19. Explanation and flashback to the darkest time

35K 2.4K 32
                                    

4 atau 5 tahun silam.

Flo bertemu anak itu lagi. Anak yang waktu itu Flo temukan di rumah sakit saat Zeiyan dirawat. Kali ini, Flo mengantar ibunya untuk check up di rumah sakit yang sama.

Sambil menunggu, Flo berjalan di sekitar rumah sakit. Lagi, mata Flo menangkap anak cowok dan satu teman ceweknya yang waktu itu. Entah mengapa Flo ingin sekali berkenalan dengan keduanya.

Flo berlari kecil ke arah mereka, dirinya berdiri di dekat kursi yang berada depan kursi roda anak cowok itu berada. Saat Flo sampai di sana, senyum Flo mengembang. Namun sayang, gadis itu pergi karena ia dipanggil oleh salah satu suster rumah sakit. Jadi Flo hanya bersama anak cowok itu.

"Hai." sapa Flo.

Anak itu hanya menatap Flo bingung. Mungkin karena wajah Flo yang begitu ekspresif dan ceria.

"Namaku Flora, kamu bisa panggil aku Flo. Nama kamu siapa?" ucap Flo tersenyum lebar sambil menyodorkan lengannya pada anak cowok itu.

Flo terlihat begitu manis. Mengenakan gaun simpel berwarna gradasi pink dan putih, dengan renda di ujung gaun yang hanya selutut itu. Rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja. Rambut tebal berwarna hitam legam sepinggang dengan ujung yang ikal, sangat indah. Satu tambahan manis, jepit berwarna pink-putih di rambutnya, senada dengan gaun simpelnya.

"Ko kamu diem aja? Aku 'kan mau kamu ngomong dan kenalan sama aku. Kamu ga mau kenalan sama aku, ya? Atau kamu ga punya nama?" ucap Flo. Bibirnya ia manyunkan.

Siapa sangka? Anak itu tertawa melihat Flo. "Kamu lucu banget sih."

Flo akhirnya tertawa kegirangan dan berjingkrak-jingkrak mendengar suara anak itu keluar. "YES! Akhirnya kamu mau ngomong. Aku kira, kamu mogok ngomong. Ohiya, tangan aku pegel tau gini terus, bales dong, dan nama kamu siapa?" ucap Flo dengan begitu ekspresif.

Anak itu akhirnya membalas jabat tangan Flo dan tersenyum. "Namaku Derin." ucapnya.

"Oh, Derin. Kamu ko ngomongnya kaya orang gede sih? Padahal kayanya Derin seumuran sama Flo deh." ucapnya dengan nada yang seperti anak kecil, padahal Flo sudah kelas 6.

"Emang kamu kelas berapa?" tanya Derin.

Flo meletakkan telunjuknya di dagu mungilnya, seperti berpikir, matanya melirik ke atas. "Flo kelas 6." jawabnya sangat polos.

"Kelas 6 udah gede Flo. Kita harus mulai bersikap dewasa." ucap Derin dengan nada yang dewasa.

Flo memanyunkan mulutnya. "Engga Derin, Flo suka jadi anak-anak, Flo mau jadi anak-anak aja. Kalo udah gede Flo ga bisa main balon, perosotan, petak umpet, dan masih banyak lagi permainan lain yang Flo suka. Dan kata kakak Flo, kalo udah gede, nangisnya bukan karena jatuh dari ayunan, tapi karena doi. Flo ga ngerti maksudnya apa, tapi kayanya serem." ucap Flo dengan semangat 45.

Derin tertawa. Flo bingung mengapa Derin tertawa, ia memutuskan duduk di kursi dekat Derin, beberapa pertanyaan muncul di kepalanya.

"Rambut Derin kemana? Derin kenapa sering di rumah sakit? Flo udah 2 kali liat Derin di sini lho." ucap Flo. "Terus, kenapa Derin pake kursi itu? Flo lupa namanya, apa ya, kursi ... gelinding? Ih bukan, kursi ... roda?" tanya Flo sambil menunjuk kursi roda yang Derin duduki.

Sejenak, Derin terdiam, membuat Flo bingung. "Derin? Flo salah ngomong?" tanyanya khawatir.

Derin menggeleng dan tersenyum. Ia memajukan kursi rodanya. Menghapus beberapa jaraknya dengan Flo.

HardestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang