38. Desire

813 45 12
                                        

Happy Reading Guys~~~

~

~

~

Tak seorang pun yang kembali ke Eclipse Pack dalam keadaan baik-baik saja. Namun hal itu wajar saja karena mereka baru saja menghadiri pemakaman penuh duka dan nestapa. Di tambah insiden tidak menyenangkan yang menimpa Alexa juga Sharan yang mengalami luka tusukan cukup dalam.

Lalita sendiri yang seharusnya menjadi sosok yang di tuakan sempat ikut terpancing emosi. Bukan karena Selene namun akibat penjelasan Erik yang benar-benar tidak bisa di terima. Kehilangan Helen merupakan kehilangan yang sia-sia. Bahkan Lalita tak segan-segan mengamuk dan menghancurkan beberapa perabotan di tempat ia berbicara empat mata dengan Erik. Beberapa pelayan dan prajurit di buat gelagapan atas tindakan Lalita yang menghajar Raja mereka tepat di depan mata. Mereka tau benar seberapa buas dan mengerikannya Erik Night pada masanya. Namun kali ini ia membiarkan dirinya sendiri menjadi sasaran amukan Lalita yang tidak bisa menerima alasan di balik kematian sahabatnya.

"Lukanya cukup dalam apa lagi penyebabnya adalah perak. Mungkin butuh waktu beberapa hari baginya untuk memulihkan diri. Perak benar-benar menghambat pemulihannya." Kata Lalita usai memeriksa Sharan untuk memastikan bahwa lukanya terawat dengan baik.

Jadi selama Sharan memulihkan diri, Alexa hanya berada di pack house. Menghabiskan waktu yang berharga di perpustakaan di temani Hera yang kondisinya telah jauh membaik meskipun beberapa lebam di sekujur tubuhnya belum sembuh benar mengingat dirinya hanyalah seorang Omega.

"Aku tidak mengerti kenapa kau gemar membaca buku bergenre seperti ini." Kata Hera ketika mengamati beberapa novel tebal yang hendak Alexa baca.

"Sederhana saja, aku suka membaca. Lalu kuharap aku bisa menemukan petunjuk mengenai mereka yang terlahir sama sepertiku." Balas Alexa sambil memilih buku yang hendak ia baca.

"Omong kosong, novel-novel murahan ini dulunya hanyalah buku harian milik para half sebelum mereka mati di bunuh atau bunuh diri. Para penulis memungutnya sebagai bahan utama menulis dan kau tau bagian yang paling menyebalkan. Kemampuan menulis mereka dalam mencampurkan unsur fantasi dan realita benar-benar luar biasa. Aku kagum sekali hingga ingin menangis rasanya." Hera memasang ekspresi cemberut.

Bukan rahasia umum jika novel-novel mengenai half merupakan kisah nyata yang di campur baurkan dengan khayalan yang di buat-buat. Namun beberapa abad belakangan ini novel tentang half di anggap sebagai hal tabu sehingga tidak banyak buku yang tersimpan dalam keadaan baik dan layak untuk di baca.

"Tidak apa-apa setidaknya novel-novel ini akan mengingatkanku bahwa aku bukanlah satu-satunya." Balas Alexa masih dengan ekspresi ceria.

Hera memutar bola matanya. "Terserah kau saja. Aku masih merasa kurang enak badan, bisakah kita membaca di kamarku atau di kamarmu saja?"

Alexa menggeleng sambil menandai buku yang telah ia baca setengahnya. "Aku lebih suka di sini. Kalau kau masih kurang enak badan maka beristirahatlah. Aku tau passion mu bukan membaca tapi praktik secara langsung di dapur dengan buku resep dan keranjang berisi bahan-bahan segar."

"Kau yang terbaik!" Hera memeluk Alexa sekilas dari belakang sebelum pergi meninggalkan perpustakaan.

Pintu perpustakaan yang berat dan tebal perlahan berderit. Namun tak berapa lama kemudian pintu itu kembali berderit pertanda bahwa ada seseorang yang masuk.

"Kenapa tidak jadi pergi?" Tanya Alexa yang menyadari ada seseorang di belakangnya.

"Aku baru saja datang, apa kau benar-benar ingin aku pergi?" Bukan suara Hera namun Alexa mengenali siapa pemilik suara itu. Begitu menoleh Alexa menemukan Pheron sedang berdiri di belakangnya sambil melipat tangan di dada.

Half Blood MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang