~~ All About Andin ~~
Semenjak kejadian itu. Andin menjadi makin berani dan menetapkan hati untuk selalu datang menghadiri panggilan mediasi agar ia bisa menang dalam gugatan ini.
Terlebih ketika Rafli masih saja playing victim terhadapnya ketika mediasi pertama yang baru saja ia hadiri. Untung saja Bu Ratmi,mediator yang menangani mereka bisa bertindak adil dan menengahi.
Rafli berkata kalau ia mempunyai bukti foto Andin ketika makan bersama Aldebaran. Bu Ratmi mengangguk karena memang melihat bukti nyata secara visual dihadapannya.
Pria itu juga bercerita kalau Andin yang pulang ke rumah orangtuanya tanpa sepengetahuan ia. Hal itu memang salah,tapi di balik itu semua ada alasan Andin juga yang memang meyakinkan.
Andin menelan ludah kasar ketika merasa bodoh karena belum melampirkan bukti nyata agar pihak pengadilan percaya padanya. Untungnya Bu Ratmi berusaha tenang, wanita itu berulang kali melerai adu mulut yang terjadi dan berusaha mempersatukan Andin dan Rafli kembali.
Namun nyatanya,makin memanas saja. Pulang dari sana, Andin semakin pusing saja karena mendapat kabar kalau Papa Tomi, Papa kandungnya masuk rumah sakit karena serangan jantung empat hari lalu yang menyebabkan syok kardiogenik.
Tyas,adik tirinya juga mengabarkan kalau Papa Tomi mungkin harus dirawat intensif.
Andin menopang dagu dengan tangan kirinya. Berusaha berpikir jernih atas apa yang baru saja diterima oleh otaknya. Rasanya begitu berat dan tak sanggup. Seketika air mata menetes sendirinya tanpa Andin duga. Mungkin karena fisik dan psikis nya terlalu lelah.
Semua kehidupan tentangnya adalah hal yang tak pernah ia bayangkan. Polemik dan keruwetan ini bagai kejutan dari takdir yang ia peroleh dengan tiba-tiba bahkan tak ada persiapan sebelumnya. Mungkin Andin harus terus menguatkan dirinya sendiri agar bisa menghadapi hari-hari yang mungkin lebih berat lagi.
Ia mengusap matanya yang basah dan memerah menahan sesaknya dada. Kemudian berlalu dan mencari tempat ibadah terdekat. Andin menemukan mushola di ujung jalan setelah melewati beberapa pertokoan di samping pengadilan agama ini.
Setelah mengambil air wudhu dan menenangkan sedikit kesedihannya,ia mulai menunaikan kewajibannya disana.
"Ya Allah... Aku mohon kuatkan fisik dan psikis hamba menghadapi ini semua. Hamba tau hamba bisa melewati nya karena Engkau tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba-Mu"
Tetes air mata sudah menggunung di pelupuk mata Andin dan hampir basah mengenai mukena yang ia kenakan.
"Hamba ingin dikuatkan, bagaimanapun kedepannya. Hamba ikhlas menghadapi cobaan ini semua" katanya dengan suara bergetar dan setelah itu kembali menangis sambil menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangannya.
Setelah puas menumpahkan segala keluh kesahnya,Andin bangkit dan mulai merapihkan diri. Bersiap untuk menemui Papa Tomi.
Tiba di lorong rumah sakit yang memang sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Andin. Tapi kini suasana terasa lebih beda. Langkahnya terasa berat dan tubuhnya lunglai. Terlebih ketika Tyas dan Bu Nia memandang nya dari kejauhan dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Bu,aku mau jengukin Papa dulu ya" Andin meminta ijin pada wanita yang merenggut kebahagiaannya yang selama ini ia impikan.
Wanita itu hanya mengangguk saja. Andin tak memusingkan itu semua. Ia ingin bertemu Papa nya, Papa yang selama ini sudah menelantarkannya dengan Dita.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Andin
FanfictionIni tentang keinginan seorang pria bernama Aldebaran Adam Jarvis untuk mengejar cinta dari wanita muda berusia 25 tahun yang bernama Maurandini Febrianti. Kehidupan Al seketika berubah semenjak ia mengenal Andin. Kini, segala yang ada di pikiran Al...