29

8.7K 416 11
                                    


"Wes dapet berapa to, mas?" Tanya bapak setelah melepaskan ikan lele dari kailnya.

"Banyak, pak." Sahut Ibrahim.

Pagi ini bapak mengajak menantunya untuk memancing lele di tempat pemancingan temannya. Ibrahim sendiri merasa senang bisa lebih dekat dengan bapak mertuanya, mengingat sudah lama ia tidak merasakan kasih sayang seorang ayah.

"Yo bapak tau dapet banyak, wong daritadi lho pancingan bapak dapet terus," protes bapak tidak puas dengan jawaban Ibrahim. "Maksude sudah dapet berapa iku lho?" Lanjutnya.

Ibrahim terkekeh, "Sepuluh ada, pak."

"Oh lumayan yo,"

"Iya, pak. Masih mau mancing?"

"Lah iyo, kita pulang kalo pancinganmu wes payu"

(Lah iya, kita pulang kalo pancinganmu udah laku)

Lagi-lagi Ibrahim terkekeh, memang sedari awal memancing tadi pancingan Ibrahim tak kunjung mendapatkan mangsa. Berbeda dengan bapak yang sudah berhasil menangkap sepuluh lele di ember mereka.

"Ohiya, semalem kamu sama Mira pulang jam berapa, mas?" Tanya bapak.

"Sekitar jam setengah satu, pak." Jawab Ibrahim.

"Waduh ngeri e!"

(Waduh ngerinya!)

"Kenapa, pak?"

"Yo ngeri, sebelumnya Mira ndak pernah pulang semalem itu, apalagi sama cah lanang."

Ibrahim mengerutkan keningnya, "Mira nggak pernah izin keluar sama cowok, pak?"

"Ndak, anak itu ndak pernah ngenalin cowok ke bapak. Sekalinya ngenalin langsung kamu, mas. Itu pun buat minta Mira jadi istrimu." Jelas bapak.

Seketika Ibrahim merasa spesial karena itu berarti Ibrahimlah pria pertama yang Mira kenalkan pada keluarganya, hingga tanpa sadar ia menyunggingkan senyum.

"Tapi yo dulu memang pernah sih, bapak diceritain ibu kalo Mira ini lagi deket sama anaknya bos meubel itu di desa sebelah," ucapan bapak kali ini membuat senyum Ibrahim menghilang.

Ia kemudian menoleh menatap bapak mertuanya, "Siapa, pak?"

"Sopo yo jenenge? Lali bapak, mas. Wong Mira juga ndak ngenalin ke bapak, ibu juga taunya waktu ndak sengaja buka wassaf-wassaf iku." Jawab bapak.

(Siapa ya namanya? Lupa bapak, mas. Orang Mira juga nggak ngenalin ke bapak, ibu juga taunya waktu nggak sengaja buka WhatsApp WhatsApp itu.)

Pasalnya yang bapak katakan memang benar, ia melupakan nama pria misterius itu karena memang sudah lama sekali semenjak Mira baru lulus SMA.

"Udah lama, pak?"

"Yo iyo, waktu Mira baru lulus SMA iku. Nek kata ibu memang wassaf-wassafnya itu pake gambar love-love kecil gitu, opo seh jenenge?"

(Yo iyo, waktu Mira baru lulus SMA itu. Kalo kata ibu memang WhatsApp WhatsApp-nya itu pake gambar love-love kecil gitu, apa sih namanya?)

Duren MatengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang