Sudah satu pekan mereka bersekolah di GNS, sudah satu pekan pula mereka menjadi anak SMA. Mereka tumbuh cepat.
Pagi yang sangat cerah untuk menjadi hari pertama Flo resmi menjadi murid kelas 10 SMA GNS, setelah melaksanakan MOS selama satu pekan.
Pagi ini Flo berangkat bersama kakaknya yang bernama Zeiyan Kashani Alghifari, atau biasa Flo panggil Ka Zeiyan atau Ka Zei—spesialnya—dan notabennya kelas 11 di SMA Global National School.
"Flo, udah sarapan? Ayo berangkat. Kaka tunggu di mobil," teriak Zeiyan yang membuyarkan day dream Flo.
"Iya Ka sebentar!" teriakan Flo di pagi hari memang tidak begitu enak didengar.
Flo melirik-lirik ke arah dapur. "Mba, Flo sama Ka Zeiyan pergi sekolah dulu ya," Flo berteriak sambil berlari menuju mobil kakaknya dengan sepatu yang ia jinjing.
Sudah dua tahun ayah Flo dinas di Palembang, otomatis ibu Flo ikut ayah Flo ke Palembang. Flo tinggal bersama kakaknya dan pembantu yang tinggal di rumah Flo.
"Flo, gimana sekolahnya?" tanya Zeiyan dengan pandangan tetap fokus mengemudi.
"Gimana ya Ka, mau tau banget Ka?" Flo sedang berusaha menggoda kakaknya.
Zeiyan sedikit melirik pergerakan Flo. "Yaudah sih kalo gak mau ngasih tau, Ka Zei ya gak rugi."
"Haha bercanda doang elah. Rame ko Ka," Flo masih saja memasang sepatunya.
"Kalo ada apa-apa jangan ragu bilang ke Ka Zeiyan. Gini-gini Ka Zeiyan tuh terkenal di GNS," Zeiyan menyombongkan diri.
"Siap Ka, tapi Flo ga nanya." jahil Flo tak tertahankan.
"Hmm, apa kata lo aja Flo," setelah perkataan itu terlontar dari mulut Zeiyan, hanya sedikit tawa terlempar dari mulut manis Flo dan kelanjutannya, sepanjang perjalanan hanya terisi dengan keheningan.
Sepuluh menit terperangkap dalam keheningan, akhirnya mereka sampai di GNS.
"Yeayyy nyampe, makasih Ka Zei, Flo ke kelas yaaa, dah!" teriak Flo sambil mencolek telinga Zeiyan, kebiasaan Flo.
Zeiyan menoleh. "Tunggu Flo, Ka Zei anter ke kelas."
Flo membalikan badan. "Ka, Flo udah kelas 1 SMA."
"Bukan gitu Flo, Kaka cuma mau kalo orang-orang tau kamu adik Kaka, dengan begitu, kemungkinan kamu untuk di-bully, mengecil," ucap Zeiyan sebagai kaka yang baik.
"Bully? Ih serem, yaudah ayo ka, Flo gamau di-bully," ucap Flo bergidik ngeri. Flo sering melihat kasus bully-membully di televisi, dan ia tidak mau menjadi salah satu di antara yang di-bully mau pun mem-bully.
Benar saja, semua orang yang sudah hadir di sekolah pagi itu, pandangannya langsung terlempar kepada Flo yang sedang berjalan bersama Zeiyan.
Sudah menjadi rahasia umum, Zeiyan itu menjadi primadona di Global National School. Selain wajahnya yang tampan, Zeiyan sangat amat respect dan cinta damai. Jadi tidak heran jika kemana pun Zeiyan melangkah, berpasang-pasang mata menatapnya.
"Dah Ka Zei, nanti jangan tinggalin Flo pas pulang!" teriak Flo kepada Zeiyan yang sudah berjalan pergi namun masih melirik ke arah Flo sambil melambaikan tangan.
Mereka memang memiliki hubungan adik dan kakak yang sangat diidamkan oleh hampir semua orang.
Mencintai dan menghargai adik atau kakak—lawan jenis—adalah salah satu cara terbaik untuk belajar mencintai dan menghargai calon pasangan, itu kata Zeiyan pada Flo.
***
Dion dan kawan-kawannya sudah menerima kelasnya masing-masing.
Sha IPS 2
Vito IPS 1
Dion IPA 1
Felice dan Flo IPA 2Berhubung Flo dan Felice satu kelas, tentu saja mereka langsung antusias untuk duduk bersama di tempat yang menurut mereka sangat nyaman untuk melakukan aktivitas di kelas.
Jam pelajaran pertama, mereka jadikan ajang untuk berkenalan dengan teman sekelas. Beberapa jam selanjutnya, guru-guru mulai mengunjungi kelas mereka untuk memberi mereka ilmu yang guru itu miliki.
***
Hari itu berlalu dengan sangat cepat. Bel istirahat pertama sudah berbunyi. Seluruh koridor sekolah penuh oleh murid yang sudah pasti tumpah di jam istirahat seperti ini.
Flo dan kawan-kawan berencana untuk makan siang bersama, walaupun kelas mereka terpecah, itu bukan masalah bagi mereka untuk tetap bersama kemana pun.
Vito dan Sha berjalan menuju koridor IPA untuk menjemput Flo, Felice, dan Dion. Mereka berjalan bersama menuju ke kantin, untuk makan siang.
"Eh kalian duluan aja, gue mau ke toilet, nanti gue nyusul," sahut Flo yang tampaknya sedang tidak bisa menahan kebeletnya.
Sha melirik Flo. "Mau gue anter?"
"Ga usah, nanti gue nyusul, ini kebelet banget," wajah Flo benar-benar menekan, menandakan dia sudah tak bisa menahan dan langsung berlari meninggalkan sahabat-sahabatnya yang melanjutkan berjalan.
----
Rasanya sudah sangat lega saat Flo melihat pintu toilet sudah terlihat jelas, tanpa menunggu apa pun, Flo berlari.
Tapi ketika Flo memasuki toilet, napas Flo tercekat, rasa kebelet pipis Flo seolah hilang entah kemana. Hanya rasa terkejut dan takut yang kini menemani Flo.
Grace. Tubuhnya yang tinggi, berdiri seolah ia sudah menunggu kedatangan Flo. Dengan tangannya yang melipat di atas dada dan dua sahabatnya yang bergaya serupa berdiri di samping kiri dan kanannya. Grace seperti benci pada Flo.
Flo berusaha tetap santai. Flo mencoba tetap masuk ke salah satu bilik toilet untuk melakukan suatu urusan penting, faktor alam.
Namun usaha Flo untuk masuk toilet dihalau oleh Grace.Flo terjatuh, karena Grace menendang kaki Flo yang sedang melangkah.
"Lo Flora Shanavia Ashlyn, 'kan?" tanya Grace melirik ke bawah tepat di mana Flo terduduk, tepatnya terjatuh.
"I-iya Kak," jawab Flo dengan nada yang terdengar jelas bahwa Flo sedang takut. Tidak biasanya Flo menunjuk rasa takutnya, namun entah mengapa mata Grace mengingatkan Flo terhadap seseorang.
"Lo alumni SMP Taruna?" pertanyaan itu terlempar dari mulut Grace.
Lagi, Flo hanya bisa menjawab "I-iya Kak."
"Lo kenal Derin?" pertanyaan terus keluar dari mulut Grace.
Flo terdiam beberapa detik dan mendongak. "Kenal. Sangat kenal."
Derin. Derin. Derin.
Selasa, 21 April 2015.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hardest
Teen FictionFlora, gadis periang yang terlalu polos dengan masalah percintaan, harus mengikhlaskan bahwa cowok pertama yang ia sukai merupakan sahabatnya sendiri. Sedangkan Sha, cewek jutek yang sudah lama bersahabat dengan Flo. Sialnya, ia memiliki perasaan ya...