~~ All About Andin ~~
Hari ke hari, Minggu ke Minggu Andin lalui dengan penuh kebahagiaan. Kini kehamilannya sudah memasuki Minggu ke-23. Bayinya aktif sekali bergerak dan Andin bersyukur akan hal itu. Aldebaran pun kerap kali menanti pergerakan itu. Setiap akan tidur, Al pasti mengajak bayinya bicara dan melantunkan beberapa ayat Al Qur'an di depan perut Andin.
Andin sudah benar-benar mengurangi aktifitas nya ke RSIA. Ia hanya berangkat tiga atau dua kali dalam seminggu. Al melarang Andin untuk terlalu keras bekerja. Maka dari itu, Andin kini lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga Jarvis.
"Mama..." Raisha berjalan ke arah Andin. Bayi 20 bulan itu sudah pandai bicara beberapa kata dan Andin begitu gemas mendengar nya.
"Raisha, sini nak" kata Andin menyambut Raisha yang berdiri di depan pintu kamarnya yang tidak tertutup.
"Mama... Ini"
Raisha menunjukkan dress nya. Andin gemas dan langsung mengajak Raisha masuk ke kamar nya."Baju Raisha bagus sekali, terlihat makin cantik" kata Andin sambil mengelus pelan kening Raisha, anak itu tak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya.
"Maaciihh" kata Raisha sambil tersenyum.
"Mamaaaa... Mamaaaa tolong Bunda Ma" tiba-tiba suara seorang anak terdengar begitu terengah-engah mendekati kamar Andin. Wanita itu segera beranjak menghampiri pintu kamar sementara Raisha dibiarkannya duduk di atas sofa.
"Kenapa kak?" Tanya Andin ikut panik.
"Tadi bunda jatuh di kamar mandi"
'Deg!' Andin langsung menghampiri Yasmin diikuti oleh Reyna. Namun bocah TK itu memilih untuk membawa adiknya dulu sebelum menghampiri bundanya.
"Bunda....Bunda Yasmin"
Tak sadar Andin berlari sambil membawa perut buncitnya.
"Bunda.... Ya ampun" Andin panik langsung menghampiri Yasmin yang terkapar di depan pintu kamar mandi.
Terlihat kondisi Yasmin tak sadarkan diri. Andin panik, apalagi di rumah sedang tidak ada siapa-siapa karena Papa Hatta dan Mama Nuri sedang menghadiri acara.
Andin langsung mendial nomor telepon Bu Nilam yang sudah pasti ada di bawah.
Tak lama Bu Nilam dan Bu Ani pun datang, membantu untuk menggotong Yasmin. Sementara Reyna dan Raisha menunggu di rumah bersama Andin tentunya. Wanita itu tak punya pilihan selain mengabari suaminya yang sedang bekerja. Aldebaran pun panik dan berjanji akan segera menyusul Yasmin ke rumah sakit dan Andin menjaga anak-anak.
"Mama Andin, bunda aku nggak akan kenapa-napa kan?" Tanya reyna dengan cemas. Matanya terlihat berkaca-kaca.
Sementara Raisha yang belum terlalu paham hanya duduk di pangkuan Andin.
"Bunda kakak pasti kuat, kita do'a kan supaya Bunda baik-baik aja"
Terlihat air mata mulai menggunung di pelupuk mata Reyna. Anak itu lalu menangis sesenggukan sambil memeluk tubuh Andin dari sisi kiri.
"Aku takut bunda ninggalin aku, aku takut bunda kayak ayah yang nggak pernah bisa ketemu aku lagi" kata reyna dalam tangisnya.
"Sssttt heiii... Kakkk...kakak" Andin berusaha membujuk reyna sambil memeluknya.
Andin menepuk pelan pipi reyna lalu mengelus rambut reyna dengan lembut
"Aku nggak mau kehilangan lagi Ma, tolong bilangin ke dokternya ya, bunda harus sembuh" Reyna masih saja menangis dan suaranya makin kencang. Sementara Raisha kini mulai respek dan malah ikut menangis seperti kakaknya. Kini Andin hampir kewalahan karena harus menenangkan kedua anak tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Andin
FanfictionIni tentang keinginan seorang pria bernama Aldebaran Adam Jarvis untuk mengejar cinta dari wanita muda berusia 25 tahun yang bernama Maurandini Febrianti. Kehidupan Al seketika berubah semenjak ia mengenal Andin. Kini, segala yang ada di pikiran Al...