p.s: gue sarankan baca nya sambil dengerin lagu yang di mulmed yak. kalo mau penyanyi asli boleh, judulnya God Must Have Spent a Little More Time on You punya *NSYNC. yang di mulmed cover Boyce Avenue.
***
Inggat waktu pertama kali aku dan Vito melaksanakan kegiatan belajar bersama di awal kelas dua belas? Waktu itu, aku berani bertaruh bahwa kegiatan itu akan terus berlangsung hingga UN 'kan? Dan, kini aku dapat membuktikannya.
Aku dan Vito benar-benar melaksanakan kegiatan itu hingga UN tiba. Kami tidak pernah absen. Setiap malam selalu seperti itu. Konstan. Jika ditanya capek atau tidak, jawabannya tentu saja capek. Namun, ketika kita ingin mencapai sesuatu, tentu saja capek bukan lah kendala yang perlu dipermasalahkan.
Sekitar tujuh bulan belajar efektif sudah kami lalui. UN pun sudah lalu. Hasil jerih payah kita selama ini pun benar-benar tidak mengecewakan. Aku dan Vito mendapat NEM yang tinggi, melampaui target yang kita buat. Bahkan, kita berdua masuk ke lima besar NEM tertinggi angkatan kita di GNS.
Aku ingat betul ketika pembagian NEM, aku duduk di sebelah Vito dan Felice, lalu di sebelah Vito ada Sha, dan di sebelah Felice ada Dion. Begitu aku dan semua teman seangkaanku membuka amplop yang berisi NEM kita, namaku dan Vito dipanggil sebagai lima besar peraih NEM tertinggi. Detik itu juga, tanpa komando sedikit pun, aku dan Vito berpelukan. Sepertinya aku sukses menutup masa SMA-ku dengan cukup baik.
Kini, dunia yang jauh lebih besar sudah menungguku. Menungguku untuk segera mengepakkan mimpi yang sudah terakit sejak dulu, menjadikannya nyata.
Setidaknya, aku masih punya dua hari sebelum melihat dunia baru, alias berangkat ke New York. Aku belum cerita ya? Jadi, beberapa bulan lalu aku mendapat pemberitahuan dari universitas yang aku ikuti testnya, dan aku diterima. Indahnya lagi, itu merupakan universitas terbaik di New York, kalian pasti tau itu.
Jika ditanya sedih, tentu saja aku sedih. Kenapa? Masa SMA-ku baru saja berakhir. Masa yang katanya merupakan masa yang paling berkesan dan indah. Dan dapat aku akui, SMA merupakan masa yang sangat indah. Aku memang tidak bisa mengatakan masa terindah, karena aku bahkan belum menjalani setengah dari perjalanan hidupku.
Kini, aku sedang bertopang dagu di atas kasurku. Memainkan laptopku dalam rangka melihat-lihat hasil foto di hari graduasi juga di malam prom night. Iya, prom night. Catatan ya, jika bukan dipaksa Felice dan Sha, sepertinya aku tidak akan ada di acara itu malam itu.
Aku baru saja memindahkan foto-foto dari SLR-ku ke laptop milikku. Banyak sekali foto yang aku pindahkan. Semuanya fotoku dengan teman-teman SMA-ku. Aduh, aku akan seratus persen merindukan mereka.
Senyumku tidak berhenti terukir sejak tadi aku memulai melihat foto-foto ini. Tapi, ketika foto itu muncul di layar laptopku, aku sukses berhenti memindah-mindahkan foto satu ke foto yang lainnya dan terfokus untuk melihat foto itu.
Di foto itu, aku mengenakan jas hitam Vito yang melapisi dress pink pastelku, dan Vito yang mengenakan kemeja yang digulung hingga siku—selalu seperti itu ya?—naik ke punggungku. Di foto itu, aku dan Vito sama-sama menunjukkan cengiran yang lebar. Membuat aku tersenyum lebar ketika melihatnya.
Tapi sumpah, aku menahan berat badan Vito setengah mati ketika aku menggendongnya. Tapi hasilnya membuat aku puas.
Tiba-tiba dering ponselku membuat aku mengalihkan pandangan ke arah ponsel yang terletak di sebelah laptopku. Ada notifikasi masuk. Saat aku buka, ternyata LINE dari Vito. Dia ini kenapa? Kita satu rumah dan dia masih menggunakan aplikasi LINE untuk ngomong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hardest
Teen FictionFlora, gadis periang yang terlalu polos dengan masalah percintaan, harus mengikhlaskan bahwa cowok pertama yang ia sukai merupakan sahabatnya sendiri. Sedangkan Sha, cewek jutek yang sudah lama bersahabat dengan Flo. Sialnya, ia memiliki perasaan ya...