39. Whisper

290 28 2
                                    

Happy Reading Guys ~~~

~
~
~

Perpustakaan, tempat yang begitu hening dan sepi dari hingar bingar aktivitas penghuni pack yang selalu sibuk berlalu lalang tanpa membiarkan satu lorong pun pun luput dari jejak-jejak kaki yang kian berkejaran. Tempat yang sempurna bagi Alexa untuk menghabiskan waktu.

Meskipun hampir semua orang di pack menerima dan merangkul Alexa, namun terbiasa menyendiri membuat Alexa memilih untuk sedikit memembatasi diri. Dirinya masih jauh dari kata pantas menyandang gelar sebagai calon Luna dari pack terbesar di underworld.

Saat sedang fokus membaca, tiba-tiba perhatian Alexa terpecah ketike mendengar seperti suara kuku tajam yang menggaruk papan kayu. Benar saja ada orang lain selain Alexa yang sedang berada di perpustakaan. Seorang gadis berambut perak dengan iris semerah darah muncul dari salah satu sisi perpustakaan di mana buku-buku tua berdebu di simpan. Alexa mengenali wajah itu karena ketika beradu tatap rasanya bagai berdiri di hadapan cermin. Hanya saja dengan warna rambut dan bola mata yang berbeda. Gadis itu tersenyum menyeringai lalu secepat kilat kini telah berada tepat di depan Alexa.

"Ini bukan pertemuan pertama kita. Jika saja bukan karena serigala sialan itu mungkin warna rambutku yang hitam akan terlihat lebih menawan." Bisiknya sambil menyeringai memperlihatkan empat taring panjang yang tersusun rapi di antara deretan gigi putihnya.

Alexa merinding seketika. Sekarang Alexa ingat. Gadis itu pernah ada di dalam mimpinya saat sedang tertidur panjang pasca penyerangan Eclipse Pack. Alexa beranjak dari posisi dudukan hendak kabur menuju pintu keluar perpustakaan namun sosok itu lebih cepat. Belum sempat tangan Alexa meraih gagang pintu, gadis berambut perak dengan wajah menyerupai dirinya sudah lebih dulu berdiri di depan Alexa dengan seringaian yang tak kunjung luntur dari wajahnya.

"Mau kemana? Buru-buru sekali. Kita belum selesai berbincang." Katanya kemudian mencengkram erat kedua bahu Alexa.

"Lepaskan!" Brontak Alexa namun sia-sia.

"Melepaskan diri dari cengkramanku saja kau tak mampu apa lagi menjadi Luna untuk memimpin pack ini." Alexa berhenti memberontak seketika. Kata-kata itu benar adanya.

Sosok itu tersenyum bengis kemudian melepaskan Alexa yang kini terduduk di lantai sambil menunduk diam. Gadis itu berjongkok kemudian mengangkat dagu Alexa dengan kasar untuk menatapnya. Tatapan lemah dan sayu Alexa membuat sosok itu semakin girang untuk terus mempermainkannya.

"Nah begitu, itu baru gadis baik. Sekarang dengarkan aku."

"Menjadi seperti manusia serigala yang menjijikkan itu apa kau serius? Apa kau tak ingat dengan apa yang menimpa ayah dan ibumu di masa lalu? Apa kau susah lupa bagaimana mereka memperlakukanmu semasa kecil hanya karena setengah dari dirimu adalah Vampir?"

"Itu sudah berlalu." Ujar Alexa lirih.

"Lantas kau mau melupakan segala siksaan dan hinaan itu begitu saja!" Nada suara sosok itu terdengar marah.

Cengkraman pada dagu Alexa kian memgerat. Namun saat itu juga Alexa terbangun dengan wajah penuh keringat dan air muka binggung. Alexa masih berada di perpustakaan dan ternyata ia tertidur.

"Maaf kurasa aku mengejutkanmu. Ekspresi tidurmu terlihat tak tenang, apa kau mimpi buruk?" Tanya Pheron yang entah sejak kapan duduk di seberang Alexa.

"Sejak kapan kau di sini?" Tanya Alexa binggung.

"Itu tidak menjawab pertanyaanku." Pheron menggeleng kemudian mengambil buku yang tadinya Alexa baca.

"Perpustakaan ini hebat, namun karya sampah seperti ini tidak layak masuk dalam koleksinya." Kata Pheron sarkastik hanya dengan membaca judul buku.

"Para half memang seperti itu. Kami memang tak layak berada di mana pun. Bahkan karya mengenai kami memang tak seharusnya ada atau pun tercatat." Alexa tersenyum, sama sekali tidak terluka karena telah terbiasa yang malah membuat Pheron merasa bersalah.

Half Blood MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang