Vito mengelap keringat di wajahnya dengan tangan besarnya, lalu ia buang keringat payahnya ke arah pinggir lapangan.
Kini banyak suara-suara yang meneriaki 'Vito' atau mungkin 'Kak Vito' dan nama pemain basket lainnya termasuk Dion dan Gevin. Namun, sebagian besar sih kepada Vito yang katanya akan segera direkrut menjadi kapten tim basket SMA Global National School.
Hari ini, SMA Global National School sedang melakukan pertandingan persahabatan dengan SMA Kaswari, salah satu sekolah yang unggul tim basketnya.
Mendengar nama pacarnya diteriaki terus-menerus oleh para adik kelas, dan bahkan anak-anak SMA Kaswari yang berbisik-bisik mengenai aura anggota tim basket GNS--apalagi jika yang dibahas adalah Vito dan Gevin--membuat Flo dan Sha sedikit risih. Keduanya saling tatap dengan pandangan tak terima.
"Kasih Vito dan Gevin minuman sekarang, biar mereka diem," ucap keduanya serempak, seolah proton dan elektron pada diri mereka bersatu menjadi kesatuan netral, neutron. Halah.
Bertepatan dengan bunyi pluit tanda istirahat, Flo dan Sha menuruni tribun penonton dan menuju Gevin dan Vito.
Memberikan pasangan masing-masing sebotol air mineral.Dengan ini, Flo mulai optimis bahwa ia sudah benar-benar bisa membuka hatinya untuk Gevin, karena Flo bahkan merasakan sesak bukan sekedar kesal ketika gadis-gadis meneriaki nama Gevin.
"Makasih ya," balas Gevin mengacak rambut Flo.
Berbeda dengan Vito yang hanya mencubit hidung Sha tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Vito mengacak rambutnya yang basah oleh keringat. Vito si cowok dengan rahang tegas dan alis tebal itu berkali-kali lebih mengagumkan ketika sedang berkeringat, apalagi ketika ia sudah membawa bola basket dan mengenakan jersey basket. Rasanya, segala yang manis, tidak semanis Vito.
"Gue ga dikasih minum? Mentang-mentang udah pada punya pacar! Kalian mau liat gue tiba-tiba tewas pas lagi lay-up? HAHA gue bahkan ngakak sendiri ngebayangin pas lay-up gue pingsan atau bahkan meninggal, itu sangat menggemaskan," ucap Dion panjang lebar sambil mengelap peluhnya.
Vito menoyor kepala Dion gemas, nyaris saja Vito memakan temannya itu hidup-hidup jika ia tidak ingat dunia akan hambar ketika Dion tiada.
"Nih," ucap Flo menyerahkan sebotol minuman lagi yang memang sudah ia siapkan sebelumnya untuk Dion.
"Ah Flowi-ku, kamu selalu ngertiin aku deh, aku sayang kamu," ucap Dion melirik Gevin yang sedang menatapnya tajam, "tenang Gev tenang, gue cuma becanda. Biasa aja dong matanya! Mau gue pelototin balik lo?" ucap Dion membuat Gevin tertawa dan menonjok lengannya pelan.
Ketika waktu istirahat sudah berakhir, Flo dan Sha kembali ke kursi tribun, keduanya enggan duduk di kursi pinggir lapang. Itu sudah pasti akan menarik perhatian banyak orang dan akan menjadi perbincangan.
"Udah ngasih pacar kalian minum? Gue yang LDR bisa apa?" ucap Felice ketika Flo dan Sha sudah berada di sampingnya setelah menghampiri Vito dan Gevin ke lapang basket.
"Yang udah LDR satu tahun setengah, tiati bentar lagi mewek," ucap Flo mencolek pipi Felice, menggodanya.
"Tapi kan gue sama Zaidan udah dari kelas 8," celetuk Felice, "kalo aja dia ga harus SMA di Bandung, pasti gue udah menikmati masa SMA yang indah bareng dia."
"Lo tuh remaja terbijak yang gue kenal Fel, tapi lo akan sangat menjijikan ketika lo udah bahas-bahas Zaidan, terlalu alay tentang si Idan tau gak sih," ucap Flo tepat sasaran.
Dibalas anggukan Sha. Mata tajam Sha tidak teralihkan, ia tetap memandang ke lapang basket, ketika para pemain berlari sana-sini, menjalankan formasi mereka sendiri dan saling memberikan defend terbaik mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hardest
Teen FictionFlora, gadis periang yang terlalu polos dengan masalah percintaan, harus mengikhlaskan bahwa cowok pertama yang ia sukai merupakan sahabatnya sendiri. Sedangkan Sha, cewek jutek yang sudah lama bersahabat dengan Flo. Sialnya, ia memiliki perasaan ya...