Bagian 62

445 28 9
                                    

Happy Reading🧡

Jangan lupa tinggalin jejak

.

.

Seperti biasa, sekolah sangat sepi menjelang sore. Mungkin hanya ada beberapa siswa ekstrakulikuler saja yang tersedia di sekolah.

Namun, untuk sore ini, sama sekali tak ada satu pun ekstrakulikuler yang berlangsung.

Hanya ada beberapa anak yang memutuskan untuk menghabiskan waktunya dengan bermain di sekolah, seperti bermain basket.

Novan, salah satunya.

Ia berjalan tenang di sepanjang koridor yang sepi itu. Sekarang jam menunjukkan pukul 16.35 WIB. Sekitar 2 jam lebih setelah sekolah usai, ia dan beberapa temannya bermain basket disekolah. Itung-itung untuk kenangan juga sebelum ia pergi dari sekolah ini.

Ia kebagian untuk mengembalikan bola basket keruangan olah raga. Baju putihnya tersampir di pundaknya, yang tersisa hanya kaos hitam yang ia kenakan ditubunya. Keringat mengalir di lehernya, menambah pesona dirinya,tangan kanannya memegang bola basket. Sesekali ia memantulkan bola itu ke lantai untuk mengurangi rasa jenuhnya.

Setelah menaruh bola yang ia bawa ke dalam ruang olah raga, Novan berjalan di koridor tersebut dengan bayang-bayang kejadian 5 tahun lalu. Dimana, ia tak sendirian. Ada seseorang yang menunggunya di area lapangan, menemaninya saat latihan atau hanya sekedar bermain-main seperti sekarang.

Novan melengkungkan senyum kecil, sesuatu yang tidak akan terulang kembali dengan gadis itu.

Kejadian yang udah lama banget, masih sangat teringat jelas di ingatannya.

"Kalo dia masih ada, gue yakin dia gak beda jauh sama Kia," lirihnya.

Kedua mata Novan menyusuri setiap sudut yang ada, ia sesekali melihat kearah luar memastikan pandangannya.

Ia melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 16.55 WIB. Namun, keadaan diluar sana terlihat sangat gelap. Keadaan di koridor yang ia lewati pun sudah seperti keadaan pas magrib.

Novan menghela nafasnya. "Beneran mau hujan."

Langkah kakinya di percepat, untung hari ini ia membawa mobil, jadi sedikit lebih aman.

"Tolong... ."

Langkah kaki Novan berhenti seketika. Ia menajamkan pendengarannya, membenarkan lagi apa yang telah ia dengar.

"Tolong... ."

Novan menoleh, ia memundurkan langkahnya mencari keberadaan suara tersebut. Suara yang tak asing dipendengarannya.

Pandangan mengarah ke pintu toilet wanita yang tertutup rapat. Filingnya mengatakan bahwa suara tadi berasal dari sana.

Kakinya melangkah mendekat, tangannya terangkat mengetuk pintu toilet tersebut memastikan apakah suara tadi berasal dari sana atau bukan.

"Ada orang di dalam?"

Beberapa saat tak ada jawaban, Novan mencoba memutar knop pintu tersebut untuk memastikan keadaan didalam sana.

Namun, tak bisa. Pintu tersebut tak bisa terbuka. "Ke kunci."

Novan mencoba mengetuk pintu tersebut sekali lagi. "Ada orang gak di dalem?" teriaknya.

"Totolong... ."

Suara lirih kembali terdengar.

"Lo ke kunci di dalem? Jaga jarak sama pintu, gue bakal dobrak ni pintu," intruksi Novan.

Ara'FinnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang