Flora mengamati tirai pintu kamarnya seiring dirinya yang berbaring di atas kasur. Di dalam matanya yang menatap kosong, ia melihat bayangan dirinya dan Vito sedang memasang tirai itu bersama ketika mereka masih menginjak kelas 2 SMP.
Tirai itu adalah pemberian Vito di hari ulang tahun ke 14 Flo, dan hari ini adalah tanggal 28 Januari. Hari ulang tahun Flo. Flo genap berusia 16 tahun.
Namun, satu hal yang membuat segalanya berubah adalah, tidak ada yang mengingat hari ini kecuali bunda dan ayahnya yang hanya bisa mengucapkan lewat telephone, Derin yang mengucapkan lewat Skype, dan juga Gevin yang merayakannya dengan mengajak Flo makan sepulang sekolah tadi dan memberi dua buku yang Flo inginkan sejak lama.
Flo bukan tipe orang yang ingin dipusatkan perhatian oleh orang-orang dengan mengucapkan dan merayakan ulang tahunnya. Namun, bayang-bayang indah di masa lalu ketika semua orang yang ia sayangi mengucapkan selamat dan merayakan ulang tahun Flo, membuat Flo menyadari bahwa waktu dan orang pasti berubah.
Bahkan Zeiyan pun lupa hari ini dan pergi bersama Zizi untuk menikmati Sabtu malam ini. Dan juga sahabat-sahabatnya yang meliputi Felice, Sha, Dion, dan Vito pun melupakan hari spesial bagi Flo ini.
"Happy birthday Flora Shanavia Ashlyn," ucap Flo sendiri pada dirinya sembari tersenyum kecut.
"Liat, betapa menyedihkannya diri lo," pekik seseorang yang tiba-tiba muncul di ambang pintu kamar Flo dengan kue kecil di tangannya.
"Happy birthday, Flora," ucapnya tersenyum tulus.
Flo bangkit dari posisi tidurnya lalu ia berlari dan memeluk satu-satunya orang yang mengingat hari ini setelah ibunya, ayahnya, Gevin, dan Derin.
Orang yang tengah berdiri di ambang pintu.
"Jangan nangis, gue inget ulang tahun lo," ucapnya menyimpan kue itu perlahan di meja belajar Flo yang berada dekat pintu kamar Flo lalu membalas pelukan Flo. "Maaf telat ngucapinnya, ya."
Flo melingkarkan tangannya di leher orang itu dan orang itu mencakup pinggang Flo, mengelus punggung dan rambut Flo bergantian.
"Makasih, Vit."
Vito mengangguk dan menghembuskan napas panjangnya. Vito, orang yang mengobati sedikit rasa kecewa Flo dengan memberikan kejutan kecil ini.
Sedikit dari hati Flo bertanya-tanya, kenapa harus Vito? Di saat dirinya sedang dalam tahap bangkit, selalu ada sesuatu yang memaksa Flo untuk tetap duduk dan menikmati perasaannya yang sebenarnya salah.
Perasaan ini harus diakhiri. Namun bagaimana?
"Gue kira, lo lupa juga, sama kaya yang lain," rengek Flo melepaskan pelukannya dari Vito sambil menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya.
Vito tersenyum miring. "Masa sih gue lupa sama ulang tahun sahabat kesayangan gue, dasar Kutil," ucapnya sambil mengacak rambut Flo.
"Aaaa, gue sayang lo," ucap Flo antara tersenyum dan menangis sambil menarik lengan kaus Vito.
Lebih dari yang lo tau, lanjut Flo dalam hati.
"Gue juga," balas Vito dengan nada yang dipastikan sangat datar sehingga siapapun yang mendengarnya akan mempertanyakan keseriusan ucapan Vito.
Lebih dari yang lo tau, lanjut Vito dalam hati.
"Lilinnya meleleh, Bodo," gerutu Vito ketika menyadari lilin yang sudah ia tusuk di atas kue Flo meleleh seiring merambatnya api pada sumbu.
Flo memangapkan mulutnya ketika melihat bagian tengah kue dari Vito sudah ketumpahan lilin yang meleleh. "Ih ga bisa dimakan dong, lo juga bego, kenapa pake lilin untuk mati lampu sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hardest
Fiksi RemajaFlora, gadis periang yang terlalu polos dengan masalah percintaan, harus mengikhlaskan bahwa cowok pertama yang ia sukai merupakan sahabatnya sendiri. Sedangkan Sha, cewek jutek yang sudah lama bersahabat dengan Flo. Sialnya, ia memiliki perasaan ya...