13. The Nova Lux

1.7K 138 5
                                    

Visualisasi Pheromones Night ^^

Happy Reading Guys

~~~

"Tak bisakah kau membuat orang lain tidak khawatir!"

Seorang gadis meletakkan segelas susu dan semangkuk bubur di atas meja lipat dengan kasar. Lebih tepatnya membanting pantat gelas dan mangkok dari pada meletakannya pelan-pelan. Royce tersenyum getir. Mau tidak mau ia tetap harus memakannya baik berselera maupun tidak. Lebih baik makan dengan baik dari pada gadis galak yang sudah seperti singa betina itu meraung lagi di depan wajahnya.

"Terimakasih atas perhatiannya." Royce memasang wajah manis namun sebenarnya dalam hati ia merasa ngeri.

Yuridica mendengus. Namun sesaat kemudian tatapannya melembut melihat Royce memakan makanannya tanpa mengeluh.

Suasana di kamar itu hening. Sekarang adalah musim gugur. Daun-daun mulai berguguran menutupi tanah dengan warna jingga khas daun yang telah menua. Yuridica membuka jendela. Angin musim gugur yang segar berhembus memainkan surai putihnya yang panjang.

Royce memperhatikan Yuridica. Iris merahnya memantulkan daun yang gugur di terpa angin. Terlihat cantik namun juga menyedihkan.

"Masa lalumu kelam juga ya." Yuridica menukas datar. Tatapannya tak lepas dari luar jendela.

"Aku tidak pernah memberimu izin membaca memori masa laluku." Royce mendengus.

"Itu terjadi begitu saja." Yuridica berkilah.

"Kita berteman sejak kecil. Aku sudah tau sejak lama." Tambahnya yang kini menatap Royce lekat-lekat.

"Sejak kapan?"

"Perlukah kita membahasnya?"

"Tidak." Royce memasukkan lagi sesendok bubur ke mulutnya.

"Sejak kau menggenggam tanganku dan membawaku ke Avalon."

Royce mengalihkan pandangannya dari bubur ke Yuridica. Ekspresinya sulit di artikan.

"Setelah sekian lama aku baru tau alasannya sekarang." Ujung bibirnya sedikit melengkung.

"Malu bertanya sesat di jalan. Bodoh!"

Keduanya menyemburkan tawa. Sudah lama sekali mereka tidak bercanda ria. Sejak kecil Royce di didik keras karena mewarisi langsung darah Wizard Elder satu-satunya yang tersisa. Bakat sihirnya pun tak mengecewakan.

Sedangkan Yuridica adalah anak misterius yang tak sengaja Royce temukan saat keluar dari Avalon, wilayah yang sudah payah di bangun leluhurnya, Wizard Elder demi keamanan kaum wizard, white which, manusia, dan ras minoritas yang tersesat di underworld. Hallelau juga di bangun oleh Wizard Elder tanpa memandang ras siapapun dapat mengenyam pelatihan di sana asal memiliki kemampuan. Royce dan Yuridica juga termasuk siswa unggulan pada angkatannya bersama tiga siswa lainnya yang masing-masing memiliki skill yang unik.

"Katakan padaku rasanya menjadi seorang Seer?"

Sejak dulu Yuridica selalu ingin tahu bagaimana rasanya menjadi Seer dari pada penyihir yang mampu mengintip masa lalu seseorang tanpa permisi. Semuanya terbaca begitu saja ketika kulitnya bersentuhan dengan orang yang akan di baca memorinya. Sangat menyiksa bagi Yuridica jika tanpa sengaja membaca memori kelam seseorang tanpa izin.

Royce diam sejenak mencoba berpikir sebelum menggeleng.

"Tidak enak."

Sebelah alis Yuridica terangkat. Ragu atas jawaban yang baru saja di terimanya.

"Seharusnya menyenangkan. Kau bisa tau lebih awal apa yang akan terjadi. Banyak hal yang dapat kau ketahui lebih dari siapapun." Pada akhirnya Yuridica tertawa dan nyaris terdengar sinis.

Half Blood MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang