~~ All About Andin ~~
Siang ini Andin terburu-buru berjalan menuju mobil ketika baru saja selesai menangani seorang ibu hamil yang meminta untuk mengajarinya mengatur napas menjelang melahirkan. Andin baru dapat kabar dari Dita,adiknya kalau ternyata salah satu keluarganya ada yang wafat.
Keringat membasahi wajah cantik dan dahi Andin. Ia mengibaskan tangannya ke depan wajah agar rasa gerah itu berkurang walau AC mobil yang mengantarkannya sudah full.
Ia berulang kali melihat handphone, mengantisipasi kalau ada yang menghubunginya,akan segera ia jawab.
Sekitar dua puluh menit setelahnya, Andin turun dari mobil dan melangkah cepat menuju rumah yang sudah di pasang bendera warna kuning dan ada beberapa karangan bunga di halaman rumah itu.
"Dita,Mana Mama?" Tanya Andin ketika melihat adiknya yang sedang duduk di dekat pintu utama.
"Di dalam Kak" jawab Anindita,adiknya.
"Kakak masuk dulu ya" Dita hanya mengangguk dengan mata yang sembab.
Andin bergegas masuk dan terlihat banyak orang-orang yang melayat. Baik yang baru datang ataupun yang hendak pulang.
Ia hampiri keranda yang sudah ditutupi kain hijau dengan tulisan huruf Hijaiyah di sekelilingnya.
Pandangannya tiba-tiba mengabur,air mata menggunung di pelupuk matanya. Ia menangis tanpa suara melihat keranda berisi orang yang telah baik terhadapnya.
Seorang pria berusia sekitar 60 tahun,terbujur kaku di balik keranda itu. Ayah Rahmat, begitulah Andin sering menyapanya. Teringat dulu ketika masa-masa kelam menerpa dirinya dan Dita, Ayah Rahmat dan Ibu Wina lah yang menghibur dan seringkali mengajaknya pergi untuk sekedar bermain atau bertemu rekan kerja mereka.
Kini Ayah Rahmat telah tiada, terlihat Ibu Wina juga menangis di sisi keranda itu. Matanya sembab dengan hidung memerah dan bibir bergetar menahan tangis,sama seperti kondisi Andin sekarang.
"Ayah, maafkan Andin Yah. Andin belum bisa jadi anak yang baik untuk ayah dan ibu. Semoga Ayah tenang di atas sana dan semua amal ibadah Ayah diterima oleh Allah SWT"
Dengan tangisnya,Andin bermonolog. Ia tak menyangka kalau Kakak tertua dari Mamanya itu akan pergi secepat ini.
Andin mendekati keranda itu dan merapalkan Do'a agar Ayah Rahmat mendapat keringanan di alam sana.
"Ibu...." Andin merengkuh tubuh ibu Wina. Mereka berdua menangis dalam pelukan.
"Maafkan kesalahan Ayah Rahmat ya Ndin" ucap Ibu Wina
"Iya Bu, Ayah Rahmat orang baik. Andin sering merasakan kebaikan yang Ayah dan Ibu beri. InsyaAllah semoga dimudahkan semua perjalanan Ayah Rahmat menghadap Allah"
Ibu Wina mengangguk lalu mereka pun melepas pelukan itu. Kini Andin mulai mundur dari dekat keranda dan menghampiri sisi ruangan yang lain, terlihat Mamanya sedang meronce kembang.
"Ndin..."
Andin langsung mengecup tangan Mama Kinar, Mama kandungnya.
"Kamu sendirian?" Tanya Mama Kinar merasa khawatir karena putri pertamanya ini tak didampingi Rafli.
"Iya Ma" balas Andin berusaha tersenyum.
"Minum dulu" Mama Kinar berdiri lalu menghampiri rak berisi air mineral dan memberikannya pada Andin.
Wanita berusia 25 tahun itu menerima lalu meneguk air yang disodorkan Mamanya.
"Sini duduk" ajak Mama Kinar menepuk tempat kosong disebelahnya. Mereka duduk lesehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Andin
FanfictionIni tentang keinginan seorang pria bernama Aldebaran Adam Jarvis untuk mengejar cinta dari wanita muda berusia 25 tahun yang bernama Maurandini Febrianti. Kehidupan Al seketika berubah semenjak ia mengenal Andin. Kini, segala yang ada di pikiran Al...