Aladin > 11

1.5K 305 95
                                    

~~ All About Andin ~~

Lima hari setelahnya,Andin sudah mengumpulkan berkas-berkas penting untuk ia ajukan ke pengadilan agama.

Dengan keberanian, Andin sudah mendaftarkan gugatan cerainya ke pengadilan agama Jakarta Selatan. Setelah semua dokumen masuk,Andin akan dihubungi kembali untuk mediasi bersama Rafli tentunya. Akan ada surat panggilan untuk dihadiri oleh keduanya.

Walau sesak,Andin rasa cintanya sudah meluruh pada Rafli. Mungkin karena kebersamaan yang singkat juga membuatnya lebih baik kembali menyendiri dari pada terus-terusan disiksa secara batin oleh Rafli.

Kini tekadnya sudah bulat. Andin kembali ke rumah dan membawa dua buah koper berisi pakaian dan seluruh kebutuhan nya. Ia sebenarnya sedih akan meninggalkan rumah pemberian mertuanya ini. Tapi biarlah,Andin mencoba ikhlas menghadapi kenyataan yang pahit. Kini ia ingin kembali ke rumah orangtuanya, tepatnya ke rumah Mama Kinar.

"Kak...." Tiba di rumah, Dita yang sedikit kaget langsung menghampiri Andin dengan dua koper yang masih digeretnya.

"Kakak sama siapa?" Tanya Dita lagi kala mereka mulai duduk lesehan di ruang keluarga.

"Sendiri Ta" Andin mengusap peluh yang membasahi keningnya.

Dita segera beranjak lalu mengambilkan Air minum untuk Andin.

Tak lama,ia kembali dengan gelas yang langsung diberikan pada Andin.

Dengan sekali tegukan,Andin menghabiskan air itu. Dita dengan sabar menunggu Kakaknya yang masih saja bungkam.

"Kakak udah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama" seolah mengetahui isi kepala Dita,Andin langsung to the point menyatakan apa yang memang sudah terjadi.

Dita membulatkan kedua bola matanya lalu dengan refleks menutup mulut dengan tangannya.

"ANDIN?" Suara agak kencang terdengar dari posisi duduk mereka yang membelakangi pintu.

Kedua kakak beradik itu segera menoleh, mendapati Mama Kinar yang juga sama terkejutnya ketika tak sengaja mendengar penuturan Andin.

"Mama, Maafkan Andin Ma" dengan langkah yang terbata Andin segera menghampiri mama Kinar lalu memeluk tubuh ringkih wanita itu.

Tangisan pilu dan menyayat hati terdengar di bahu Mama Kinar yang harus saja pulang dari pengajian rutin yang biasa ia ikuti.

"Mama...Hikss maafin Andin Ma,Andin nggak bisa jaga pernikahan Andin yang harusnya hanya terjadi sekali seumur hidup. Ta-Tapi Andin.. Hikss.. Nggak sanggup Ma menghadapi Bang Rafli"

Mama Kinar dan Dita juga turut menangis,lalu tangan kanan Mama Kinar mengusap punggung Andin yang bergetar menumpahkan segala air matanya.

Setelah sekian lama,kali ini akhirnya Andin baru jujur atas apa yang terjadi.

"Bang Rafli nggak pernah memperlakukan Uhukkk.. Uhukkk.. Hikss memperlakukan Andin dengan baik dan selama ini selalu mencampakkan Andin Ma" adu Andin lagi karena selama ini ia berniat untuk menutupi semuanya tapi rasanya tak pernah ada artinya bila Rafli tak mau berubah dan malah makin parah.

"Iya Ndin.. Iya Mama paham apa yang kamu rasakan" kini Mama Kinar mulai berkata dengan deraian air mata yang masih saja menetes.

Andin mulai melepas pelukannya dan mengusap kedua wajahnya yang basah sambil menunduk dan masih terisak.

"Kenapa kamu baru bilang sekarang nak?" Tanya Mama Kinar sambil menyentuh dagu Andin agar putri pertamanya itu tak terus menerus menangis sambil menunduk.

All About AndinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang