izin ke toilet bawah, tetapi sudah satu jam kamu belum juga kembali, aku mulai berfikir bahwa kamu diculik dan dibawa pergi jauh, aku juga tadi hampir menelfon polisi" Jelas Adnan dengan percaya diri , dia menganggap apa yang dia fikirkan itu masuk akal. 

"Aku memang ketoilet bawah, dan tiba-tiba aku merasa lapar, aku tahu kamu juga pasti lapar, oleh karena itu aku memasak ini untuk kita" Thea menjelaskan sembari menyuap nasi goreng. 

Adnan hanya menganggukan kepalanya, dia mengambil nasi gorengnya dan memakannya. dalam hatinya Adnan sangat merasa malu, dia merasa sangat konyol.

Mereka makan dengan lahap, terutama Thea, dia terlihat sangat lapar, selesai makan, Thea dan Adnan menuju halaman belakang. Tempat mereka menanam bunga matahari bersama. 

"Indahnya" Thea mengagumi bunga bunga yang bermekaran. 

"Iya, tapi lebih indah kamu". 

Thea blushing. 

Thea berusaha tidak terlihat salah tingkah, dia mencoba biasa saja, walaupun hati kecilnya seperti menari-nari didalam sana. 

"Oh iya, aku sudah memutuskan" Adnan meggantungkan ucapannya. 

"Memutuskan apa?" Thea penasaran, dia mendekatkan wajahnya ke arah Adnan.

"Aku akan membantumu, meringankan pengerjaan skripsimu, minggu depan sudah harus selesai, karena papa dan mama meminta kita cepat melaksanakan pernikahan" Jelas Adnan dengan tatapan fokus kedepan. 

Thea terdiam, dia antara senang, bingung, campur aduk. Berita seperti ini membuat jantungnya ingin melompat kesana kemari. 

"Aku akan menikah? aku akan jadi istri? istri Adnan?" Batin Thea masih merasa tidak percaya. dia akan melepas masa lajangnya dengan laki-laki yang bahkan tidak pernah ada dalam bayangannya. 

"Kenapa?" Adnan membuyarkan lamunan Thea, Thea menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa didepan Adnan. 

"Apa kamu tidak senang?" Adnan menoleh ke arah Thea dan menatap Thea penuh curiga, karena reaksi Thea snagat jauh dari apa yang dibayangkan Adnan. 

"T-tidak, aku sangat senang, sehingga tidak bisa berkata-kata" Thea menjawab dengan terbata-bata, tatapan Adnan sellau berhasil membuatnya merasa terintimidasi.

"Bagus, aku sudah meminta bantuan Nata untuk menyiapkan desain undangan kita". 

"Waw, Nata selalu bisa diandalkan ya, kemarin di pernikahan Arga. Nata juga berpengaruh besar, sangat beruntung kamu memiliki teman seperti Nata" Ucap Thea merasa kagum dengan circle pertemanan Adnan yang sangat produktif serta solid. 

"Dialah yang seharusnya beruntung berteman denganku, tidak semua orang bisa berteman denganku" Bantah Adnan tidak terima. 

"Iya" Thea tidak ingin banyak bicara, karena ini adalah awal perdebatan tidak pentingnya dengan Adnan. 

"Nata sangat penakut, jika tidak ada aku yang melindungi pasti dia akan terbully semasa kuliah, Nata juga sangat pasif dia tidak pernah mendekati wanita manapun di usianya yang matang sekarang, dia belum pernah berpacaran dengan siapapun" jelas Adnan, menceritakan fakta menarik tentang Nata. 

"Serius? aku fikir Nata adalah laki-laki yang menarik, dan banyak disukai wanita, bahkan aku fikir dia playboy" Thea terkejut dnegan cerita Adnan dia sangat tidak menyangka Nata memiliki sisi yang sangat diidamkan wanita. 

"Iya, Nata juga tidak pernah terlihat kencan ataupun liburan bersama wanita kecuali deng- 

"Bagus, pasangan julid tahun ini di menangkan oleh Adnan dan Thea" Nata memotong pembicaraan Adnan sembari bertepuk tangan, merasa kagum dengan kejulidan pasangan ini. 

"Kalian mengevaluasi perilakuku dengan sangat baik ya" Sambung Nata.

Thea merasa tidak enak, wajahnya sedidkit panik, berbeda dengan Adnan. Adnan merasa tidak bersalah wajahnya tetap datar. 

"Ada perlu apa?" Adnan langsung menanyai apa maksud Nata tiba-tiba kerumahnya. 

"Begini Adnan, kamu kan meminta bantuanku,kebetulan aku lewat sini, jadi aku mampir, desainnya sudah aku siapkan kamu dan Thea tinggal memilih" Jawab Nata. 

"Ya, nanti aku akan memilihnya" 

"Jika boleh tahu, kenapa tadi kalian membicarakan aku?" Tanya Nata dengan wajah penasaran. 

"Hmm tadi Adnan hanya berbagi cerita masa lalu kalian" Thea mengambil alih untuk menjawab, dia merasa tidak enak, dia takut Nata akan salah paham.

"Oh begitu, lalu Adnan, nama siapa yang akan kamu sebut tadi jika aku tidak datang?" Nata menatap tajam ke arah Adnan. 

"Temanmu" Adnan menjawab dengan ringan seperti tidak ada yang salah. Menurutnya memang benar Nata hanya menghabiskan masa mudanya dengan 'teman' wanitanya itu. 

"Haha baiklah, Aku fikir kamu akan menyebutkan nama wanita lain, aku akan merasa terfitnah jika kamu melakukan itu" Nata tertawa kecil. Melihat itu, Thea merasa bingung, nampaknya Thea harus menambhakan satu kata untuk circle Adnan. 

''Aneh'. Mungkin itu kata yang tepat untuk circle Adnan. Mereka berada dalam satu lingkup dimana dua orang diantaranya bahkan tidak memiliki hubungan baik, jika bukan karena Nata tidak mungkin Adnan dan Arga berada dalam satu lingkup seperti ini. 

Ditambah dengan sikap Adnan yang memang sedikit memiliki rasa ingin tahu berlebih, membuatnya terkesan lebih julid dibanding yang lain. 

Arga dengan sikap arogannya, snagat arogan jika berhadapan dengan Adnan, hanay dengan Adnan, dengan Nata, Arga bisa menjadi pria normal. 

Nata memang memiliki peran penting di circle ini, mungkin Nata tidak sempat encari pasangan karena sibuk mengurusi dua manusia seperti Adnan dan Arga. Mungkin, 

My Annoying Lecturer ( SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang