~~ All About Andin ~~
"Pakai jaket saya Ndin" Aldebaran memberikan jaketnya yang berwarna krem ketika melihat Andin terus-terusan menggosok kedua tangan dan meniup-niupnya seperti orang yang kedinginan.
Akhirnya Andin mengangguk dan menyampirkan jaket itu di tubuh mungilnya. Bahkan pahanya sampai tertutup oleh jaket Al walau ia tak memasukan kedua tangannya ke sana.
Mereka baru saja tiba di vila milik keluarga Jarvis yang berada di daerah puncak. Andin melihat satu mobil Alphard juga sudah terparkir disana.
"Ada siapa Mas?" Tanya Andin.
Aldebaran menoleh dan mengusap kepala Andin.
"Keluarga saya" katanya.
Lalu merekapun berjalan beriringan dengan tangan yang saling bertaut.
"Ini kamar kamu Ndin, silahkan kalau mau bersih-bersih dulu. Saya tunggu. Nanti habis ini kita jalan-jalan ke sekitar sini ya" kata Al dan mengantarkan Andin ke dalam kamarnya yang begitu sangat terlihat mewah.
Andin terduduk di atas ranjang yang luas itu. Ia merenung. Mengartikan kebaikan Aldebaran secara rasional. Namun lagi-lagi hatinya berkata kalau Al memang punya rasa lebih padanya. Namun otaknya masih seringkali ragu, seolah Aldebaran akan mempermainkannya seperti Rafli dahulu.
Andin berusaha membuang jauh-jauh pikiran negatifnya itu. Ia tak akan menyamaratakan kalau 'semua pria itu sama saja'. Bukan, bukan seperti itu kok. Nyatanya, Andin yakin ada pria lebih baik dari Rafli, Papa Tomi,bahkan Ayah Rahmat yang Tuhan berikan untuknya.
Lalu ia mulai bersih-bersih untuk merelaksasi pikiran negatifnya dan berendam di bathtub dengan air hangat.
Setelahnya Andin bersiap di depan cermin, menatap wajahnya lekat-lekat. Entah skenario apa yang Tuhan berikan sehingga membuatnya harus setegar ini.
Andin tersenyum,ia akan mengambil keputusan apapun nanti yang akan dikatakan oleh Al.
"Mas" panggil Andin pelan, menghampiri Al yang sedang duduk di pinggir kolam ikan yang ada di beranda villa.
Aldebaran langsung menoleh dan mengisyaratkan dengan gerakan kepala bahwa Andin harus segera duduk di sampingnya.
Dengan gugup,Andin mulai duduk. Ia teringat perkataan Al kemarin yang ingin bersikap serius padanya.
"Gimana Ndin? Kamu nyaman disini?" Tanya Al mengawali percakapan. Hari ini ia berniat melamar Andin.
"Iya Mas,udara disini masih sejuk. Walau ini udah sore, tapi jauh dari polusi" kata Andin dengan mata yang masih mengitari sekitar.
Terlihat ada kebun teh, kolam ikan dan beberapa wahana wisata di puncak ini.
"Ada cerita apa hari ini?" Lagi-lagi Al masih mengawali percakapan mereka.
"Alhamdulillah berjalan semestinya Mas. Tadi aku ke tempat kerja, cuma nangani 2 ibu hamil sih" Andin menoleh dan menatap Aldebaran yang duduk di samping kanannya.
"Kamu gimana di kantor Mas?"
"Kebetulan tadi saya nggak berangkat ke kantor Ndin karena saya siap-siap mau kesini. Terus ya gitu, tadi main sama Reyna dan Raisha selagi bundanya mandi" jelas Al membuat Andin mengangguk paham.
"Kamu bisa jagain mereka?" Kata Andin seolah tak percaya.
"Tentu. Saya kadang-kadang bawa Raisha jalan-jalan di halaman rumah. Ya, saya berikan kasih sayang sebagai pengganti Ayahnya"
Andin paham. Ia tau bagaimana perasaan Al melihat adik kandungnya ditinggal mati oleh Roy,suami dari Yasmin.
"Syukurlah Bu Yasmin bisa bertahan ya Mas"
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Andin
FanfictionIni tentang keinginan seorang pria bernama Aldebaran Adam Jarvis untuk mengejar cinta dari wanita muda berusia 25 tahun yang bernama Maurandini Febrianti. Kehidupan Al seketika berubah semenjak ia mengenal Andin. Kini, segala yang ada di pikiran Al...