28. Little black dress and prom with me?

34.6K 2.5K 110
                                    

"Muka Vito kenapa?"

"Ka Vito kenapa tuh? Ko memar-memar?"

"Seumur-umur gue sekolah di sini, baru sekali gue liat si Vito bonyok!"

"Demi apa Vito berantem? Anjir, harusnya gue nonton, cowok dingin macam dia kalo berantem pasti ganteng."

"Sompret lo, malah pengen liat orang berantem."

"Eh, tapi dia kenapa deh?"

Bisikan-bisikan itu terdengar menyampah di telinga Vito. Kadang ia berpikir, apa orang-orang tidak takut jika orang yang mereka bicarakan akan mendengar apa yang mereka bicarakan? Siswi di sekolahnya ini terutama, banyak di antara mereka yang membicarakan seseorang di dekat orangnya. Terkesan bodoh.

"Vit, tau ga lo," ucap Flo tiba-tiba ketika ia sedang berjalan di koridor berdua bersama Vito. "Lo katanya ya, katanya nih ya," lanjutnya lagi, "lo tuh," lanjutnya lagi gantung. "Lo tuh," lagi, Flo menggangtung kalimatnya.

Vito yang gemas dengan Flo, langsung merangkul Flo, membuat gadis itu terlihat tenggelam dalam rangkulan Vito. Rambut Flo yang diikat, dalam sekejap sedikit berantakan, anak-anak rambutnya keluar akibat rangkulan Vito yang memaksa, "ngomong tuh yang jelas, jangan suka gantung. Digantung tuh ga enak."

Dalam hati kecilnya, Flo menggerutu, merutuki ucapan Vito.

Keduanya sedang berjalan menuju perpustakaan di jam istirahat ini. Untuk kesekian kalinya, Flo harus mengikuti remedial Sejarah. Pelajaran yang mungkin sangat Flo tidak suka, karena Flo selalu merasa dirinya bodoh dalam Sejarah. Bahkan Flo tidak tahu kapan Indonesia merdeka-- tidak, Flo tahu kok.

Dan kejadian remed Sejarah yang sudah menjadi hal lumrah bagi Flo itu membuat Flo terpaksa belajar dengan Vito. Ini sudah menjadi perjanjian di antara keduanya.

"Lo tuh katanya, The Most Wanted GNS tau ga sih," ucapnya. "Bahkan, banyak SMA tetangga yang muji-muji lo," ucap Flo. "Sejauh pengamatan gue nih ya Vit, apa nya sih yang bisa bikin lo jadi The Most Wanted?"

Padahal mah Vit, lo tuh The Most Wanted banget buat gue, dari segi apa pun, batin Flo terkekeh geli, cepat-cepat ia menggeleng dan membuang pikiran bodohnya.

"Padahal, gue tuh The Most Wanted banget buat lo 'kan?" ledek Vito tepat sasaran. "Ga peduli gue sih mau dijadiin The Most Wanted atau apa pun itu, toh, gue sekolah mau sukses, bukan tebar pesona. Dan masalah dikagumi cewek, sama satu cewek yang gue sayang cukup ko."

Vito melirik ke arah Flo yang sedang melirikmya juga. Senyum Vito mengembang sempurna, membenamkan mata tajamnya yang seketika berubah menjadi segaris tipis. Bibirnya melengkung sempurna, meskipun di ujung bibirnya itu masih tertera jelas luka bekas perkelahian kemarin.

Jika terus disuguhkan pemandangan seperti ini dan sedekat ini, Flo tidak tahu akan jadi apa dirinya. Tidak baik untuk kerja jantungnya.

"Soide," balas Flo mendengus.

"Kalo gue jadi Flo, gue udah suka Vito dari kapan kali."

"Iya banget! Apa sih yang bisa ditolak dari Vito."

"Kayanya Vito paling sayang sama Flo, setelah Sha kali ya."

"Iya, keliatan jelas."

"Tapi kadang gue mikirin Sha juga sih, gimana tuh dia kalo ngeliat adegan kaya gini? Ka Gevin juga."

"Iya ya, tau ah bodo. Selama Flo ga jadi PHO di hubungan Sha sama Vito sih, gapapa kali."

"Tapi emang Flo ga mikirin Sha apa? Dia ga takut jadi PHO apa? Kalo orang yang ga suka, pasti udah nganggep Flo apa kali."

HardestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang