25

7.4K 392 5
                                    


"Bapak mau ke bandara sekarang?" Tanya Agnes pada Ibrahim.

Sepulang dari Lombok tadi, Ibrahim memilih untuk ke kantornya sebentar guna mengurus sesuatu. Kini pria itu tengah menandatangani beberapa berkas-berkas perjanjian kerjasama.

"Sebentar lagi." Jawab pria itu singkat tanpa menatap sekretarisnya.

"Baik, pak." Sahut Agnes. "Ohiya, pak. Ini bekalnya mau saya angetin? Udah dingin soalnya, pak." Sambungnya.

Ibrahim terdiam sejenak, bekal? Bekal apa?

Ia kemudian mendongak untuk melihat kotak makan yang berada di tangan Agnes.

Ah bekal itu!

Sayang sekali Ibrahim lupa untuk menyantapnya pagi tadi, sehingga tentu saja makanan itu sudah dingin mengingat jam sudah menunjukkan pukul 14.50 WIB.

"Permisi, pak? Ini tehnya udah jadi hehe maaf lama, ngantri sama karyawan tadi gantian ngerebus airnya." Suara seorang pria tiba-tiba menyapa pendengaran Ibrahim dan Agnes.

Keduanya pun menoleh ke sumber suara.

Beni.

Pria itu membawa segelas teh panas yang memang Ibrahim pesan beberapa saat lalu.

"Taruh sini aja," jawab Agnes sedikit ketus pada Beni.

Beni menurut dan meletakkan segelas teh panas itu di meja Ibrahim.

"Kasih makanannya ke dia." Ujar Ibrahim pada Agnes.

Agnes dan Beni nampak kebingungan.

"Makanan apa, pak?" Tanya Beni.

Namun Ibrahim tidak menjawab, ia hanya mengangkat dagunya menunjuk kotak makan di tangan Agnes.

"Nih," kata Agnes pada akhirnya sembari memberikan kotak makan tersebut pada Beni.

"Buat saya, pak?"

Ibrahim mengangguk tanpa penjelasan.

"Wah tau aja saya belum makan siang hehe, makasih pak."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Beni pamit untuk kembali ke dapur dan menyantap makanan gratisnya.

"Kenapa dikasih ke Beni, pak?"

"Nggak apa-apa, toh saya juga nggak sempet makan. Mubadzir."

Sementara itu di dapur, Beni cepat-cepat mendudukkan dirinya di sebuah minibar. Ia tak mau menyia-nyiakan makanan gratisnya.

Tak apalah rencananya untuk membeli nasi padang siang ini batal, setidaknya ia bisa lebih menghemat dengan memakan makanan pemberian suami sahabatnya itu.

Ctok!

Beni membuka tutup plastik itu, menimbulkan sedikit suara nyaring.

"Wah!" Kagum Beni setelah melihat isi kotak makan tersebut.

Ada tempe, potongan ayam goreng, dan tumis kangkung. Sungguh perpaduan yang epic.

Membaca doa sejenak, ia segera menyantap sarapan yang juga merangkap menjadi makan siangnya.

"Eh bwentar dweh," gumam Beni dengan mulut yang masih penuh.

"Guweh kaya kwenal samwa raswanya?"

Ia terdiam sejenak, mengingat-ingat sesuatu.

Duren MatengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang