Can I get shooting star please?
Yang kalian tunggu-tunggu
Jeng... Jeng... Jeng...Happy Reading ^^
____________________________________________
Seluruh persiapan telah selesai. Hanya dalam beberapa jam warrior yang akan di kirim ke Blood Moon Pack telah siap berangkat. Mendengar serangan yang begitu besar membuat Leon tak hanya mengirimkan warrior saja, namun juga mengirim surat pada Hallelau agar meminjamkan Wizard yang mahir dalam Healer. Selain itu Leon juga memutuskan untuk mengunjungi Blood Moon Pack dan menetap selama beberapa hari untuk mengamati situasi. Hari ini Leon pergi mengunjungi Blood Moon Pack tiga hari setelah serangan besar meluluhlantakan sebuah pack yang dapat di katakan besar.
"Semuanya sudah siap." Lapor Jarvis. Leon mengangguk sebagai jawaban.
"Leona, ku percayakan Pack padamu untuk sementara." Leon menatap saudara kembarnya yang berdiri tak jauh darinya. Leona tidak menjawab menggunakan suara melainkan dengan anggukan. Leon tau saudara kembarnya lebih dapat di andalkan dari pada adik bungsunya yang sekarang sedang menatapnya dingin.
"Siera jangan membuat keributan. Dengarkan Louis dan Loureint, mengerti?" Siera mendengus dengan pipi menggelembung mirip ikan buntal. Benar-benar imut seperti anak kecil.
"Masih dendam?" Leon melembutkan suaranya. Dan benar saja wajah kesal Siera berubah menjadi memelas sebelum menggeleng.
"Aku ingin ikut." Balas Siera lirih.
"Tunggu kakak sengang, kakak pasti akan mengajakmu keluar bersenang-senang."
"Kakak selalu bilang begitu, dasar pembohong." Siera mendengus kemudian kembali ke kamarnya. Meskipun demikian Siera sama sekali tidak marah. Gadis itu mengerti dengan sangat baik meskipun sedikit di manja.
Sebelum meninggalkan pack, Leon berhenti sebentar di depan pintu mobil yang terbuka. Ada hal kecil yang harus ia lakukan sebelum pergi.
"Valentines." Begitu kata itu terucap seorang gadis cantik dengan rambut pirang keemasan yang di biarkan terurai muncul di sebelah Leon. Wajah cantiknya tertutup topeng tembaga yang di cat silver. Satu-satunya warrior yang mampu bergerak diam-diam seperti hantu. Satu-satunya Assassin dari bangsa werewolf yang susah payah di taklukan Leon.
"Aku ingin kau mengawasi pack. Jika ada pergerakan untuk memberontak, meski hanya sedikit. Habisi." Gadis itu mengangguk kemudian menghilang tanpa jejak.
***
Tiga hari tiga malam Alexa terbaring di kamarnya. Namun perlahan kulitnya yang pucat menampilkan warna seiring kesadarannya yang kembali. Bajunya yang kotor dan berbau anyir telah di ganti dengan gaun tidur yang lembut. Sedangkan rambut panjangnya yang tergerai sedikit kusut.
"Sudah bangun." Terdengar suara laki-laki yang sangat familiar usai gorden di singkap.
"Lapar? "
Alex mengambil meja lipat kecil kemudian menaruhnya di depan Alexa. Tak lama kemudian seorang omega datang membawakan makanan dengan kombinasi bubur, biskuit, dan susu. Terdengar seperti menu sarapan untuk orang sakit. Benar-benar membosankan. Tapi itulah yang Alex pesan.
"Kakak aku..."
"Makan dulu. Kita akan bicara nanti. Aku bukan orang yang begitu tidak berhati menginterogasi orang yang telah tertidur selama berjam-jam."
Alexa yang sedang mengunyah biskuit berhenti sebentar dan nyaris tersedak. Tidur selama berjam-jam. Bagaimana mungkin.
'Mungkin saja. Kau seorang half blood. Setiap aktivitas yang berkaitan dengan perbedaan di antara dua gen dalam tubuhmu pasti memiliki konsekuensi.' jawab Arantine dari dalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Half Blood Mate
WerewolfAlexa Smith seorang shewolf malang dengan darah campuran yang mengalir dalam nadinya. Lebih menyedihkan lagi dia sering di siksa dan di perlakukan lebih buruk dari pada pelayan oleh para omega di pack yang menjadi satu-satunya rumah. Alexa tidak ber...