Ibrahim berjalan lunglai menuju kamarnya. Wajah tampannya kini sangat berantakan karena entah sudah berapa jam ia menangis di dalam ruang kerjanya.Jika kalian berpikir pria sepertinya tidak mudah menangis, maka kalian salah. Ibrahim justru sangat rapuh, terlebih sejak kepergian Kinan. Bayang-bayang mendiang istrinya masih berlalu lalang di hatinya, bahkan di setiap sudut rumah. Ia masih belum bisa melupakan satu permata hatinya itu.
Dengan lemas ia mendorong pintu kamarnya hingga terbuka. Diliriknya jam dinding yang tergantung di sudut kamar.
Pukul sebelas malam.
Ia menghela nafas, selama itu kah ia menangis?
"Pak?" Panggil Mira yang baru keluar dari kamar mandi. "Kebetulan banget saya udah siapin air hangat buat bapak mandi hehe." Sambungnya.
Mira kemudian berjalan mendekati suaminya yang nampak kacau.
"Pak Ibrahim? Bapak baik-baik aja kan?" Tanya Mira ketika berada di hadapan Ibrahim.
Sedetik kemudian ekspresi Ibrahim berubah saat penciumannya mencium wangi yang sangat familiar dari tubuh Mira.
Wangi ini, wangi yang selalu ia rindukan.
Wangi Kinan.
Kedua tangannya sontak meremas pundak Mira dan menatapnya tajam.
Mira yang melihat perubahan sikap Ibrahim lantas terkejut bukan main, ia ketakutan.
"Kamu pikir kamu siapa?" Tanya Ibrahim menohok.
"S-saya-"
"Beraninya kamu menyentuh barang milik istri saya!" Seru Ibrahim sedikit membentak.
Seketika Mira menangis dalam cengkraman suaminya. Ia tak mengerti mengapa pria itu berubah menjadi menyeramkan seperti ini? Bahkan sepasang mata yang selama ini Mira kagumi telah memerah menahan amarahnya.
"Pak Ibrahim..." Lirih Mira dalam isaknya.
Ibrahim masih menatapnya tajam, "Jangan pernah sentuh barang milik istri saya lagi!"
Dengan begitu, Ibrahim melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar dan berlalu ke kamar mandi.
Brag!
Suara pintu kamar mandi yang tertutup keras semakin menambah ketakutan Mira.
Ada apa dengan Ibrahim? Mengapa ia seperti sangat marah padanya?
Yang Mira ingat ia tak menyentuh barang-barang lain selain barangnya selama berada di rumah ini kecuali,
Parfume?
Apa parfume itu penyebabnya? Jika iya, Mira sungguh tidak tahu jika parfume yang ia kenakan tadi adalah milik mendiang istri suaminya itu.
"Hiks," isak Mira.
Entah mengapa ia merasa sangat bersalah, padahal jelas ini bukan salahnya. Mungkin memang Ibrahim sedang kacau karena merindukan mendiang istrinya. Mira bisa memaklumi itu, lagipula dia siapa?
Bahkan Ibrahim masih menyebut Kinan sebagai 'istri'-nya. Mira seperti tak punya ruang dalam hati suaminya.
Sementara itu, di dalam kamar mandi Ibrahim menjambak rambutnya frustasi.
Apa yang baru saja ia lakukan? Bagaimana bisa ia semarah itu pada Mira yang bahkan tidak tahu jika wangi parfume yang ia kenakan adalah parfume favorit Kinan? Ada apa dengan dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Duren Mateng
Romance"Saya perhatikan kalian sangat dekat, Cleva juga sepertinya menyukai kamu." "Ohiya, pak. Kita mah udah kaya bestie hehe." "Ekhem," dehem Ibrahim. "Kamu sayang sama Cleva?" Sambungnya. Mira mengerutkan keningnya, tentu saja ia sangat menyayangi gadis...