34 - Beban hidup 🍂

584 92 3
                                    

Chapter 34

♧♧♧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♧♧♧

Januar terbangun dari tidurnya setelah merasakan sesak di leher dan juga dadanya.

"Kenapa aku memakai selimut setinggi ini!" Ujurnya mendorong selimut itu untuk turun dari lehernya.

Januar memegang kepalanya pusing, perutnya mulai keroncongan sekarang, dia harus makan atau sakitnya akan menjadi parah. Januar teringat waktu kecil sampai harus di bawa kerumah sakit karena masalah lambungnya tersebut.

Matanya melirik kearah meja di sampingnya ketika menyadari ada makanan tertutup disana. "Apa Mamah yang membuatnya?" Gumam laki-laki itu.

Sepertinya saat ini Januar belum menyadari kalau tadi Raina datang kerumahnya. Januar tersenyum dan membuka makanan itu kemudian mulai sedikit demi sedikit menyuapkan makanan tersebut kedalam mulutnya.

Alisnya mengerut saat menyadari kalau Ibunya tidak mungkin memasakan sup seenak ini, sup yang rasanya tidak asing seperti buatan Raina.

"Ahk...!" Januar memekik dan menatap mangkuk di hadapannya mulai menyadari sesuatu.

"Mati aku! Jadi tadi bukan mimpi tapi nyata!"

Jantung Januar berdetak sangat cepat. Laki-laki itu menyimpan mangkuk itu dan memegang dadanya. Dia kembali tersadar dengan tindakan memalukan yang dia lakukan kepada Raina.

"Astaga bagaimana kalau Raina merasa tidak suka dengan hal yang aku lakukan. Bagaimana kalau dia membatalkan semuanya." Januar menangkupkan kepalanya di bantal sangat menyesal.

"Ahk....! Sial-sial bodohnya aku!" Tangan Januar memukul bantal itu kesal.

Suara ponsel yang menyadarkan laki-laki itu membuat Januar dengan enggan mencari keberadaan benda pipih itu.

Nama Kaira tertera di laman ponselnya. Januar terkesiap membenarkan nada suaranya.

"Halo Mbak?"

"Januar apa kamu baik-baik saja?"

"Iyah Mbak sehat kok! Tiba-tiba nanya kabar, cie khawatir yah?"

"Aku bunuh juga nih anak!"

Januar terkekeh, iyah itulah Kaira yang dia kenal, pasti akan memarahinya. Tapi karena itu pula Januar suka menggoda wanita itu.

"Sudah Mbak, pasti ada alasan lain Mbak nelpon aku malem-malem gini!"

"Iyah! Raina di kantor polisi!"

Deg.

Januar langsung berdiri dari duduknya, dia tidak menyangka Kaira akan mengatakan itu di akhir kalimatnya setelah basa-basi yang tidak perlu.

BECAUSE OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang