10. The plan

37.7K 2.6K 8
                                    

Bel sekolah berbunyi nyaring, menandakan seluruh siswa SMA Global National School harus sudah selesai mengerjakan soal-soal, berhubung ini merupakan Ujian Akhir Semester dan sudah menginjak hari terakhir setelah lima hari berkutat dengan soal-soal yang rumit.

"Alhamdulilah," ucap Dion pada Rian, teman sekelasnya.

Rian memainkan bola basket yang dipegangnya. "Apaan?"

"Selesai UAS, Tong," jawab Dion kesal.

Rian berhenti memainkan bola basket yang ada di tangannya. "Ya terus kenapa, Jang?"

Dion mendecak yang terkesan berlebihan. "Gue bisa sedikit bebas, emang lo ga seneng apa?"

"Lo mah Yon, emang cowok yang paling alay yang gue kenal," ucap Rian kembali memainkan bola basket yang ada di tangannya.

"Apa?" ucapnya dengan nada yang memang berlebihan, "semua orang seneng kalo selesai UAS, 'kan bisa main bebas."

"Sama aja," ucap Rian datar.

"Wah, lo ga pernah belajar ya? Ketahuan lo, mau jadi apa lo Bocah?" ucap Dion sambil merebut bola basket dari tangan Rian.

"Berisik lo Tuyul," jawab Rian.

Tak lama ketika mereka berargumen, seseorang berderham cukup kencang untuk menginterupsi pembicaraan keduanya.

"Latihan," seru seseorang yang baru saja menginterupsi pembicaraan Dion dan Rian, yaitu Vito.

"Iye ini 'kan mau," balas Dion.

Mereka berjalan menuju tempat olahraga tertutup milik sekolah mereka.

Saat mereka berjalan beriringan, seseorang menepuk pundak Vito. Ketiganya menoleh, walaupun hanya Vito yang ditepuk.

"Lo Vito 'kan?" tanyanya.

Vito mengangguk. "Iya."

"Gue Derin. Katanya lo koordinator basket atau bisa dibilang andalan basket kelas 10 'kan?" ucap cowok yang tadi menepuk pundak Vito, Derin.

"Iya," jawab Vito datar.

"Lo Derin? Sahabat Sha 'kan? Kenalin, gue Dion, sahabat Sha juga, pasti lo tau gue karena pasti Sha nyeritain gue ke siapapun orang yang dia kenal, karena dia bangga punya sahabat kaya gue," ucap Dion tidak kalem kepada Derin yang dibalas tawa kecil oleh Derin. Vito dan Rian hanya diam melihat tingkah Dion, karena mereka berdua adalah makhluk Tuhan yang sangat dingin.

"Iya iya, Sha sering nyeritain lo. Sha bilang, lo koplak, ternyata bener, Bro," ucap Derin setelah pulih dari tawa kecilnya.

"Yailah gaada yang bagusan apa dari sikap gue selain koplak?" gerutu Dion.

Derin mengalihkan pandangan pada Vito. "Gue mau masuk basket, bisa?"

"Bisa. Gue Vito," balas Vito diiringi tangannya yang maju mengajak jabat tangan ala cowok pada Derin.

"Gue Derin. Lo sahabat Sha. Deket sama Flo, Felice, dan Dion juga 'kan? Kalian sahabat karib," jelasnya cukup panjang.

Vito tertawa kecil. "Hafal banget lo."

"Gue ada di sini, bukan untuk jadi tokek yang cuma diem tapi ikut nemplok," ucap Rian setelah berderham cukup keras.

"Ohiya, nama lo?" tanya Derin menyadari keberadaan Rian.

"Rian," ucap Rian membalas jabat tangan ala cowok yang Derin ajukan.

"Lo mulai latihan pas latihan selanjutnya aja ya," ucap Vito.

Derin mengangguk. "Omong-omong, kalian temen baru gue di sini juga ya."

➖➖➖

Sabtu pagi yang jauh berbeda dari Sabtu sebelumnya. Di mana pagi ini Vito, Flo, Sha, Felice, dan Dion berkumpul di rumah Vito untuk hanya bermain-main setelah UAS, berbeda dengan Sabtu sebelumnya di mana mereka sibuk di rumah masing-masing dengan buku-buku mereka.

HardestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang