2. Can I call this love?

59.7K 4.1K 29
                                    

"Eh, sorry," ucap seseorang yang tadi menabrak Flo sambil berdiri dan buru-buru mengulurkan tangannya untuk membantu Flo.

"Ga apa-apa, yang salah gue ko, tadi jalan ga liat-liat," balas Flo sembari menerima bantuan dari cowok tadi.

Vito melirik sahabatnya tanpa niatan membantu. "Mangkanya kalo jalan tuh liat ke depan, bukan mukulin orang. Nabrak 'kan," tanggap Vito, seolah mendapatkan kesempatan balas dendam kepada Flo. Flo hanya mendelik.

"Ohya, gue Gevin, lo?" timpal cowok yang tadi menabrak Flo, ternyata dia bernama Gevin. Gevin juga seolah melerai pertengkaran Flo dengan Vito.

"Flo Ka," balas Flo dengan senyum ramah yang selalu ia tunjukkan.

"Gausah pake ka, Gevin aja."

"Oh ok. Kalo gitu, gue duluan ya, maaf sekali lagi, Gev?" ucap Flo ragu.

"Ok, no prob, see you," dibalas lambaian tangan penuh semangat dari Flo, seiring ia meninggalkan Gevin.

________________________

Jam 12. Menandakan waktu mereka pulang ke rumah masing-masing. Berhubung masih MOS jadi mereka hanya setengah hari.

"Woy kalian, ada yang mau nebengin gue ga?" tanya Flo dengan wajah yang mendukung, bibir dimanyunkan dan alis yang menurun. Benar-benar ekspresif.

"Kenapa ga sama Ka Zeiyan?" mengingat Ka Zeiyan bersekolah di GNS juga dan notabene-nya kaka kandung Flo, Dion langsung inisiatif bertanya.

"Ka Zeiyan nya pulang jam 3, masa harus nungguin dia sampe pulang? Ini baru jam 12," jelas Flo dengan tingkah yang tidak lebih baik dari balita.

Vito manggut-manggut. "Yaudah, gue juga nungguin Ka Zizi pulang, biar sekalian katanya. Bareng aja nungguinnya, Tetangga," sahut Vito, kali ini pandangannya liar bukan ke buku sejarahnya atau sekedar lurus.

Untuk informasi, rumah Flo dan Vito memang hanya berjarak beberapa rumah. Cukup keberuntungan dan mengasikkan bukan?

"Kalo kita nunggu bareng, bisa-bisa gue dikacangin Vito sama buku sejarahnya," rengek Flo yang pasti membuat orang gemas tapi jengkel.

"Yaudah kalian pulang bareng gue aja," Sha seolah menjadi pahlawan dalam kegelapan bagi Flora.

Flo mengangguk semangat. "Sha lo tuh yah emang paling top," teriak Flo dengan bibir yang tersenyum 5 jari dan jempolnya yang terangkat.

"Yaudah, ayo Flo, Vit. Kalian mau ikut ga?" tawar Sha pada Dion dan Felice

Keduanya menggeleng, "Ga, gue udh dijemput ko, cuma gara-gara Flo berisik kaya balita aja jadi yg jemput gue nunggu dari tadi," ejek Dion yang sudah pasti dibalas cengiran ditambah jari telunjuk dan jari tengahnya di angkat membentuk huruf V oleh Flo.

"Gue juga, kita duluan ya. Ohiya, Flo, lo jangan berisik di jalan, Pak Sobari sering cerita ke gue, kalo lo nebeng, kepala dia pasti pusing, karena lo dari masuk sampe keluar mobil ngomong sama teriak-teriak mulu," pesan Felice pada Flo. Bahkan Pak Sobari curhat ke dia juga? Kemungkinan untuk menjadi psikolog bagimu terbuka besar, Felice.

Ohya, Pak Sobari itu supir Sha dari kelas 1 SMP. Ini terkesan tidak penting, namun Pak Sobari menjadi sejarah hidup bagi Sha dan kawan-kawannya. Koreksi, mungkin tepatnya, Pak Sobari adalah saksi kebodohan kelimanya.

"Siap bos! Ga janji tapi ya, hehe," lagi-lagi Flo menyengir 5 jari. Dilihat dari tingkahnya, Flo seperti bukan anak SMA, bahkan anak kelas 6 SD pun terlihat lebih dewasa dibandingkan dengan Flo.

"See you!" ucap Felice kepada Sha, Vito, dan Flo.

Selama di perjalanan, Vito dan Sha hanya fokus pada dunianya masing-masing. Vito dengan buku sejarahnya dan Sha dengan iPad nya. Berbeda dengan Flo yang daritadi terus menerus mengganggu Pak Sobari dengan mengajukan segunung pertanyaan, seolah lupa pesan dari Felice. Memang sulit bagi Flo untuk tidak berbicara atau setidaknya tidak berisik.

Yang diantar pertama Flo. Dilanjut Vito, padahal rumah Flo dan Vito hanya berjarak beberapa rumah, namun katanya Vito malas jalan, sehingga Sha dengan senang hati mengantar Vito tepat hingga ke depan rumahnya. Bayangkan, hanya beberapa rumah padahal.

"Makasih Pak Sobari dan Sha. See you Sha! Vito lo turun aja di sini kek, manja lu," teriak Flo dengan berapi-api diiringi senyum manisnya yang hanya tertuju pada Sha dan supir Sha.

"Raja tuh gini, kalo dianter ya harus teng depan rumah," seru Vito.

"See you Flo, masuk langsung minum. Mulut lo pasti sepet ngomong mulu dari tadi," ledek Sha.

Bergaya layaknya jendral yang sedang hormat, Flo pun berkata "Siap bos," seraya menutup pintu mobil dan merubah gerakan tangannya yang semula hormat menjadi melambai ke Sha dan Vito, tidak lupa Pak Sobari.

Setelah mengantar Flo, Sha mengantar Vito ke rumahnya yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumah Flo. Jika dilihat, mobil itu lucu, baru lima detik digas, mobilnya sudah sampai di rumah Vito.

________________________

Flo terduduk di kasur kamarnya sambil melipat kedua kakinya dan memeluknya seolah guling. Dilihat dari dahinya yang agak berkerut dan matanya yang berkeliaran, Flo terlihat sedang bingung.

Setelah kelulusan SMP tepatnya saat liburan, Flo dan teman-temannya lebih sering berkumpul karena mereka liburan bersama dengan bermain atau pun menginap di rumah yang satu ke yang lain.

Saat itulah perasaan aneh Flo muncul. Perasaan aneh itu seperti tertuju kepada Vito. Iya, Alvito Austin Dreeck sahabat Flo.

Flo tidak dapat mengartikan perasaannya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengirim LINE pada Felice dalam edisi curhat.

Posisi Flo yang semulanya duduk memeluk kaki, langsung melompat mengambil iPhone-nya yang tergeletak di meja belajarnya. Flo dengan cepat mencari display name "Felicia A".

Flora:
Ibu BK...

Felicia A:
Gue tau kalo lo udh kaya gini, pasti ada sesuatu yang mau lo curhatin.

Flora:
Lo selalu tau, kaya Ki Joko Bodo.

Felicia A:
Ada apa?

Flora:
Gue ngerasa belakangan ini ada yang aneh sama gue.

Felicia A:
Aneh? Aneh gimana?

Flora:
Gue kenal Vito dari kelas 1 SD dan sahabatan dari kelas 4 SD, kurang lebih 6 tahun gue sahabatan sama dia dan kalian semua. Tapi selama 6 tahun gue deket sama Vito, gue baru kali ini ngerasain ini.

Felicia A:
Yang lo rasain gimana?

Flora:
Belakangan ini, gue kaya seneng banget ngeliat Vito, padahal kita ketemu hampir setiap hari. Gue selalu deg-degan tiap kali ngobrol atau apa sama dia. Padahal selama 6 tahun belakangan ini gue sama Vito udh kaya adik kaka. Dan faktanya, kita tetanggaan buat gue makin biasa sama dia. Tapi sekarang kenapa gue jadi deg-degan.
Gue ga tau ini kenapa. Lo tau?

Felicia A:
Gawat.

Flora:
Kenapa? Emang ini apaan?

Felicia A:
Lo suka sama dia.

***

a.n

Haii! First story! Lagi nyoba nulis di wattpad nih. Hehe. Walaupun sebenarnya, cerita ini terlalu abal untuk gue post. Tapi, let me try, ok.
Semoga ceritanya bisa dinikmati dan tidak terlalu abal, happy reading!

HardestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang