Hari biasanya, dengan kesibukan-kesibukan di Global National School yang seperti biasa. Rutinitas.
Masuk kelas, belajar, istirahat, belajar lagi, istirahat, belajar lagi, lalu pulang. Begitulah.
Tapi, mungkin saja hari ini berbeda.
Pagi ini, Flo, Sha, Felice, Vito, dan Dion berangkat bersamaan menuju sekolah, berhubung mereka menginap 3 hari 2 malam di rumah Dion.
Selama perjalanan, kericuhan besar bagaikan sedang terjadi dalam satu mobil yang berpenumpang hanya 4 orang dan satu supir, Vito.
Semuanya mengeluarkan perkataan yang ingin mereka katakan, kecuali Flo.
Ia hanya diam pagi ini, tanpa mengeluarkan satu kata konyol atau menjerit yang merupakan hal favorit nya.
"Gue pengen, gue bisa kentut tapi kentutnya tidak sekedar meninggalkan bau, tapi ada gelembung-gelembung yang keluar, 'kan keren." ucap Sha sambil mengedip-ngedipkan matanya dan dibalas tawa oleh sahabat-sahabatnya.
"Bego ih Sha," ucap Vito.
Dion menyambar. "Gue sih ga muluk-muluk, gue cuma pengen, punya muka kaya Andrew Garfield, suara kaya Zayn Malik, punya pacar kayak Lily Collins, hot kaya Cameron Dallas, mata kaya Nash Grier, cuma itu aja kali ya," ucap Dion.
Vito melirik. "Ga muluk-muluk your ass. Mimpi lo," balas Vito diiringi tawa sahabat-sahabatnya yang lain.
Giliran Felice yang menjentikkan jarinya. "Gue pengen jadi peri, ngebantu semua orang yang butuh bantuan gue dengan senang hati, terutama anak kecil. Sangat membahagiakan," perkataan Felice membuat sahabat-sahabatnya tersenyum akan keinginannya.
Felice memang begitu, jiwa sosial dan sikap dewasanya sangat tinggi.
Sesaat hening. Hingga akhirnya Dion berbicara. "Tinggal Flo dan Vito. Vito dulu deh."
"Gue cuma mau Flo ga diem kayak gini, karena sangat sepi tanpa suara Flo," ucap Vito tanpa mengalihkan fokus dari mengemudi.
Flo mengerjap. "Huh?"
Vito melirik sedikit ke arah Flo sambil menyunggingkan sedikit senyum miringnya.
"It's your turn Flora," ucap Vito.
"Gue pengen semua baik-baik aja," ucap Flo.
Dion melirik. "Lo ga asik Flo, itu keinginan yang gak seru dan keinginan yang sangat amat biasa."
Karena saat ini lo gatau Dion, batin Flo.
-----
Sesaat sampai di sekolah, Flo langsung melenggang pergi ke kelas, tanpa menghiraukan sahabatnya yang melongo melihat Flo pergi begitu saja.
"Gue yang susul Flo," ucap Vito memecah keheningan.
Felice menahan tangan Vito yang hendak berlari. "Ga usah, dia mau sendiri."
"Lo inget Fel waktu terakhir kali kita biarin Flo gini pas SMP? Dia sampe sakit. Gue gamau dia kaya gitu lagi," ucap Vito membuat yang lain tak bisa berkutik.
Vito berlari, melewati koridor IPS lalu ke koridor IPA. Tanpa peduli semua mata memandang ke arahnya ketika ia berlari--berjalan cepat tepatnya, terutama kaum hawa.
Ya, sudah menjadi rahasia umum, Vito yang notabenenya baru sekitar 2 bulan menjadi murid kelas 10 di GNS, namun namanya kerap kali disebut-sebut sebagai salah satu cowok ter-tampan ditambah ter-kalem di GNS.
Vito berjalan cepat, tidak berniat menyamakan langkah dengan Flo, Vito hanya berjalan di belakang Flo.
Hingga akhirnya kelas Flo sudah di depan mata dan Flo memasuki kelas itu lalu duduk di kursinya dan berperilaku seolah Flo tak melihat Vito yang ikut masuk ke kalas Flo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hardest
Teen FictionFlora, gadis periang yang terlalu polos dengan masalah percintaan, harus mengikhlaskan bahwa cowok pertama yang ia sukai merupakan sahabatnya sendiri. Sedangkan Sha, cewek jutek yang sudah lama bersahabat dengan Flo. Sialnya, ia memiliki perasaan ya...