19

10.3K 595 24
                                    

Siang yang cukup terik, Mira menyipitkan matanya untuk mengawasi Cleva yang sedang bermain di kolam renang anak-anak bersama Kia, sepupu seusianya.

Ia tidak mengerti bagaimana bisa anak-anak itu dapat bertahan di bawah terik matahari seperti ini?

"Cleva, Kia, jangan jauh-jauh ya di situ aja!" Seru Mira.

"Iya mommy!" Sahut Cleva masih sibuk bersama Kia.

"Kamu nggak berenang?" Tanya seseorang di belakangnya.

Siapa lagi jika bukan Ibrahim?

Pria itu baru saja mendatangi anak dan istrinya setelah lama menelepon klien.

Mira menoleh ke arah Ibrahim sebentar, lalu kembali menyaksikan kedua gadis kecil itu.

"Enggak ah, panas." Jawab Mira tidak bersemangat. "Itu bapak udah ditungguin Cleva dari tadi tuh." Lanjutnya.

Memang, Ibrahim sudah berjanji pada putrinya untuk berenang bersama siang ini. Terlihat pria itu hanya mengenakan bathrobe, Mira dapat memastikan Ibrahim tidak mengenakan baju di dalamnya.

"Jangan teriak lagi, ya." Ujar Ibrahim tersenyum miring (😏).

Mira menatap Ibrahim sinis, sebenarnya ia hanya menyembunyikan rasa malunya.

Sedetik kemudian, pria itu menanggalkan bathrobe-nya. Benar dugaan Mira, Ibrahim hanya mengenakan celana pendek berwarna hitam tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh bagian atasnya yang bak athlete itu.

"ALLAHUAKBAR! SI AYAH NIH SUKA BANGET BIKIN BUNDA KETAR-KETIR!" Teriak Mira dalam hati.

Ibrahim kemudian melangkah menghampiri Cleva tanpa memedulikan Mira yang kini tengah menunduk menyembunyikan rasa gugupnya.

"Cleva! Kia!" Panggil Ibrahim.

"Daddy yeay! Ayo main lenang sama Cleva sama Kia!" Pekik Cleva senang.

Merasa tak ingin menyia-nyiakan momen ini, Mira mengangkat dagunya untuk menyaksikan betapa indahnya pemandangan di hadapannya itu.

Seorang pria matang yang sedang menemani dua gadis kecil berenang dengan pelampung bebek mereka. Bahkan Ibrahim mengenakan pelampung lengan berwarna pink milik Cleva karena anak itu tidak suka memakainya.

Wajar saja jika para ibu yang juga sedang menjaga anak mereka berenang di sana nampak terpukau dengan Ibrahim.

"Hahaha kasian suaminya gak kaya suami gue!" Ejek Mira dalam hatinya.

Sungguh, ia merasa sangat gemas pada suaminya. Sudah tampan, pekerja keras, penyayang keluarga pula. Kurang apalagi?

"Iler woy, iler udah seember tuh!" Ejek Beni yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya.

Mira mendengus, "Ish lo mah suka banget ngerusak suasana ye, heran gue."

Beni tertawa renyah.

"Ya habisnya lo sedep amat liatin pak Ibrahim."

"Ya biarinlah, suami sendiri wle!"

"Eh badan gue juga kaya dia tau, kotak-kotak!" Tutur Beni sembari menekuk sikunya ke atas untuk memamerkan otot lengannya yang memang cukup besar.

"Nggak usah halu, Ben. Bulet semua badan lo mah orang tiap hari kalo nggak bakso ya seblak lo makan." Mira balas mengejeknya.

"Yhaa, ngeremehin gue nih orang." Tukas Beni. "Gini-gini gue biasa angkat barbel di kost." Sambungnya.

"Mana ada barbel, woi? Galon itu, ege!" Timpal Mira.

Keduanya memang tinggal di satu kost yang sama, hanya berbeda kamar. Itulah mengapa Mira mengatakan bahwa barbel yang Beni maksud adalah galon karena pada kenyataannya Beni seringkali membantu mengangkat galon milik para wanita penghuni kost, termasuk Mira.

Duren MatengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang