9. Too hard to be okey

42.6K 2.7K 59
                                    

Dengan rasa malasnya, Flo mengangkat kakinya menuju ke mobil Zeiyan, tempat dimana kakaknya sudah menunggu kurang lebih 10 menit yang lalu.

"Lama banget," gerutu Zeiyan ketika Flo masuk mobil sembari menyalakan mesin mobil.

Flo melirik. "Cepetan jalan, nanti telat," ucap Flo dengan sedikit nada kesal.

Zeiyan melirik balik Flo, "lah, lo yang bikin telat, lo yang marah-marah Flo."

Setelah perkataan itu, Flo hanya menekuk wajahnya, persis seperti anak kecil yang ingin balon namun tidak dituruti.

Setelah beberapa menit hening, Zeiyan mencolok pipi Flo yang menggembung sudah seperti hidung badut.

"Pagi-pagi tuh ya senyum, ceria. Masa pagi-pagi udah cemberut," ucap Zeiyan.

Flo membuka mulutnya, berbicara, "Flo cuma males berinteraksi hari ini, terutama sama Vito dan kawan-kawan."

Zeiyan menampakkan cengiran imut-imut minta ditonjok miliknya itu. "Kenapa yang disebut Vito? Kenapa ga Sha dan kawan-kawan kek, atau Dion atau gak Felice. Eh malah Vito, ekhemm."

Flo tidak bisa menahan polesan merah di pipinya yang timbul namun tetap saja Flo memukul lengan Zeiyan. "You need to shut your mouth Bang."

"Jangan gampang bete lah, bukan Flo," ucap Zeiyan menepuk puncak kepala adiknya, bertepatan dengan sampainya mereka di tempat parkir SMA Global National School yang notabenenya cukup dekat dengan rumah Flo.

Flo tersenyum selebar mungkin mendengar perkataan Zeiyan.
Benar, bukan Flo jika suka cemberut.

"Flo ke kelas dulu ya," ucapnya diiringi senyum lebarnya, lalu mencolek telinga Zeiyan.

Zeiyan tersenyum, "see you Flo."

Flo melangkah semangat dengan wajah sejuta kebahagiaannya, walaupun jika jujur, mungkin kebahagiaannya saat ini, hanya fakta bahwa ia punya kakak seperti Zeiyan, selebihnya, masih menjadi fakta yang menyedihkan.

Setelah berjalan menyusuri koridor dan membalas sapaan orang-orang yang menyapanya, Flo memasuki kelasnya, kelas yang sudah penuh, berhubung Flo kesiangan hari ini. Sudah ada Felice juga di sana.

"Haii Flo," sapa gadis itu, Felice.

Flo tersenyum lebar seraya menaruh tasnya lalu duduk. "Hai Fel."

"Tadi malem lagi baper ya lo?" tanya Felice dengan sedikit nada mengejek.

Flo tertawa creepy. "Ya bisa jadi ya tidak," ucapnya gantung.

"Mau gue invite lagi ke group sekarang?" tanya Felice pada Flo sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya.

"Ga ah, gue takut dibully, apalagi sama Dion, nanti aja," ucap Flo memancing tawa keduanya berderai.

Tawa hangat mereka tak berlangsung lama, Bu Nita, guru Sejarah mereka memasuki kelas mereka, membuat kelas yang semula ricuh menjadi hening, bagai tak berpenghuni.

Walaupun begitu, wajah Flo masih diselimuti sisa-sisa tawa.

Tunggu.

Bu Nita tampaknya tidak sendirian, karena seperti ada seseorang di balik pintu, Flo dan Felice tidak bisa melihat orang itu, berhubung terhalang oleh pintu kelas.

"Derin ayo masuk Nak," ucap Bu Nita lembut.

Oh namanya Derin.

TUNGGU.

DERIN?

Wajah bahagia Flo seketika luntur saat guru Sejarahnya menyebut nama Derin dan sosok itu muncul secara nyata di hadapan Flo. Bukan bayangan lagi, bukan ilusi lagi, ini nyata, sangat nyata, hingga membuat Flo tak bisa berhenti melotot.

HardestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang