24 - Meminta Ijin 🍂

610 106 5
                                    

Chapter 24

♧♧♧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♧♧♧

"Mah aku mau nikah!" Kata Januar tiba-tiba.

"Uhuk...uhuk...!" Misya tersedak oleh makanannya sendiri.

Sedangkan Dandi hanya menggantungkan sendoknya, untung saja laki-laki itu belum menyuapkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak nasib dia akan sama seperti sang Istri.

Wanita itu memukul tangan Januar sambil mengambil air minum di hadapannya. "Kamu mau liat Mamah mati muda?" Misya menghela napas sambil mengusap dadanya.

"Dengan siapa?" Tanya Dandi.

"Mbak Raina siapa lagi!" Kata laki-laki itu.

Misya mengerutkan keningnya. "Aduh kepala Mamah pusing! Kamu nolak Asha yang lulusan S1, wanita mandiri dan juga perusahaan sendiri demi wanita yang sudah memiliki anak itu? Bukan bagaimana, tapi biasanya wanita seperti itu hanya akan memikirkan anaknya saja, bagaimana dengan mu nanti? Mamah hanya mengkhawatirkan kebahagian mu sayang!"

Januar berdecak malas sebelum menjawab sang Ibu.

"Mah, Mbak Raina itu wanita karir, meski terlambat sekarang dia sedang merintis usahanya sendiri, dia cantik, cerdas dan pengertian, yang paling penting dari semua itu Januar mencintainya Mah. Untuk usia kita hanya berbeda beberapa tahun saja!" Kata laki-laki itu menjelaskan.

Misya membuang mukanya. Dia tidak ingin mendengarkan pembelaan dari putranya tersebut. Mungkin karena dia seorang Ibu, banyak yang dia pikirkan untuk masa depan putra satu-satunya tersebut.

"Bagaimana menurut Papah?" Tanya Januar melihat kearah laki-laki itu.

Dandi mengangkat bahunya. Sebenarnya dia suka dengan Raina, dengan adanya wanita itu Januar bisa lebih dewasa dari sebelumnya. Dandi juga tidak perlu khawatir dengan kelanjutan perusahaannya nanti.

Namun yang masih mengganjal di hati laki-laki itu adalah Raina yang sudah memiliki seorang anak.

"Papah terserah Mamah kamu saja!" Kata laki-laki itu seolah memberikan beban keputusan kepada Istrinya tersebut.

Januar kembali menatap wanita itu. "Ayolah Mah! Kita lamar Mbak Raina yah!" Kata laki-laki itu mengeluarkan jurus ampuhnya yaitu merayu sang Ibu.

"Tapi dia sudah memiliki anak!" Kata Misya.

Januar menghela napas kasar. "Mau aku kasih tau rahasia gak? Tapi Mamah sama Papah gak boleh ungkit lagi!" Kata Januar serius membuat kedua pasangan paruh baya itu mendekatkan diri kedekat Januar.

"Sebenarnya anak itu bukan putra Mbak Raina. Itu keponakannya dan Mbak Raina juga belum pernah menikah. So! Apa yang perlu di khawatirkan?" Kata Januar.

Sebenarnya dia tidak ingin membahas ini, sepenuh hati laki-laki itu sudah menganggap Arka sebagai putranya. Tapi jika hal ini bisa membuat keraguan orang tuanya berkurang maka baiklah Januar akan mengatakannya sekali saja.

BECAUSE OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang