15

12K 637 5
                                    


"Cleva bisa mam sendili kok, daddy!"

"Tante Mila, ini apa? Kok lasanya nggak kaya kacang yang ijo?"

"Daddy daddy, kacang ijo ada yang walnanya pink nggak?

"Bubul daddy nggak habis? Buat Cleva aja ya? Ya? Ya? Pweeeessssee"

Mira dan Ibrahim tak henti-hentinya mengulas senyum dan tawa mendengar betapa cerewetnya Cleva pagi ini.

Mereka sedang menikmati semangkuk bubur kacang ijo di sebuah warung bubur yang berdiri tak jauh dari tempat parkir pasar.

Cleva sendiri terlihat sangat ceria karena ini kali pertamanya menikmati bubur kacang ijo, ia tak henti-hentinya mengatakan bahwa makanan ini lebih enak daripada es krim. Saking menyukainya, Cleva hampir menghabiskan dua mangkuk bubur jika saja Ibrahim tidak melarangnya untuk menghabiskan bubur miliknya yang tidak habis itu.

"Tante Mila bisa masak bubul ini nggak?" Tanya Cleva pada Mira yang masih menikmati buburnya.

"Bisa dong, Cleva mau dibikinin bubur ini sama tante Mira?" Jawab Mira.

"Mau, tante! Mau banget!!" Seru Cleva semangat.

"Tapi harus janji, kalo mau makan bubur harus belajar dulu sama miss Eva. Nanti kalo belajarnya udah selesai boleh deh makan bubur." Ibrahim ikut menimbrung.

"Iya, daddy! Cleva pasti belajal dulu kok sama miss Eva!" Sahut Cleva cemberut, tidak suka ayahnya memberinya syarat sebelum memakan bubur kacang ijo buatan Mira.

"Miss Eva siapa, pak?" Kini giliran Mira bertanya.

Ia menatap Ibrahim dengan serius, penuh curiga.

"Guru homeschooling-nya Cleva." Jawab Ibrahim.

Akhirnya Mira bisa bernafas lega. Ia terkekeh menertawakan dirinya yang berpikir terlalu jauh terhadap calon suaminya itu.

"Bukan simpenan saya kok." Sindir Ibrahim dengan nada mengejek.

Sontak Mira mendelik kaget, bagaimana bisa pria itu tahu isi hatinya?

"E-enggak kok, saya kan cuma nanya!" Bantah Mira gugup.

Pria di hadapannya itu tersenyum mengejek.

"Mata kamu nggak bisa bohong, Mira." Ejek Ibrahim. "Jangan suudzon gitu sama saya, kan saya maunya cuma sama kamu. Bukan sama miss Eva." Sambungnya.

Seketika jantung Mira serasa meledak, pipinya kembali memerah untuk yang kesekian kalinya. Calon suaminya ini memang tidak pernah memberi trigger warning sebelum melontarkan kalimat sakti seperti tadi.

Kalimat-kalimat rayuannya memang terkesan sangat payah jika dibandingkan dengan para lelaki di luar sana. Namun entah kenapa bagi Mira itu justru yang membuat Ibrahim semakin menarik hatinya.

"Apa? Daddy mau sama tante Mila? Daddy sama tante Mila udah pacalan? Belalti sebental lagi Cleva punya adek bayi dong?!" Pekik Cleva.

Ibrahim dan Mira saling tatap, mereka lupa memberitahu gadis mungil itu tentang rencana pernikahan mereka.

"Ohiya daddy lupa ngasih tau Cleva, iya sebentar lagi daddy sama tante Mira mau nikah. Cleva seneng nggak?" Jelas Ibrahim.

Cleva mengangguk semangat.

"Seneng! Tapi nikah itu apa, daddy?"

"Hmm nikah itu lebih dari pacaran, kalo nikah nanti tante Mira bisa bobo bareng Cleva sama daddy setiap hari!" Jawab Mira membantu Ibrahim menjelaskan pada anaknya.

"Memangnya kalo pacalan nggak boleh bobo beltiga sama Cleva sama daddy?" Tanya Cleva makin penasaran.

"Nggak boleh dong, sayang. Nanti dimarahin Allah. Cleva mau tante Mira sama daddy dimarahin Allah?" Jawab Ibrahim.

Duren MatengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang