41. Arsenio

216 25 13
                                    

Hello semuanya. Vii kembali. Setelah puluhan purnama. Vii gak tau apakah tulisan Vii masih bagus atau udah berkurang value nya. Sejujurnya Vii baru saja kehilangan orang yang sangat Vii sayangi awal 2024 ini dan kali ini setelah mengumpulkan segenap niat akhirnya Vii memutuskan untuk kembali.

Jadi setelah putus maaf jika 3 atau 4 part sebelum part ini terlihat absurd atau kurang nyambung. Mungkin Vii akan memperbaikinya segera. Terutama part kepergian Alexa yang duuh ampun itu kualitasnya. Jadi segera bakal Vii revisi.

Happy Reading Guys~~

~~~

Suara tegukan bergema di keheningan malam.  Tetes terakhir dari botol anggur merah telah jatuh memenuhi gelas anggur berwarna bening. Kilauanya nampak redup dengan wine yang menari-nari meninggalkan bekas kemerahan di dinding gelas. Sekali lagi gelas itu kosong sekejap mata tak bersisa.

Seorang pria tampak terduduk di lantai bersandar pada rak buku dalam temaram ruangan yang hanya di terangi sinar rembulan keperakan yang merangsek masuk dari jendela tanpa gorden berkaca transparan. Rambutnya acak-acakan. Aroma alkohol begitu pekat menguar dari tubuhnya. Beberapa botol wine yang telah kosong kini tergeletak begitu saja di sekitarnya.

Kertas-kertas bertebaran sembarangan tak teratur. Tinta hitam dari pena bulu jatuh mengotori karpet meninggalkan noda hitam di tengah warna merah yang mendominasi. Ruang kerja yang biasanya begitu rapi dan sibuk kini terlihat begitu hening dan berantakan. Sama seperti pikiran Leon.

Kepergian Alexa meninggalkan luka dan tanya yang luar biasa dalam benaknya. Tatapan dingin itu, Leon masih mengingatnya dengan jelas. Mengingatkanya pada iris hitam legam yang biasanya tampak menyedihkan menghadap tanah juga iris merah darah yang menatap nyalang dengan tanpa perasaan.

Leon masih tidak mengerti. Segala hal yang pernah ia lakukan. Segala hal yang pernah mereka lalui. Apakah tak ada yang berarti? Apakah tangan asing yang entah datang dari mana lebih baik darinya yang telah menerima Alexa tulus apa adanya. Leon benar-benar binggung.

'Aku merasakan aromanya, namun aku tidak merasakan adanya kehadiran jiwa serigala di dalam dirinya. Meskipun begitu, sama seperti dirimu yang mencintainya, aku pun mencintainya.' mindlink Arsenio dingin.

"Langsung ke intinya saja Arsen, apa yang kau inginkan?" Balas Leon sambil mencongkel tutup botol wine hingga terbuka dengan kuku jempolnya sebelum menenggak wine kemerahan tanpa gelas langsung dari botolnya.

'Kurasa tidaklah pantas bagimu untuk menderita seorang diri di ubin yang dingin hanya karena seorang gadis yang kini berbahagia dalam hangat dekapan pria lain.' Tidak main-main Leon dapat merasakan getaran amarah yang nyaris sama besarnya bagai gelombang kebencian dalam ucapan Arsenio.

"Tentu tidak... " Leon kembali menenggak botol berisi wine yang setengah penuh hingga tandas. "... tapi tidak masalahkan jika kita melakukan perayaan kecil?"

'Perayaan?' jika Arsenio sedang mengambil alih tubuh Leon, maka dapat di pastikan sebelah alisnya pasti akan terangkat.

"Untuk merayakan matinya rasa yang kumiliki untuk gadis itu."

Leon pun menarik kasar kalung yang tergantung di lehernya. Kalung pasangan yang dimiliki orang tuanya dulu dan kini dimiliki oleh dirinya juga Alexa. Naif sekali. Dengan asal, Leon pun melempar kalung itu ke sembarang arah. Kalung dengan liontin bulan sabit cantik itu kini tergeletak tak bertuan di sudut ruangan.

'Kau terlalu lunak untuk seorang Alpha.' Arsenio mencibir namun Leon hanya balas tersenyum miring.

"Kalau begitu keluarlah, tunjukkan bagaimana seharusnya seorang Alpha bersikap."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Half Blood MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang