Zeiyan merebahkan tubuhnya di atas sofa rumahnya yang berwarna broken white. Dirinya baru saja pulang dari acara menginap di rumah guru privatnya. Menurut Zeiyan, itu adalah ritual sebelum UN, biar kepintaran si guru pindah ke Zeiyan. Flo tertawa terpingkal-pingkal ketika mendengar penjelasan kakaknya itu. Zeiyan memang suka ada-ada saja.
"Mau kemana?" tanya Zeiyan ketika ia melihat adiknya sudah berpakaian rapi ala pergi.
Flo duduk di samping Zeiyan dan membuka ponselnya. "Mau main sama Gevin, boleh ya?"
"Abang ikut dong," rajuk zeiyan sambil mencolok-colok lengan Flo.
Flo melirik Zeiyan jahat. "Jangan bikin aku nyesel kalo aku punya Abang."
Mendengar itu Zeiyan mendengus dan langsung bangkit dari kursinya. Berjalan perlahan menaiki satu per satu anak tangga.
"Mau kemana?" tanya Flo menginterupsi langkah Zeiyan di pertengahan tangga.
"Mau mandi, terus ngapel," ucap Zeiyan berhenti sejenak di tengah tangga, menatap Flo.
"Ngapel siapa?" tanya Flo.
Zeiyan diam sejenak, lalu ia melengkungkan senyum miringnya. "Zivanka," ucapnya lalu berbalik, meninggalkan Flo yang tersenyum melihat tingkah kakaknya itu.
Klakson motor membuyarkan lamunan Flo, dengan cepat gadis itu berlari kecil keluar rumah dan mendapati Gevin sudah nangkring di depan pagar rumahnya di atas motor cowok miliknya.
Setelah menyapa Gevin, Flo langsung naik ke motor cowok itu dengan tangkas. Dan oh! Flo lupa pamit pada Zeiyan. Tadi 'kan hanya izin.
Flora: Abang, Flo pergi dulu ya.
1 menit kemudian balasan muncul di ponsel Flo.
Zeiyan: Hati-hati, Dek.
Flo mendengus membaca balasan kakaknya itu.
Flora: Apaan sih dak dek dak dek.
Flo memasukkan kembali benda persegi panjang putih itu ke dalam saku celana jeans-nya.
Hari ini, Gevin berjanji mengajak Flo menuju festival yang sedang diselenggarakan di salah satu tempat ternama di Jakarta.
"Nanti ada permen kapas ga ya Vin?" tanya Flo ketika perjalanan keduanya terhenti oleh lampu merah yang sialnya cukup lama, 160 detik.
Gevin melirik ke arah Flo, membuka kaca helmnya. Oh Tuhan, tatapan cowok ini begitu teduh bahkan di balik helm hitamnya. "Kalo ga ada, nanti aku cariin sampe dapet."
Flo tersanjung mendengar perkataan Gevin. Bukan apa-apa, sudah lama dirinya tidak diperlakukan sespesial ini. Ya, Flo merasa Gevin memperlakukan dirinya secara spesial.
Setelah perjalanan yang cukup menyita waktu, Flo dan Gevin sampai di tempat tujuannya. Flo langsung berlari girang menarik lengan Gevin untuk segera menikmati berbagai wahana sederhana dan hiburan-hiburan kecil yang tersedia di dalam.
Gevin terus mengikuti langkah gadis yang menarik lengannya. "Mau apa dulu?" tanya Gevin.
Flo berhenti sejenak, ia menimang-nimang dengan memperhatikan ke sekitar dan mencari sesuatu yang menarik perhatiannya. "Es krim!" teriaknya.
Lalu, kini Gevin yang menarik pergelangan tangan Flo menuju tempat es krim.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi keduanya diperhatikan oleh banyak orang yang juga sedang berkunjung ke acara ini. Mungkin saja orang-orang tertarik melihat kemanisan dua orang ini yang berlari-lari kecil dengan tawa, membuat keduanya terlihat begitu lucu dibalik selimut kebahagiaan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hardest
Teen FictionFlora, gadis periang yang terlalu polos dengan masalah percintaan, harus mengikhlaskan bahwa cowok pertama yang ia sukai merupakan sahabatnya sendiri. Sedangkan Sha, cewek jutek yang sudah lama bersahabat dengan Flo. Sialnya, ia memiliki perasaan ya...