Happy Reading guys^^
.
.
.
Entah sudah berapa lama waktu yang terlewat. Alexa tak dapat menebaknya. Tempatnya tersembunyi dari sinar matahari dan jauh di dalam celah-celah rak yang sulit di gapai cahaya. Jika dapat melihat dari mana cahaya berasal mungkin Alexa masih dapat menebak waktu. Namun, sekalipun Alexa mampu menebaknya hal itu sama sekali tidak berguna.
Pada kenyataannya semua orang tau. Semua orang akan membencinya bahkan Alexa tidak yakin apakah Leon sanggup melindunginya dari orang-orang atau tidak. Harga yang di bayar terlalu mahal. Sedangkan hal yang di miliki terlalu rendah dan tak berharga.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya sebuah suara maskulin namun dingin.
Alexa harus mendongak untuk melihat siapa sosok yang berdiri di depannya. Seorang laki-laki tinggi dengan iris merah yang menyala di kegelapan. Alexa mengenali sosok itu. Dia satu-satunya Vampir yang mengetahui identitasnya. Orang yang berjanji akan menjaga rahasianya. Melihatnya membuat rasa marah dan sedih bercampur padu dalam hati Alexa dan keluar membentuk aliran bening yang mengalir deras di pipi.
"Pheron?"
"Di luar kacau sekali ya?" Katanya canggung.
"Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa salahku padamu padahal kau sudah berjanji." Tangis Alexa semakin deras yang tentu saja membuat Pheron kelabakan melihatnya.
"Apa? Dengar bukan aku yang membongkar identitasmu. Aku adalah orang yang teguh memegang janji, jadi camkan itu."
Pheron berusaha membela diri sambil meyakinkan Alexa kalau pelakunya bukan dirinya. Namun apa pun yang Pheron katakan tetap saja tak mampu menghentikan tangis Alexa yang semakin deras. Untuk pertama kalinya Pheron merasa canggung dan salah tingkah di depan seseorang. Pheron tak tau harus berbuat apa. Sekarang ia menyesali keputusannya mencari asal suara dan bau tak biasa di sekitar perpustakaan.
Tangis itu seakan mengingatkan Pheron pada masa lalunya. Begitu kesepian tanpa tempat untuk bersandar berharap akan ada seseorang yang datang sebagai penghibur. Namun hal itu tak pernah terwujud. Sekarang Pheron melihat peristiwa yang sama di dalam diri Alexa. Pheron berjongkok tepat di hadapan Alexa berharap dengan kehadirannya, Alexa dapat merasa sedikit lebih baik.
"Aku akan membantumu menemukan pelakunya juga memperbaiki segalanya." Mendengar itu Alexa masih bergeming dengan air mata yang masih mengalir.
"Aku berjanji dan seorang bangsawan vampir tidak pernah mengingkari janjinya."
"Jadi jangan menangis."
Saat itu Pheron mengarahkan tangan kanannya untuk mengusap air mata di pipi kiri Alexa. Merasai pipi pucat yang dingin dan basah karena air mata. Melihat pemandangan yang familiar. Menginginkan sesuatu yang sederhana dari orang lain. Seperti kata pepatah hanya mereka yang merasakan penderitaan serupa pasti akan saling mengerti.
***
Jarvis bergerak cepat sesuai instruksi. Pusat informasi yang berada tak jauh dari alun-alun menjadi tujuan utama Jarvis. Sumber informasi tentang Alexa sudah jelas bocor dari sana. Dulu tempat itu hanyalah perpustakaan yang sepi pengunjung namun dengan sedikit ide dan inovasi, bangunan tinggi nanti besar penuh buku itu di sulap menjadi tempat di mana seluruh informasi mudah untuk di dapat. Awalnya memang sangat membantu, namun kini berubah menjadi sumber bencana.
Ketika sampai di pusat informasi, Jarvis terkejut mendapati ruang reservasi yang di penuhi sesak oleh orang-orang. Mereka rela mengantri demi mendapatkan sebendel lengkap informasi tentang Alexa, seorang half yang di bawa Alpha mereka. Enggan menunggu antrian, Jarvis langsung menyela pada salah satu antrian terdekat dengan tempatnya berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Half Blood Mate
WerewolfAlexa Smith seorang shewolf malang dengan darah campuran yang mengalir dalam nadinya. Lebih menyedihkan lagi dia sering di siksa dan di perlakukan lebih buruk dari pada pelayan oleh para omega di pack yang menjadi satu-satunya rumah. Alexa tidak ber...