Vito sedang menunggu pesanan makanannya di kantin bersama Flo, Felice, dan Dion. Kebetulan hari ini Sha sedang mengikuti perlombaan cerdas cermat yang diselenggarakan di sekolah lain.
"Lama banget ya Allah Mang Andi, gue udah la-per," gerutu Flo yang sedari tadi sudah bernyanyi untuk mengalihkan fokusnya dari menunggu makanan.
Lima detik setelah itu, langkah terburu-buru muncul dari arah samping meja mereka, awalnya mereka kira itu langkah Teh Andi--istri Mang Andi, tapi mendengar langkah yang buru-buru, sepertinya tidak mungkin itu Teh Andi, secara, pasti dia bawa pesanan 'kan? Tidak mungkin seperti itu, yang ada dia tekor karena jika seperti itu, kemungkinan besar dia akan terjatuh lalu pesanannya tumpah, belum piring yang pecah.
"Vito!" teriak Zahid, salah satu anak kelas 11 yang ternyata sang pemilik langkah buru-buru itu.
"Kalem Bro, jangan lupa napas!" teriak Dion ketika melihat Zahid dengan keadaan yang tertera jelas begitu kelelahan.
Zahid masih mengatur napasnya, dia seperti sudah menahan napas sedari tadi. Membuat Flo, Felice, Vito, dan beberapa anak yang ada di kantin melirik ke arah Zahid heran. Dion berbeda, dia justru malah tertawa melihat Zahid. Dion memang sedikit ... ah sudahlah.
"Lo kenapa deh Jah?" tanya Flo heran.
"I-itu, V-Vit," ucapnya tergagap seolah ia baru saja melihat hantu.
Melihat reaksi Zahid atau yang kerap disapa Jajah, membuat Vito semakin heran, apalagi namanya yang disebut. Vito menepuk bahu Zahid. "Kenapa Jah?"
"Itu Vit," ucapnya. "I-itu," lanjutnya lagi, "buset susah amat sih mau ngomong."
"Tarik napas lo lewat mulut," ucap Dion yang langsung dipatuhi oleh Zahid, "buang lewat pantat," lanjutnya yang disambut toyoran dari Felice.
"Lo kenapa Jah?" tanya Vito lagi.
Menarik napas panjang satu kali, Zahid akhirnya berbicara, meski masih tergagap. "I-itu, Ka Zi-Zizi."
"Kakak gue kenapa?" tanya Vito tenang namun dapat dipastikan terselip kekhawatiran di dalamnya.
"Gue ngeliat dia di koridor lagi nangis, dan ada Ka M-Mahend," ucapnya.
"Anjing!" ucap Vito. Dirinya serasa panas, dan langsung meledak ketika mendengar nama kakaknya disatukan dengan seorang Mahend.
"Koridor mana?" teriak Vito sambil bangkit dan memukul meja kantin, membuat semua orang yang berada di kantin melirik ke arah meja Flo dan kawan-kawan dengan tatapan bingung, takut, dan bertanya-tanya.
Mengingat Flo duduk di sebelah Vito, Flo langsung bangkit dan menggenggam pergelangan tangan Vito erat, menahan emosi cowok itu.
Flo tahu betul Vito seperti apa. Vito tipe orang yang pendiam, namun sekalinya dia kalap, jangan pernah berharap semua akan baik-baik saja, apalagi ini menyangkut kakaknya.
Flo ingat, ketika kejadian itu menimpa Zizi, semarah apa Vito pada Mahend, padahal Vito baru menginjak kelas 9 akhir saat itu, dan Zizi kelas 10 akhir.
Mahend adalah siswa kelas 12 GNS dan mantan pacar Zizi. Dan sudah pasti bukan mantan yang baik-baik. Saat itu, Mahend membuat Zizi benar-benar percaya dan menyayangi dirinya, namun dia sendiri yang membuat Zizi hancur dengan memeluk cewek lain di hadapan Zizi. Dan cewek itu adalah Fallen, sahabat--tepatnya mantan sahabat--Zizi sendiri.
Saat kejadian itu, Vito langsung menghampiri Mahend dan adu jotos dengan Mahend. Dan Zizi bahkan tidak masuk sekolah selama 2 hari karena masalah itu dan persahabatannya dengan Fallen langsung renggang begitu saja.
Zizi tahu, Fallen dan Mahend memang bermain di belakangnya. Fallen sendiri yang mengatakannya pada Zizi setelah kejadian itu, bahkan gadis itu tidak sedikit pun menyesali perbuatannya terhadap Zizi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hardest
Teen FictionFlora, gadis periang yang terlalu polos dengan masalah percintaan, harus mengikhlaskan bahwa cowok pertama yang ia sukai merupakan sahabatnya sendiri. Sedangkan Sha, cewek jutek yang sudah lama bersahabat dengan Flo. Sialnya, ia memiliki perasaan ya...