"Makasih, Mir!" Seru seorang karyawan pada Mira yang baru saja selesai membuatkannya kopi."Yo, sama-sama!" Balas Mira sembari mengelap gelas-gelas basah.
Kini ia sedang berada di dapur, membantu para karyawan yang mungkin ingin membuat mie instan atau sekedar menyeduh kopi. Jadi selain menjadi cleaning service, Mira juga suka membantu kegiatan dapur.
"Eneng pilih yang mana? Bujangan atau duda? Bujangan memang asik, duda lebih menarikk... ASEK!" Gumam Mira bersenandung sebuah lagu yang liriknya sengaja ia ganti untuk lebih merasakan lagu itu.
Tentu karena ia sangat menyukai atasannya, Ibrahim, yang seorang duda anak satu itu.
"Tante! tante!" lirih seseorang.
Mira menghentikan senandungnya, ia mencari sumber suara dan menemukan sesosok anak perempuan menggemaskan dengan rambut pendeknya yang diikat dua tengah berdiri di sampingnya.
Cleva, anak Ibrahim.
"Ehh anak bunda nyamperin." Gumam hatinya.
"Ehh, dek Cleva ngapain di sini?" Tanya Mira.
Ia lantas berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Cleva. Ini adalah kali pertama dirinya berhadapan langsung dengan anak menggemaskan ini. Memang, semenjak dua bulan yang lalu Cleva seringkali mengunjungi kantor ayahnya, tapi ia tak pernah berkeliaran seperti sekarang ini. Apalagi tanpa babysitter-nya.
"Bibinya mana?" Tanya Mira sekali lagi, ia menengok kesana kemari mencari keberadaan babysitter Cleva.
"Cleva pengen minum milkshake kaya punya daddy." Jawab Cleva.
Mira teringat, beberapa jam yang lalu memang Agnes —sekretaris Ibrahim— memintanya untuk membuatkan milkshake untuk Ibrahim.
"Hmm memangnya Cleva boleh minum es?"
"Nggak boleh, tapi Cleva mau."
"Jangan dong, kan nggak boleh. Nanti dimarahin daddy gimana?"
"Daddy nggak akan malahin Cleva, soal kata daddy Cleva anak kesayangannya."
Mira terkekeh. Anak ini sungguh manis.
"Eummm, yaudah tante bikinin ya?" Ujar Mira sambil mengangkat Cleva ke gendongannya.
Ia mendudukkan bocah manis itu di atas kursi minibar.
"Tunggu sebentar ya, anak manis."
Cleva mengangguk antusias.
Mira kemudian mulai membuat milkshake, tanpa es batu.
Beberapa menit kemudian, milkshake tersebut telah siap. Ia memberikannya pada Cleva.
"Kok nggak dingin, tante?" Tanya Cleva kebingungan karena milkshake-nya justru hangat.
"Jadi gini, tante pernah denger katanya kalo anak-anak minum es nanti bisa berubah jadi es serut. Cleva mau berubah jadi es serut?" Jelas Mira berusaha mengelabui Cleva.
"Belalti nanti Cleva dimakan dong?"
Mira mengangguk serius, "Iyalah. Kalo Cleva berubah jadi es serut, nanti daddy nangis gimana? Masa ganteng-ganteng anaknya es serut?"
Cleva tertawa.
"Kata tante daddy ganteng?" Tanya Cleva tertawa memandangi Mira.
Yang ditanya langsung gugup, tak seharusnya ia mengatakan itu di depan anak-anak.
"Ehh, i-iyalah. Kan Cleva cantik, pasti daddynya ganteng dong, iya kan?"
"Tante juga cantik." Kata Cleva dengan polosnya.
Seburat merah mulai nampak di kedua pipi Mira. Bagaimana bisa anak ini membuatnya tersipu malu begini? Huh.
"Ah kamu bisa aja," balas Mira. "Cleva kenapa kesini sendirian?" Lanjutnya.
Cleva berhenti menyedot milkshake hangatnya.
"Tadi daddy lagi sibuk sama tante Agnes, telus mbak Ina lagi ke toilet, telus Cleva liat milkshake daddy enak banget tapi mau minta nggak boleh sama daddy. Telus Cleva tanya sama tante Agnes milkshake-nya dali mana, telus kata tante Agnes dali dapul. Telus Cleva kelual deh cali dapul, eh balu ketemu sekalang, telus ketemu sama tante hihi." Jelas Cleva panjang lebar.
Mira terkekeh mendengar betapa polosnya Cleva bercerita dengan cadelnya. Ia kemudian membelai kepala Cleva dengan lembut, mengagumi betapa manisnya anak ini.
"Habis ini nanti tante anterin kamu pulang ke ruangan daddy ya? Pasti dia lagi kebingungan nyariin kamu." Ujar Mira.
"Iya, tante." Sahut Cleva mengangguk setuju, "Milkshake-nya enak deh, tante. Cleva suka banget!" Lanjutnya.
"Ohiya? Kalo Cleva suka nanti tante bisa buatin kapan aja Cleva mau."
"Benelan, tante?"
"Iy-"
"Cleva!"
Kalimat Mira terpotong oleh suara teriakan dari arah pintu masuk.
Mereka berdua pun menengok ke sumber suara.
Ibrahim.
Pria itu bergegas menghampiri putrinya dengan raut khawatir, iya juga menatap Mira tajam.
"Cleva, kamu kemana aja, sayang? Daddy nyariin kamu!" Ungkap Ibrahim sembari memeluk putri semata wayangnya itu.
"Kamu ya! Kamu kasih apa ke anak saya?" Kini pandangannya kembali kepada Mira yang masih bergeming di tempatnya.
"S-saya, s-saya" ucapan Mira terputus-putus saking gugupnya berhadapan dengan Ibrahim yang nampak sangat marah padanya.
"Ihh daddy jangan malahin tante ini! Dia baik kok. Dia bikinin Cleva milkshake anget soalnya nggak mau Cleva belubah jadi es selut!" Bela Cleva.
"Eh?" Ibrahim kebingungan mendengar penjelasan putrinya.
Ia kemudian meraih gelas berisi milkshake cokelat hangat itu dan meminumnya sedikit, tak lupa ia menatap Mira sekali lagi untuk memastikan tidak ada niat jahat dalam diri wanita itu.
"Cleva jangan kaya gini lagi ya, sayang? Daddy khawatir banget. Kalo mau kemana-mana minta mbak Ina buat nemenin, oke?" Ujar Ibrahim pada Cleva.
Cleva mengangguk nurut.
"Pinter anak daddy!" Ibrahim kemudian menggendong putrinya.
"Dadah, tante!" Seru Cleva pada Mira sebelum Ibrahim membawanya kembali ke ruangannya.
"Dadah, Cleva!" Balas Mira ikut melambaikan tangan padanya.
Ibrahim kembali memasang raut dingin pada wajahnya, seperti biasa. Ia lalu membawa Cleva keluar dari dapur diiukuti oleh Ina yang sedari tadi mengikutinya.
"Aduh si ayah jangan galak-galak dong sama bunda ish." Gumam Mira dalam hatinya sembari memandangi punggung Ibrahim yang semakin menghilang karena jarak.
Entah mengapa ia senang sekali setelah bertemu bosnya itu meski yang ia dapat hanya tatapan tajam dan sinis.
"Eh kenapa gue malah seneng abis dimarahin dah?" Tanya Mira pada dirinya sendiri. "Tapi nggak apa-apa ding, sebagai istri yang baik mah nurut aja sama suami ya gak? Hihi" lanjutnya menertawai dirinya.
***
SABAR MASIH AWAL-AWAL XIXIXI
Yok jangan lupa taburkan bintang 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Duren Mateng
Romance"Saya perhatikan kalian sangat dekat, Cleva juga sepertinya menyukai kamu." "Ohiya, pak. Kita mah udah kaya bestie hehe." "Ekhem," dehem Ibrahim. "Kamu sayang sama Cleva?" Sambungnya. Mira mengerutkan keningnya, tentu saja ia sangat menyayangi gadis...