Pukul tiga dini hari, Ibrahim tengah tergesa-gesa mengendarai mobilnya menuju rumah sakit agar putrinya segera mendapat pertolongan medis.Beberapa menit yang lalu memang penyakit anak itu kembali kambuh meski dalam tidur lelapnya. Hal tersebut membuat Ibrahim panik setengah mati, karena jika tidak segera ditangani ia akan kehilangan putri kecilnya dalam sekejap.
Sekitar 15 menit berlalu, akhirnya mereka telah sampai di rumah sakit. Para suster segera membantu Ibrahim membawa Cleva ke ruang UGD untuk segera ditangani.
"Maaf, bapak tunggu di sini saja." Ucap seorang suster ketika mereka sampai di depan ruang UGD.
Suster itu kemudian menutup pintu ruangan tersebut.
Bugh!
Ibrahim memukul tembok di hadapannya dengan frustasi. Bahkan rasa sakit akibat benturan tulang-tulang jarinya dengan tembok nyaris tak bisa ia rasakan karena hatinya jauh lebih sakit melihat putrinya terbaring lemah di dalam.
Pria itu menangis, tangisan paling tulus yang Ibrahim keluarkan selama ini hanya untuk Kinan dan Cleva. Ia tak mau merasakan kehilangan untuk yang kesekian kalinya. Sudah cukup matanya mengering saat kepergian Kinan, ia tak bisa jika harus kehilangan satu permata hatinya lagi.
Ia bisa mati.
"Ya Allah, please let this one stay." Tangisnya dalam hati.
***
Allahuakbar AllahuakbarSuara adzan Shubuh menyadarkan Ibrahim dari lamunannya. Sudah hampir satu jam ia terdiam di depan ruang UGD. Pikirannya kacau, ia sangat mengkhawatirkan putrinya itu.
Tiba-tiba pintu ruangan di hadapannya terbuka. Keluarlah seorang pria paruh baya lengkap dengan jas putihnya.
Ibrahim buru-buru berdiri dan menghampiri pria tersebut.
"Bagaimana keadaan anak saya, dok?" Tanya Ibrahim cemas.
"Keadaan jantungnya semakin melemah, pak. Kita harus segera mengambil tindakan." Jelas dokter itu.
"Lakukan apa pun untuk keselamatannya, dok!" Seru Ibrahim.
"Itu masalahnya, pak. Anak bapak harus segera melakukan transplantasi jantung. Akan tetapi, hanya jantung ibunya yang dapat menggantikan jantungnya karena penyakit yang anak bapak derita ini sangat langka, jadi hanya jantung seseorang yang mengandungnya atau seseorang lain yang memiliki kecocokan dengan jantung anak bapak yang bisa menggantikan jantungnya saat ini." Jelas dokter itu panjang lebar.
Seketika kedua kaki Ibrahim terasa sangat lemas. Ia nyaris terjatuh jika saja dokter itu tidak menahan tubuhnya.
Ibrahim merasa hancur, ia merasa gagal menjadi ayah yang baik untuk Cleva. Ia bahkan tak bisa menjaga putrinya tetap sehat dan aman.
"A-apa ada cara lain, dok?" Tanya Ibrahim sekali lagi penuh harap.
Dokter itu terdiam sejenak kemudian menggeleng, "Maaf, tapi tidak ada, pak. Hanya itu satu-satunya jalan, karena jika tidak, diperkirakan usianya tidak lama lagi. Tapi jangan berhenti berharap, pak. Kita manusia hanya bisa menerka, sedangkan takdir ada di tangan Allah." Ungkap dokter tersebut. "Mungkin bapak bisa membicarakan ini dengan istri bapak terlebih dahulu. Saya permisi." Lanjutnya kemudian berlalu pergi meninggalkan Ibrahim sendirian.
Nyawa Ibrahim seakan lepas dari tubuhnya, ia merasakan dirinya seperti melayang ke atas awan setelah mendengarkan perkataan terakhir dokter itu.
Tidak, ia tidak akan membiarkan Cleva pergi!
Tapi entah kenapa dalam hatinya seperti kehilangan harapan. Untuk mendapatkan jantung seseorang yang cocok tentu akan sangat sulit, satu-satunya hal yang akan sangat mungkin terjadi hanyalah kehilangan putrinya.
Ibrahim tak punya pilihan lain, jika saja ia bisa memberikan jantungnya, tentu ia akan langsung melakukannya. Akan tetapi dirinya juga memiliki riwayat penyakit mematikan itu.
Apa pun akan ia lakukan untuk Cleva, Ibrahim bahkan tak segan-segan memberikan nyawanya jika memang ia harus.
Pria itu kembali merutuki dirinya sendiri.
Masalah yang ia hadapi kini tidaklah mudah, sama seperti saat ia harus memilih Kinan atau Cleva pada hari itu. Hari di mana perasaannya benar-benar diuji, saat dokter mengatakan bahwa ia hanya bisa menyelamatkan satu nyawa, Kinan atau Cleva.
Dan dirinya memilih Cleva atas keinginan Kinan. Wanita itu mempercayakan Ibrahim untuk merawat dan membesarkan Cleva seorang diri. Namun sekarang pria itu merasa sangat gagal, ia sudah gagal menjaga kepercayaan Kinan, wanita yang paling dicintainya.
"Kinan, maafin aku." Lirihnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Duren Mateng
Romance"Saya perhatikan kalian sangat dekat, Cleva juga sepertinya menyukai kamu." "Ohiya, pak. Kita mah udah kaya bestie hehe." "Ekhem," dehem Ibrahim. "Kamu sayang sama Cleva?" Sambungnya. Mira mengerutkan keningnya, tentu saja ia sangat menyayangi gadis...