Liburan masih sangat panjang namun Flo sama sekali tidak memiliki agenda, sehingga ini akan sangat membosankan.
Zeiyan masih belum pulang dari liburan beruntungnya besama Zizi dan Flo hanya di rumah bersama Mba Pur--pembantu Flo, membuat Flo semakin gondok.
Sore ini Flo memutuskan untuk pergi ke Starbucks dekat rumah Flo hanya untuk sekedar membaca novel dan main handphone, mengingat tempat yang cukup nyaman--terutama pojokan. Liburan yang menyedihkan.
Setelah memesan Cotton Candy Frappuccino dan menunggu pesanannya siap, Flo mencari tempat yang menurutnya paling nyaman--dan sepi.
Flo mengeluarkan novelnya untuk memulai kegiatan di liburannya yang menyedihkan ini.
"Flora Shanavia Ashlyn," suara seseorang memecah keheningan di Coffe Shop itu yang bisa dibilang sepi, tidak seperti biasanya.
Flo mengerjap sebentar sebelum akhirnya menurunkan novel dari pandangannya. "Derin? Sejak kapan kamu di sini?"
Derin yang baru saja mengejutkan Flo menampakkan senyum miring miliknya yang tampak seram di mata Flo. "Emang lo peduli? Kejadian beberapa tahun lalu juga lo sangat acuh," ucapnya.
"Bisa ga sih kamu ngelupain semua itu? Aku minta maaf Derin aku minta maaf," ucap Flo berusaha menatap nyalang mata Derin.
Derin mendecak pelan. "Untung gue sehat sekarang Flo."
"Ya bagus dong, alhamdulilah," tutur Flo. "Maafin aku Derin," ucap Flo menundukkan kepalanya. Mata tajam pria yang ada di depannya itu, memang sulit dipandang dan akan membuat setumpuk rasa bersalah pada diri Flo datang jika Flo memandangnya, berbeda dengan mata hangat Vito.
Derin tertawa hambar. Rasa kekecewaan jelas terkandung dalam tawa singkatnya. "Gue cuma ga habis pikir Flo, lo, ga sebaik yang gue kira dulu saat pertama gue kenal lo," ucapnya getir.
"Kamu cuma belum mengerti."
Derin meminum Caramel Frappuccino miliknya, salah satu minuman kesukaan Flo, biasanya, jika Dion atau Vito yang meminum itu, pasti sudah Flo rebut dan Flo minum secara tega, sayangnya, yang di depan Flo sekarang adalah Derin. "Gue hanya ingin tau alasan lo, Flora," ucap Derin seusai meneguk minumannya.
"Ada saatnya kamu tau, tapi bukan sekarang," balas Flo.
"Sampe kapan lo mau bermain dengan waktu? Asal lo tau, gue ngerasa gue punya kesempatan lagi saat gue ketemu lo, tapi apa? Setelah gue menaruh semua harapan gue di lo, lo pergi gitu aja. Ini mengenai hidup gue Flo," ucap Derin yang Flo yakin isakan Derin itu akan mudah keluar jika Derin tidak mengetahui sedang berhadapan dengan siapa.
Flo menarik napas panjang. "Der, aku minta maaf. Aku sangat bodoh dengan keputusan itu, tapi aku punya keputusan yang memang itu yang harus aku ambil. Yang penting sekarang, kamu sehat 'kan?" jawab Flo memberanikan diri menatap mata Derin yang melunak.
"Ya Flora ya. Gue sembuh. Tapi, untuk maafin atau ngelupain semua itu, gue masih butuh waktu dan alasan lo," ucap Derin melunak, jati dirinya seolah keluar saat ini.
Flo tersenyum simpul. Mendengar balasan Derin yang sudah mulai mendingin, Flo memberanikan diri menggunakan Lo-Gue lagi. "Gue sangat senang waktu Zeiyan dikasih kabar sama Grace kalo lo dinyatain sembuh, Derin. Lo tau? Gue sangat amat bahagia sampe gue nyiumin pipi Zeiyan berkali-kali. Dan masalah lo yang masih belum pulih mengenai masalah ini, gue ngerti," ucap Flo.
"Gue duluan Flo. Maaf, hari ini gue terlalu baik ke lo, ga seharusnya gue gini ke lo, lo, masih jadi masalah terbesar dalam hidup gue," ucap Derin bangkit dari posisi duduknya, meninggalkan Flo yang tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hardest
Teen FictionFlora, gadis periang yang terlalu polos dengan masalah percintaan, harus mengikhlaskan bahwa cowok pertama yang ia sukai merupakan sahabatnya sendiri. Sedangkan Sha, cewek jutek yang sudah lama bersahabat dengan Flo. Sialnya, ia memiliki perasaan ya...