Sekitar pukul satu siang Ibrahim akhirnya tiba di Jogja dengan mobilnya.
Semalam ia memang memutuskan untuk menjemput istrinya hari ini, sendirian. Ia bermaksud untuk meminta maaf dan mengajak Mira membicarakan permasalahan mereka. Ia ingin menyelesaikannya.
Delapan jam sudah ia tempuh hanya untuk Mira. Tidak seperti biasanya ia mengandalkan private plane-nya, kali ini ia ingin membuktikan keseriusannya pada Mira.
Dalam hatinya, Ibrahim bertekad untuk tak ada lagi kebohongan antara dirinya, Mira, dan Cleva. Untuk itu ia harus kembali mengulang semuanya, meski mungkin sedikit berat, tapi sampai kapan ia akan terus bersembunyi di balik dinding-dinding dusta?
Satu jam kemudian...
Pria itu memarkirkan mobilnya di halaman rumah kedua orang tua Mira yang nampak sepi.
Setelah mematikan mesin mobilnya, Ibrahim turun dan langsung melangkahkan kakinya menuju pintu utama rumah itu.
Tok
Tok
Tok"Assalamualaikum,"
Tak ada jawaban.
Tok
Tok
Tok"Waalaikumsalam" sahut seseorang dari dalam sebelum Ibrahim kembali membuka mulut.
Pintu pun terbuka, nampak ibu mertuanya yang membukakan pintu untuknya.
"Eh nak Ibrahim," sapa mertuanya dengan senyum sumringah. "Lho ibu kira kamu lagi ke luar negeri tah?" Lanjutnya.
Ibrahim mengerutkan keningnya, "Ke luar negeri?"
Ibu mengangguk, "Lah iyo wong kata Mira kamu lagi ada bisnis di luar negeri makanya Mira ke sini."
"O-oh iya, bu. Kebetulan jadwalnya di-reschedule jadi saya ke sini buat jemput Mira."
"Oalah begitu, trus dek Clevanya mana?"
"Sama neneknya, bu, di rumah karena harus sekolah."
"Hmm yowes sini masuk, Miranya lagi tak suruh ke warung sebentar." Ibu mempersilakan Ibrahim itu masuk.
Menantunya itu mengangguk sopan dan mengikutinya memasuki rumah.
Kali ini ia harus berhasil meyakinkan Mira.
***
"Assalamualaikum, bu, cabenya hab-" tak sempat melanjutkan kalimatnya, Mira seketika terdiam saat mendapati Ibrahim tengah terduduk di ruang tamu sembari menatapnya.
"Mira," ujar Ibrahim.
"M-mas Ibrahim.."
Pria itu kemudian beranjak untuk menghampiri istrinya.
"Saya-"
"Bicara di kamar aja, mas." Mira memotong ucapan suaminya.
Ia kemudian menarik pergelangan tangan Ibrahim dan membawa pria itu memasuki kamarnya.
Setelah mengunci pintu, Mira membalikkan tubuhnya menghadap Ibrahim bermaksud untuk meminta penjelasan mengapa ia menyusulnya kemari.
Tetapi sedetik kemudian Mira sudah tenggelam dalam peluk Ibrahim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duren Mateng
Romance"Saya perhatikan kalian sangat dekat, Cleva juga sepertinya menyukai kamu." "Ohiya, pak. Kita mah udah kaya bestie hehe." "Ekhem," dehem Ibrahim. "Kamu sayang sama Cleva?" Sambungnya. Mira mengerutkan keningnya, tentu saja ia sangat menyayangi gadis...