14. Improved one girl, but broke another girl

37.7K 2.7K 644
                                    

Anak cowok yang terduduk di kursi rodanya itu menarik perhatian Flo.

Flo yang lagi menemani kakaknya yang sedang dirawat di rumah sakit karena demam memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumah sakit, bosan.

Anak kecil itu mengenakan baju rumah sakit dan tampak sangat lemas, semakin membuat Flo tertarik untuk menghampirinya.

"Haii," sapa Flo dengan kepolosannya ketika ia sudah berada di depan cowok itu. Dia hanya diam, memandang Flo dengan mata tegasnya yang menyelipkan kesedihan.

Flo tersenyum lalu duduk di kursi tunggu RS.Bunda Medika. Ia memandangi anak cowok itu lamat, kesedihan menohok Flo.

Anak itu tampak sangat tidak bersemangat di atas kursi roda, dengan rambut yang nyaris sudah tidak ada. Awalnya Flo kira anak itu sengaja mencukur rambutnya, namun setelah Flo pikir lebih dalam, tampaknya anak itu tidak mencukur rambutnya.

Wajah sedih anak cowok itu seketika hilang diganti dengan senyuman cerah dan binar bahagia pada matanya ketika gadis seumurannya yang mengenakan baju yang sama dengannya itu, menghampiri anak cowok itu. Gadis dengan rambut panjang yang berwarna hitam legam dan dibiarkan tergerai itu terlihat begitu ceria, dengan boneka beruang kecil di dekapannya.

Flo lantas pergi meninggalkan keduanya, karena Flo tidak enak, dan ia merasa mengganggu. Dengan seribu pertanyaan mencokol di kepalanya mengenai anak cowok dan gadis itu.

Derhaman kecil Dion membuyarkan sedikit bayangan empat tahun lalu di mana Flo masih menginjak kelas enam SD yang kembali mengusik Flo.

"Kenapa lo?" tanya Felice pada Flo.

Flo terkejut melihat ke-empat temannya sedang menatap Flo seolah Flo melakukan kesalahan. Kelimanya memang sedang berada di sebuah kafe yang terletak di seberang salah satu mall di Jakarta, mengingat ini merupakan Sabtu malam.

Flo menyengir tak bersalah. "Lo tau, meratapi masa depan," jawabnya.

Berbanding terbalik nampaknya.

Dion mengetukkan jarinya pada meja. "Segini tuh dia lagi sama kita. Gimana kalo dia lagi di kamar sendirian ketika malam Minggu? Gue ngebayanginnya aja sedih," ucapnya mengejek.

Flo menyengir dan mengibaskan pandangannya kepada dua sosok di depannya. Vito dan Sha. Setidaknya Flo sudah mulai melupakan perasaannya pada Vito. Buktinya saat ini, Vito dan Sha duduk bersebelahan, dan Flo, di depan mereka. Flo sudah biasa saja melihatnya. Hmm, Flo sudah biasa saja.

Yakin, huh?

"Ada suatu kejadian di dalam tubuh gue, sehingga membuat gue harus ke toilet," ucap Flo seraya bangkit dari kursinya.

Vito mengangkat alisnya. "Bilang aja mau pipis, susah amat."

Pandangan Sha. Pandangan Sha yang Sha berikan kepada Vito. Penuh kekaguman di dalamnya. Bahkan ketika Vito hanya berbicara hal sekecil ini. Flo juga begitu, hmm ya setidaknya tidak begitu seperti dulu.

Baru saja Flo hendak berjalan menuju toilet, dering ponselnya menunda langkahnya. Flo kembali duduk di kursinya untuk mengecek ponselnya.

Derin: Lo dimana?

Satu kalimat dari satu orang itu sukses membuat badan Flo menegang.

Derin: Gue perlu ketemu lo.
Derin: Gue tunggu di Zarenka Cafè.

Dilanjutkan 2 pesan berikutnya. Sejenak Flo berpikir apakah ia harus memenuhi ajakan Derin apa tidak. Di satu sisi rasa takut itu menghujat diri Flo, di sisi lain ini adalah kesempatan bagi Flo untuk memperbaiki persahabatannya dengan Derin.

HardestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang