"Kiri, pak!" Seru seorang gadis pada sopir angkot yang mengantarkannya ke kantor pagi ini.Sang sopir pun menepikan angkotnya ke sebelah kiri untuk menurunkan gadis itu.
Mira, seorang gadis berusia 22 tahun yang kini bekerja sebagai cleaning service di salah satu perusahaan swasta terbesar di Indonesia, bahkan mungkin segera di Asia Tenggara yakni Atmadja's.
"Kurang, neng!" Protes sopir itu setelah Mira menyodorkan selembar uang dua ribu.
"Dih, cuma dari gang belakang aja, bang elahh. Harusnya malah seribu ini mah." Mira membela diri.
"Yee, cantik-cantik miskin!" Setelah menyelesaikan kalimatnya, sopir itu langsung melajukan angkotnya dengan cepat.
Mira mendengus kesal. Hidup di Jakarta memang sulit, sayangnya ia harus bertahan sampai mendapat uang yang cukup untuk membantu perekonomian orang tuanya di desa. Untungnya, ia sudah terbiasa dengan kehidupannya di Jakarta selama hampir setahun ini.
Beep! Beep!
Suara klakson membuatnya terkejut saat berjalan memasuki area gedung kantor. Rupanya itu mobil atasannya, Ibrahim. Ia lantas langsung berjalan ke tepian sembari meminta maaf walau tentu saja tidak dihiraukan oleh sopir mobil itu.
Tak langsung melanjutkan perjalanannya, Mira justru berhenti sejenak untuk memandangi seseorang yang akan keluar dari mobil tadi dan benar saja, mobil itu berhenti tepat di depan pintu kaca besar yang menjadi pintu masuk ke dalam gedung dengan tiga puluh lima lantai itu.
Seorang pria dengan busana serba hitam membukakan pintu mobil untuk atasannya.
Dan disanalah dia, Malikal Ibrahim Atmadja, sosok pria berusia 40 tahun dengan postur tubuh tinggi dan berotot yang tidak berlebihan terlihat begitu tampan dengan setelan jas hitamnya. Tak lupa sorot mata tajam yang dipadukan dengan pahatan indah wajahnya yang selalu berhasil membuat para wanita meluntur.
"MashaAllah indahnya ciptaan-Mu ini!" Puji Mira dalam hatinya ketika melihat sosok indah itu dari kejauhan.
Tentu saja Mira termasuk salah satu penggemarnya. Bagaimana tidak? Pria berusia matang itu memang sungguh memanjakan matanya. Terlebih statusnya sebagai direktur utama perusahaan keluarganya, Atmadja's.
Atmadja's telah mengepakkan sayapnya di berbagai bidang seperti pendidikan (sekolah), apartment, rumah sakit, hotel, pasaraya, dan tempat-tempat hiburan semacamnya. Hebatnya lagi, seluruh bangunan itu telah berdiri hampir di setiap sudut Indonesia. Baru-baru ini juga terdengar bahwa mereka baru saja mendirikan sebuah hotel bintang lima di Kuala Lumpur, Malaysia.
Perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1955 itu pertama kali didirikan oleh seorang konglomerat, Saleh Atmadja. Hingga kini perusahaan besar tersebut diteruskan oleh cicitnya, Malikal Ibrahim Atmadja.
Selain kesuksesannya sebagai direktur utama, pesonanya sebagai seorang duda beranak satu juga tak kalah memukau. Bahkan justru itu yang membuat hati para wanita seperti Mira semakin jatuh padanya.
"Duren mateng makin hari makin mateng aja ish!" Ungkap Mira gemas, masih dengan matanya memandangi Ibrahim yang semakin menghilang ke dalam gedung kantor.
Duren Mateng atau Duda Keren Usia Mateng, adalah panggilan sayang yang Mira berikan pada Ibrahim. Terdengar konyol memang, tetapi Mira sangat menyukai sebutan itu.
"Oit, tiati tuh ilernya netes!" Ejek seorang lelaki yang tiba-tiba merangkulnya dengan akrab.
Beni, teman kerjanya.
"Ihh apa sih lo, Ben? Ngagetin aja!" Gerutu Mira kesal.
Beni tertawa, "Gantengan mana sih sama gue?"
"Heh nggak usah ngadi-ngadi lo, jamet! Jelas gantengan pak Ibrahim bangetlah!"
"Ah yakin? Percuma juga ganteng kalo nggak bisa lo milikin, Mir."
"Ya biarin aja."
"Mending gue aja nggak sih? Udah mah ganteng, bisa lo milikin pula."
Mira tak kuasa menahan tawa mendengar kalimat Beni barusan.
Ayolah, lelaki ini begitu percaya diri!
"Dih, ngimpi lo mah. Udah ah yuk masuk! Ruang meeting belum diberesin kemarin, ntar jam sembilan mau ada meeting katanya." Ajak Mira pada Beni.
Mereka kemudian melangkah masuk ke dalam gedung dan mulai bekerja.
***
WADUH APAAN NICH?!
HEHE
Beri taburan bintang dong ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Duren Mateng
Romance"Saya perhatikan kalian sangat dekat, Cleva juga sepertinya menyukai kamu." "Ohiya, pak. Kita mah udah kaya bestie hehe." "Ekhem," dehem Ibrahim. "Kamu sayang sama Cleva?" Sambungnya. Mira mengerutkan keningnya, tentu saja ia sangat menyayangi gadis...