Tanpa kusadari, hari sudah menjelang malam.
Dan yang lebih membuatku terkejut terheran-heran bukan main, sensei yang tadi tiduran di pundakku, KENAPA MALAH SEKARANG TIDURAN DI PAHAKU?!
Langsung saja ku bangunkan singa melotot ini dengan cara tak halus.
"SENSEEEIIIIII BANGUUUUUUNNN!!!""Hmmm 5 menit lagi..."
Aku melihat botol minum berisi air penuh disampingku, langsung saja ku ambil dan ku guyur makhluk ini yang masih nggak bangun-bangun."Aaaa hujan ya? Hujan ya?" Tanyanya sambil mencari cari kacamatanya. Aku yakin padahal, dia pakai kacamata cuma buat gaya-gayaan doang, waktu itu aja lawan Douma nggak pake kacamata dia bisa lihat tuh. Terus pas nolongin Inosuke, pas main air, kacamatanya juga dilepas.
Karena tak kunjung bangun, dengan kasar ku dorong saja singa melotot ini agar menjauh dariku.
"Hoaaamm..." Dia malah menguap. Rambutnya yang acak acakan karena baru bangun tidur, menambah kesan kalau dirinya saat ini MIRIP SINGA BENERAN.
"Sensei mirip singa tau."
"Hmm?? Meow?? Gitu?"
"...itu kucing."
"Terus gimana dong, roaaarrrr~!! Gitu?"
"AAAAA UDAH AH AKU MAU MANDI DULU, mau siapa duluan mandi?"
"Barengan aja.."
Deg
Aku nggak salah denger kan, barusan sensei ngomong apa?"KONO BAKA HENTAAIII!!" Aku melemparnya dengan sepatuku yang langsung kulepas. Siapa suruh, disabarin malah ngelunjak.
"Hah?? Barusan kau bilang mau makan kan?"
"DASAR BUDEG!!!" Pantesan dia jawabnya barengan aja. Nggak tahunya salah denger.
"Eeeeeh...??"
.
.
.
.
.
Aku sudah selesai mengganti pakaian ku, saatnya untuk kembali ke kamar, padahal sejujurnya aku sudah muak berada disini apalagi aku mau muntah ketika mencium aroma bau rumah sakit.Bau obat banget.
Aku mencari Shinobu-sensei untuk bertanya apakah aku sudah boleh pulang atau belum.
Ah! Itu dia, dia sedang meracik obat di ruangannya.(Y/n): "Anu, Shinobu-sensei."
Shinobu-sensei: "Konbawa, (Y/n)-san! Sini masuk."
Aku berjalan memasuki ruangan ini yang pastinya tercium bau obat yang sangat menyengat, membuatku langsung pusing.
Shinobu-sensei: "Ada apa kau datang kesini?"
(Y/n): "Ehm, mau tanya. Ku udah boleh pulang belum?"
Shinobu-sensei: "Hmmm belum."
(Y/n): "Tapi aku udah sembuh, udah nggak kenapa-napa. Justru kalau aku terus terusan disini itu membuat kepalaku pusing."
Shinobu-sensei: "Begini saja, kau kuizinkan pulang asalkan kau harus menemani Rengoku-san selama beberapa hari sampai dia sembuh total. Soalnya kalau nggak ada kamu, Rengoku-san bakal lama sembuhnya soalnya tanpa kamu sadari, kehadiran mu disisinya membuat dia menjadi lebih tenang-- ehmm maaf maksudku--!! ...Yaahh pokoknya kau harus menemani Rengoku-san, oke?"
(Y/n): *menghela nafas* "Astaga.. gak mau."
Shinobu-sensei: "Oke kau akan tetap disini 2 Minggu lagi."
(Y/n): "Ogah!"
Shinobu-sensei: "Ara ara~ Kuizinkan pulang kamu nggak mau, ku suruh untuk tetap disini kamu juga nggak mau. Yang mana yang benar?"
Kalau aku tetap disini, aku nggak tahan sama bau obat yang menyengat.
Kalau pulang, harus nemenin singa melotot itu.
Apa harus ku iket aja Shinobu-san di gudang biar dia nggak banyak ngatur ini itu?
Nggak, itu terlalu kriminal.(Y/n): "Yasudah lah, berapa lama aku nemeninnya?"
Shinobu-sensei: "Yahh paling sekitar 3 hari, itu bukan masalah besar kan?"
(Y/n): "Oke, duluan."
Shinobu-sensei: "Chotto! Aku baru saja selesai membuatkan mu obat--"
(Y/n): *kabur*
Shinobu-sensei: "Yare yare! Anak itu memang sulit diatur."
Ok saat ini aku sedang tergesa-gesa menuju kamar dan sebelum masuk, tentu aku mengetuk pintu terlebih dahulu.
Bukan biar sopan atau apa, buat jaga-jaga doang.
Takutnya ada hal yang 'tidak diinginkan' terjadi.
Misalnya saat waktu itu Inosuke mengerjaiku dengan mematikan lampu toilet-- Duh! Aku harus melupakan kejadian tu.Tok tok tok.
"Masuk saja, (Y/n)-san."
Deg
Dia tahu aku yang mengetuk pintu?
"Tumben kau mengetuk pin-- hee!! Ada apa ini?"
Aku menarik tangannya dan memaksanya untuk mengikutiku berjalan keluar."Gak usah banyak nanya."
"Chotto matte--! Kita mau kemana?"
"Pulang."
"Pulang?" Tanyanya, dia malah plonga plongo mendengar ucapanku barusan.
"..Shinobu-sensei menyuruh ku untuk menemanimu selama 3 hari, kalau nolak kita berdua harus disini selama 2 Minggu lebih dan itu artinya selama itu kita akan minum obat pahit itu setiap hari."
"Tidak tidak tidak! Meminumnya membuat ku ingin muntah."
"Yaudah, 5 menit lagi waktunya minum obat, kalo kita nggak segera kabur pasti kita dipaksa minum obat pahit itu lagi! Udah sekarang aja kaburnya--" tiba tiba Kyou-sensei menggengam tanganku.
"Kalau begitu jangan membuang waktu lagi! Ikuzo!" Dia tiba tiba mengajakku berlari bersamanya,Barbarnya, kami malah melompat keluar jendela bukannya melewati pintu.
Soalnya disitu pasti banyak petugas nya, bisa bisa kami di tahan dan gak boleh keluar tanpa izin.
"Aku bisa lari sendiri jadi jangan pegang tanganku! Lagian larinya jangan kecepetan nanti luka mu terbuka lagi--"
"Tenang saja!" Ucapnya dengan percaya diri dan senyum nya.
"Tapi nanti luka mu-"
Sensei menutup mulutku dengan telunjuknya, ia menggeleng pelan dan menatapku.
"Tutup matamu, dalam 2 detik kita akan sampai."
"Nggak mau, aku mau pulang kerumah ku sendiri, ku nemenin sensei via teleponan atau video call aja oke? Soalnya perintah Shinobu-sensei nggak jelas banget, murid disuruh nemenin guru? Kan jadi ilfeel--!"Belum selesai aku mengoceh, saat aku baru saja berkedip tiba tiba latar tempat yang tadinya dijalanan sekarang ada DIDEPAN RUMAH SENSEI WOI.
"HIYAAAAA KU BILANG AKU MAU PULANG KERUMAHKU!!" Aku memukul mukul pelan dirinya karena kesal.
Kalo ku pukul kencang bisa-bisa pingsan lagi, aku juga yang repot."Hahahaha! Awch, Itai! Itai! Gomenne (Y/n)-san~ habisnya Shinobu-san galak kalau marah, jadi mending cari aman deh. Tenang saja, aku tidak akan aneh-aneh kok! Kau tidak perlu khawatir."
"Huft, yaudah, 3 hari doang oke?"
"Okee!!"
Dengan terpaksa akhirnya aku mengikutinya dari belakang dan masuk kerumahnya.
.
.
.
.To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread Destiny - Don't Leave Me Again! ||Rengoku x Reader
Teen FictionTentang kisah petualanganmu dengan seorang guru sejarah di Kimetsu Gakuen, Rengoku Kyoujurou. Semua terjadi begitu saja. Kilasan masa lalu kita terputar kembali di otakku. Kenapa? Kenapa kau harus datang padaku? Semakin kita menjauh, justru takdir s...