3. Who I am?

2.8K 229 4
                                        

Visualisasi Alex Rudolf Mansen^^

.

.

.

.

Can I get voment please?

...

Warnanya jingga. Jingga kemerahan. Di bawah naungan langit hitam nan gelap. Malam yang biasanya sunyi dan damai di penuhi oleh jeritan yang memilukan. Anak-anak ketakutan. Para gadis meringkuk dan gemetaran. Sedangkan para pria bergelimpangan di jalanan tanpa nyawa. Darah membanjiri seluruh Blood Moon Pack! Sebagian besar rumah terbakar dan tak sedikit yang hancur.

Di tengah kekacauan itu Alexa duduk bersimpuh di ujung jalan. Perlahan Alexa bangkit lantas menyusuri jalan yang telah di penuhi sesak oleh jasad warrior dan Rogue. Alexa ingin berteriak dan menangis. Namun tak ada sepatah kata pun yang keluar dari kerongkongannya. Tubuhnya pun bergerak tanpa di perintah seperti ada yang mengendalikan. Pasrah, Alexa membiarkan dirinya terus berjalan ke arah yang sangat familiar. Dimana lagi kalau bukan pack house. Tempat ia tinggal juga tempat ia di siksa oleh para omega hina.

Alexa tercekat, pack house yang tadinya berdiri kokoh dengan pilar-pilar yang elok nan mengagumkan kini runtuh dan hancur. Hampir sebagian besar bangunannya hangus di lalap api.

Langkah demi langkah memperlihatkan kehancuran yang penuh kepedihan. Bahkan Alexa di suguhi pemandangan di mana Alpha dan Lunanya kini tak lagi bernyawa di atas genangan darah. Di tempat yang dulunya taman pack house, tak jauh dari jasad Alpha dan Luna Alexa menyaksikan pemandangan yang paling tak ingin ia lihat maupun bayangkan seumur hidup.

Alex berdiri menyandar di pohon dengan pedang tertancap tepat di jantungnya. Bibirnya menyunggingkan senyuman sinis pada sosok gadis yang menusuknya. Gadis itu terlihat familiar, namun Alexa tidak dapat menebak siapa gadis itu karena ia berdiri membelakangi Alexa sambil menggenggam erat pegangan pedang yang menembus tubuh Alex.

Alex tercekat, bulir-bulir bening meluncur mulus membasahi pipinya. Tangan Alexa akhirnya dapat di gerakan dan kini membekap mulutnya menahan Isak.

"Larilah, Alexa..." Ucap Alex lirih.

Pupil Alexa melebar ketika menyadari segerombol Rogue berdiri di samping gadis itu. Sontak saja Alexa langsung berlari diikuti para Rogue yang kini memburunya.

Semakin jauh ke dalam hutan semakin rimbun pepohonan. Sinar bulan tak mampu menembus hingga ke dasar hutan. Gelap gulita yang mengerikan semakin lengkap dengan aneka suara hewan malam. Tapi itu semua tidak penting sekarang. Yang terpenting adalah bagaimana caranya menghindari para Rogue yang masih gigih mengejar Alexa. Nafas Alexa memburu diikuti adrenalin yang tak terkendali.

Cahaya kekuningan dari nyala api yang melalap Blood Moon Pack mulai samar dan menghilang di gantikan kelamnya malam. Pengajaran yang seakan tiada habisnya nyaris membuat Alexa putus asa. Dengan sisa kewarasannya Alexa mencoba berpikir jernih. Terakhir dirinya berada di atas ranjang dan Alex ada di sampingnya sampai ia terlelap. Jadi Alexa mengambil kesimpulan bahwa semua ini hanya mimpi. Ya semuanya hanya mimpi. Alex tidak mungkin tertusuk. Alpha dan Luna tidak akan tewas sedangkan Blood Moon Pack mustahil untuk runtuh dalam semalam.

Alexa berhenti berlari lantas berbalik menghadap ke belakang. Yang harus ia lakukan hanyalah terbangun dari mimpi buruk ini. Dengan penuh keberanian Alexa berdiri menghadapi serombongan Rogue tanpa memegang senjata. Derap langkah kaki puluhan Rogue semakin dekat.

Half Blood MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang