Malam Minggu, biasanya kalau tidak pergi bersama sahabat-sahabatnya, Vito memainkan gitar di kamarnya, bahkan Vito sering membuat lagu, dan semuanya itu ia simpan di buku besarnya, yang bertuliskan; Addicted to Vito.
4 sahabat Vito tahu bahwa Vito mahir bermain gitar, tapi tidak dengan membuat lagu dan buku besarnya itu.
Kebiasaan lain Vito di malam Minggu adalah, selalu Skype bersama Flo. Flo selalu minta dimainkan dan dinyanyikan lagu oleh Vito lewat Skype, hingga Flo bersorak-sorak kagum. Padahal bisa saja keduanya mampir ke salah satu rumah dari mereka, tapi malas selalu menjadi alasan terbaik.
Namun malam ini Vito merasa aneh, Flo tak kunjung mengajak Vito untuk Skype dan merengek dinyanyikan lagu diiringi gitar, tentu saja ini aneh untuk Vito.
Vito dengan lihai mengetik nomor Flo dan menekan tombol call. Padahal nomor Flo sudah ada di contactnya.
"Hallo," suara itu terdengar parau di telinga Vito.
"Flo? Lo sakit?" tanya Vito sambil menaruh gitar yang semula ada di pangkuannya dan langsung berdiri.
Mungkin Flo tidak sakit, tapi Flo hanya, Flo hanya menahan.
"Hah? Engga ko Vit," jawab Flo meyakinkan.
"Ko suara lo gitu Flo?" tanya Vito, raut wajahnya mulai berubah. Tidak seperti biasanya Flo seperti ini.
"Abis makan dan belum minum air," itu yang Flo bilang pada Vito. Dan sudah pasti bohong.
"Flora minum air. Telephonnya jangan diputus, gue tungguin," perintah Vito.
"Ok," Flo langsung meminum air di gelas yang sudah ada di nakas kamarnya. Suara tegukkan Flo mungkin terdengar hingga Vito.
"Udah. Kenapa?" pernyataan dan pertanyaan itu keluar dari mulut Flo seusai air mineral itu ia teguk.
"Ini malam Minggu loh Flo," ucap Vito tanpa dibalas oleh Flo.
Vito langsung melanjutkan berbicara. "Lo ga mau gue nyanyiin pake gitar? Kenapa lo ga Skype gue?"
----
*other side*
Gue cuma gamau perasaan ini tumbuh, Alvito, batin Flo.
"Ohiya, ini malam Minggu ya. Hehe," Flo tertawa garing.
"Buka laptop lo, terima Skype gue. Cepet," lagi dan lagi Vito memerintah.
"Iya," jawab Flo langsung sambil membuka Skype.
Setelah koneksi terhubung, mereka saling melihat wajah satu sama lain di laptop mereka masing-masing.
"Haii Flo!" sapa Vito sedikit berteriak.
"Hai," bukan tanggapan yang Vito harapkan.
"Flo lo kenapa sih? Lo sakit?" Vito duduk sila di atas kasurnya sambil memegang gitar di pangkuannya.
"Engga ko Vit, hehe," balas Flo. Jujur, sikap seperti ini seperti bukan Flo.
"Biasanya lo yang heboh gue yang diem, ko jadi kebalik sih Flo?" ucap Vito. Memang, malam ini Vito bertingkah terbalik dengan Flo, Vito tak biasanya berbicara sebanyak ini. Biasanya dia hanya berbicara seperlunya saja.
"Engga, gue cape aja mungkin. Ayo nyanyiinnn," rengek Flo. Setidaknya sifat manja Flo sedikit keluar. Vito merasa sedikit lega. Tapi walaupun begitu, Vito curiga ada sesuatu yang Flo sembunyikan.
Vito mulai memetik gitar yang sudah ia pegang sedari tadi. Alunan gitar Vito dan suara Vito yang cukup bagus jadi hal yang selalu membuat Flo tenang. Mungkin ini juga salah satu alasan mengapa Flo bisa jatuh cinta pada Vito. Koreksi, Mungkin kata cinta terlalu berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hardest
Teen FictionFlora, gadis periang yang terlalu polos dengan masalah percintaan, harus mengikhlaskan bahwa cowok pertama yang ia sukai merupakan sahabatnya sendiri. Sedangkan Sha, cewek jutek yang sudah lama bersahabat dengan Flo. Sialnya, ia memiliki perasaan ya...