26

7.5K 452 18
                                    


Sudah hampir dua minggu suaminya selalu berangkat pagi-pagi sekali untuk meeting dan meeting, memang Mira dengar dari Beni bahwa akhir-akhir ini Ibrahim sedang sangat sibuk di kantor.

Mira sendiri tak berani menanyakan kesibukan tersebut pada Ibrahim langsung. Setiap malam ketika pria itu pulang, Mira tak ingin Ibrahim kesal dengannya yang menanyakan urusan kantor. Lagipula, waktu mereka untuk sekedar menyapa saja sangat singkat. Mira bahkan belum sempat menyiapkan bekal untuk suaminya karena pria itu selalu berangkat pagi-pagi sekali.

Namun meski begitu, ia tak pernah absen mengantarkan kotak makan itu ke kantor suaminya walaupun yang ia temui selalu Agnes karena Ibrahim sedang sibuk dengan pekerjaannya.

"Nggak bisa diganggu." Itulah kalimat yang seringkali terlontar dari bibir merah Agnes ketika Mira menanyakan tentang suaminya.

"Oh, yaudah. Ini kaya biasa." Ujar Mira kali ini dengan wajah sedikit kesal.

"Iya nanti gue kasihin."

Setelah mendengar jawaban Agnes, Mira berbalik untuk pulang dengan perasaan kecewa (lagi).

Biasanya dulu saat sedang kehilangan mood seperti ini ia selalu bersama Beni atau hanya sekedar membeli makanan-makanan enak untuk disantap bersama.

Seketika ia meraih ponselnya dan mengetikkan nama Beni di layar.

"Halo?" Sapa Beni di seberang sana.

"Eh lo di dapur nggak?" Tanya Mira.

"Kagak, gue gak masuk hari ini?"

"Kenapa? Bolos?"

"Lambemu! Sakit gue, Mir."

Kedua alis Mira terangkat mendengar jawaban sahabatnya.

"Sakit apa?" Tanya Mira dengan nada khawatir.

"Nggak tau nih, dari semalem mencret mulu." Jawab Beni terdengar lemas.

"Yaudah gue ke kost ya!"

"Sini dah."

Dengan begitu Mira segera meminta sopirnya untuk mengantarkannya ke kost Beni.

***

"Ngawur lo, Ben!" Omel Mira setelah mendengar cerita Beni.

Saat ini ia sedang duduk di samping kasur lesehan Beni di kostnya.

"Udah tau mencret jangan makan kaya gini!" Lanjutnya sembari berdiri dengan sebuah styrofoam bekas wadah seblak yang Beni makan semalam.

"Ya gimana lagi orang dikasih tetangga sebelah." Beni membela diri.

Tak lama, Mira kembali setelah membuang seblak yang tersisa sedikit itu.

"Udah sarapan belum?"

"Ya belumlah,"

Mira menghela nafas. Pasalnya dahulu ketika Beni sakit, Miralah yang selalu membantu merawatnya. Sekarang Mira sudah berkeluarga, Beni jadi tak terurus begini.

Duren MatengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang