20 - Penerimaan diri 🍂

624 95 1
                                    

Chapter 20

♧♧♧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♧♧♧

Georgi baru saja menghubungi Kaira untuk segera menyusulnya. Kaira malah menghubungi Januar dan alhasil mereka berempat sekarang ada di sekolah Arka.

Raina memeluk wanita itu erat. "...hiks..., ini salah ku!" Raina sudah berantarakan sekarang.

Sedari tadi dia mencari Arka di sekitar sekolah bahkan di beberapa kelas, Arka tidak di temukan juga.

"Sudah jangan panik, Arka anaknya pintar. Dia pasti hanya ingin bersembunyi saja sekarang!" Ujur Kaira menepuk punggung sahabatnya itu.

Raina melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya. Wanita itu memegang dadanya sakit. "...hiks, kenapa disini sakit Kai!" Kata wanita itu memukul dadanya sendiri.

Kaira tidak bisa menahan air matanya. "Tidak! Jangan selemah itu Rai!"

Januar sudah memegang tulang hidungnya pusing. Laki-laki itu mecoba memikirkan tempat kira-kira pernah di kunjungi anak itu.

"Ayo kita cari lagi!" Kata laki-laki.

Georgi menganggukan kepalanya. Dia terlihat sudah kelelahan memutari sekolah sedari tadi. "Rai, tetap bersama Kaira dan Kai pegang ponsel terus!" Kata Georgi sebelum kembali mencari Arka bersama Januar.

Kaira menganggukan kepalanya mengerti dengan ucapan laki-laki itu.

____

"Arka kamu dimana?" Ucap Januar gusar.

Sekarang laki-laki itu sedang berada di taman sekolah, tempat ini memiliki banyak permainan anak seperti ayunan dan lainnya.

"...hiks...hiks...!"

Telinga Januar mendengar suara tangisan itu dari sekitar sana. Laki-laki itu tidak bicara lagi lebih memilih bergerak menelusurinya.

Arka tengah menyembunyikan dirinya di balik lutut kakinya dan duduk di belakang pohon yang ada disana.

Januar memegang pinggangnya lelah, laki-laki itu menjongkokan tubuhnya di dekat Arka.

"Arka...!" Ucapnya lembut.

Mendengar suara itu Arka menaikan kepalanya melihat kearah Januar. Air matanya semakin turun dan tidak bisa anak itu mendung lagi.

"Om...!" Lirihnya.

Arka jatuh di pelukan Januar sehingga laki-laki itu sedikit tersentak karenanya. "Tidak sayang! Kamu tidak boleh menangis." Kata Januar mengusap lembut kepala anak itu.

Arka menganggukan kepalanya masih bersembunyi di pelukan Januar. Laki-laki itu membiarkan Arka dalam posisi itu sementara waktu.

Namun tanpa Arka sadari tangan kanannya tengah mengeluarkan ponsel dan mengetik sesuatu kepada Raina agar wanita itu tidak lagi merasa khawatir.

BECAUSE OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang