16. I wanna punch you because you always there everytime i dodge

36.7K 2.6K 58
                                    

Pagi itu Flo ingin mengembalikan kaset milik Sha, namun ia mendapat bonus. Melihat Vito sedang melakukan hal yang sangat manis pada Sha menurut Flo. Menyelipkan untaian rambut di ujung telinga.

Flo bingung, ia harus tetap melangkah atau harus pergi saja? Namun Vito yang tiba-tiba menoleh disusul Sha, membuat Flo memantapkan langkahnya, meskipun ragu.

"Sha, gue lupa mau balikin kaset lo waktu Sabtu kemarin. Ini, thankyou," ucap Flo ketika Sha menangkap basah dirinya yang sedang berdiri di sekitar Sha dan Vito.

"Anytime Flo," balas Sha.

Flo mengamati pasangan di hadapannya, sedikit rasa ingin bertanggar di posisi Sha muncul di hati baik pikiran Flo, namun Flo sadar, kebahagiaan Sha dan Vito jauh di atas kebahagiaan dirinya sendiri.

"Gue duluan, Sha, Vit," ucap Flo, memandang keduanya secara bergantian. Melihat Sha dengan wajah malu-malunya menatap Vito yang sedang berdiri tegak dengan satu lengan yang di masukkan ke dalam saku celana. Sesekali Sha melirik rambut berantakan Vito yang justru membuat Vito terlihat semakin ... ganteng?

Flo berjalan perlahan membelakangi keduanya. Flo menggigit bibir bawahnya, menahan tangisnya untuk tidak merebak. Kedua tangannya bertemu, jemarinya memainkan kukunya, menandakan Flo benar-benar sedang ingin menangis. Tidak, Flo jangan.

Flo tidak pantas menangis. Flo harus sadar, perasaannya hanyalah sedikit bumbu tambahan dalam segala hal ini. Berpengaruh namun tetap saja tidak dianggap.

Isak tangis pun hanya percuma. Karena Flo tidak berhak ... Flo tidak berhak menangis di atas kebahagiaan orang. Flo harus turut bahagia, apalagi ini menyangkut Sha dan Vito.

Flo mengepalkan tangannya, membulatkan tekadnya untuk melupakan Vito sepenuhnya. Flo akan berusaha, untuk Sha dan juga Vito.

"And I'm stuck in the friend zone again and again," lantun Flo ketika berjalan menuju ke kelas. Ia menyanyikannya dengan suaranya yang ya cukup bisa didengar.

"Friend zone sama siapa?" sahut seseorang membuat Flo terkejut dan berhenti melangkah.

Flo mendelik. "Ngagetin aja. Nyanyi doang," ucapnya.

"Vito apa dong?" ucap seseorang yang tadi mengejutkan Flo.

Mata Flo membulat mendengar ucapan orang itu. Berani-beraninya ia berbicara seperti itu. Sok tau, tapi benar sih. Tapi bagaimana dia tahu?

"Lucu banget gue pengen ketawa terpingkal-pingkal," ucap Flo sarkastik. "Omong-omong, gue ga bisa tolerir kejadian Sabtu malem kemarin Derin. Ya ampun, lo tau ga, lo drunk, terus banyak orang-orang ga jelas nyamperin gue," gerutu Flo.

Derin tertawa kecil, dibalas pukulan dari Flo. "Ketawa lagi lo."

"Maaf Flo, gue kalut. Ohiya Flo, jelasin ke gue alesan lo. Susah amat," ucap Derin.

Flo terdiam sejenak mendengarnya. "Minggu di Caffè Apova."

Derin mengangguk patuh ketika Flo berkata seperti itu. Keduanya berjalan beriringan menuju kelas, mengingat keduanya berada di kelas yang sama.

➖➖➖

Jam istirahat tiba, Flo menolak halus ajakan Felice untuk ke kantin dan lebih memilih untuk membaca di perpustakaan. Flo masih belum mau melihat romance diantara Sha dan Vito. Untuk kali ini saja Flo ingin menghindar.

Kakinya melangkah pasti menuju perpustakaan, dengan earphone yang menyumpal telinganya. Mulut Flo berkomat-kamit mengikuti lantunan lagu, mengeluarkan sedikit suara yang tidak akan terdengar di tempat yang ramai seperti ini, namun pasti terdengar jika di tempat yang sunyi.

HardestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang